Mantan PM berusia 71 tahun tersebut berujar, Bennett tak punya kemampuan, dukungan internasional, maupun pertahanan untuk melawan Iran.
"Di antara perbedaan kami dan mereka (Bennett), ini yang paling penting dan mengkhawatirkan bagi masa depan Israel," paparnya.
Netanyahu menuturkan, dia menghendaki pemerintah "Negeri Zionis" bisa tegas menolak AS berkaitan isu yang mengancam keamanan mereka.
Dia merujuk kepada pidato kontroversial saat hadir dalam sidang paripurna di Kongres AS, 2015 silam.
Saat itu, pemimpin Partai Likud tersebut menentang perjanjian nuklir Iran. Membuatnya diboikot sejumlah politisi Partai Demokrat.
"Siapa yang akan melakukannya sekarang? Perdana Menteri Yair Lapid? Pemerintahan ini tidak akan mampu menentang AS," ujar dia.
Dia beralih menyerang pemerintahan Presiden Joe Biden, yang berusaha menyelamatkan perjanjian nuklir 2015.
Benjamin Netanyahu juga menentang upaya Washington untuk membuka kembali Konsulat AS di Yerusalem Timur yang melayani warga Palestina.
"Saya berkata kepada teman AS kita, silakan buka konsulat. Tapi di Abu Dis! Jangan di Yerusalem yang berdaulat," kata dia.
Ucapan Selamat
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengucapkan selamat kepada Naftali Bennett setelah terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada Minggu 13 Juni 2021.
Gedung Putih mengatakan, Biden mengucapkan salam hangat kepada Bennett melalui pembicaraan via telepon sebagaimana dilansir AFP.
"Saya mengucapkan selamat kepada Perdana Menteri Naftali Bennett dan Menteri Luar Negeri Yair Lapid, dan semua anggota kabinet baru Israel," kata Biden. "Israel tidak memiliki teman yang lebih baik selain AS," imbuh Biden.
Tak lama kemudian, Bennett menanggapi ucapan selamat dari Biden tersebut melalui Twitter. "Terima kasih Tuan Presiden (Biden)! Saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda untuk memperkuat hubungan antara kedua negara kita," tulis Bennett.
Dalam pembicaraan telepon, Biden menegaskan dukungannya untuk hubungan antara AS dengan Israel yang telah berlangsung selama puluhan tahun.