Selain ketiga partai tersebut, ada juga dua partai kecil Timor Leste saat itu, KOTA ( Klibur Oan Timor Aswain ) dan TRABALHISTA.
KOTA menginginkan pemerintahan tradisional yang fokus pada kepemimpinan lokal.
Sedangkan TRABALHISTA yang didukung oleh komunitas Tionghoa dan Arab hanya menginginkan perubahan yang terkendali.
Namun, FRETILIN merupakan fraksi yang terkuat sebab mendapat dukungan dari pasukan pribumi militer Timor Portugis.
FRETILIN kemudian mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada tanggal 28 November 1975, dan menyebutnya Republik Demokratik Timor Leste.
Tak mau kalah, pihak pro integrasi dengan Indonesia juga mengadakan proklamasi tandingan yang dikenal sebagai Deklarasi Balibo pada 30 November 1975.
Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh Arnaldo dos Reis Araújo (APODETI) dan Francisco Xavier Lopes da Cruz (UDT).
Setelah melawan APODETI dan UDT, FRETILIN semakin kewalahan ketika pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia memulai invasi ke Timor Timur.
Operasi militer yang dikenal sebagai Operasi Seroja dan telah didahului oleh misi intelijen yang dilakukan oleh perwira perwira TNI.
Amerika Serikat juga turut mengambil peran dalam operasi-operasi keamanan yang dilakukan Indonesia di Timor Timur kala itu.
Selama masa invasi, massa penolak integrasi (FRETILIN) dibantai oleh pasukan Indonesia.
Dengan keberhasilan invasi Indonesia, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia pada 1976 hingga dua dekade kemudian.*
Sebagian artikel ini sudah tayang di sosok.grid.ID dengan judul: Bersatu Lawan Portugis, Aliansi Partai Timor Leste Ini Pecah saat Salah Satunya Membelot ke Indonesia, Inilah Kisah Hari-hari Terakhir Timor Leste sebelum Diinvasi Indonesia