Ustadz Daas Latif Sebut Alasan Mengapa Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Dianggap Berbahaya

Penulis: Hasyim Ashari
Editor: Hasyim Ashari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Daas Latif Sebut Alasan Mengapa Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Dianggap Berbahaya

Ustadz Da'as Latif Sebut Alasan Mengapa Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Dianggap Berbahaya

POS-KUPANG.COM - Penceramah kondang Ustadz Da'as Latif menyinggung mengapa Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dianggap berbahaya.

Alasan itu disampaikan Ustadz Da'as Latif saat dirinya memberikan ceramah atau tausiah di depan Gubernur Ganjar Pranowo dan seluruh staf Pemprov Jateng.

Awalnya, Ustadz Das'ad Latif menyebut soal masalah dalam hidup.

"Manuasia mana yang tidak ada masalahnya. Semua punya masalah. Jangan dikira ustadz tidak ada masalahnya. Banyak. Menang dicasing Bos," kata Ustadz Das'ad Latif.

Baca juga: Relawan Ganjar Pranowo Siap Dukung Gubernur Jateng Maju Pilpres 2024, PDIP? 

Ia kemudian mengungkap banyak yang curhat kepadanya.

"Apa yang paling banyak masalahnya sekarang Pak. Banyak janda yang curhat ke saya," kata Ustadz Das'ad Latif disambut gelak tawa Gubernur Ganjar Pranowo.

"Kalau dibully di medsos kecil. Ya wajarlah Pak Gubernur wajar dibully. Namanya juga gubernur. Security aja dibully," tegas Ustadz Das'ad Latif.

"Apalagi gubernur yang banyak prestasinya. Wah bahaya nih bahaya....Wahh dicarikan Pak. Biasalah itu," ujarnya.

Gubernur Ganjar Pranowo dan undangan lainnya pun tertawa.

Untuk ceramah Ustadz Das'ad Latif ini, Gubernur Ganjar Pranowo pun memberikan keterangan foto di Instagramnya.

Baca juga: Mengaku Tak Berniat Maju di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo : Sing Arep Maju Iki Sopo?

"Alhamdulillah mendapat suplai energi baik untuk jadi lebih baik. Maturnuwun Ust. Das'ad Latif. Saya pulang ngaji senyum-senyum sendiri mengingat pesan-pesan panjenengan. Sehat terus nggih." tulis Ustadz Das'ad Latif.

* Soal Konflik Internal PDI-P dengan Ganjar Pranowo, Akademisi Undip: Bisa Saja "Test the Water"

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ramai diperbincangkan publik setelah tak diundang dalam acara pengarahan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang dihadiri Ketua DPP Puan Maharani di Kantor DPD PDIP Jawa Tengah.

Baca juga: Dicueki PDIP & Dianggap Dahului Mega Ganjar Pranowo Ungkap Kalimat Menohok Ini: Yang Mau Maju Siapa?

Ganjar sebagai kader dinilai berseberangan dengan PDIP dan sudah kelewatan karena terlalu berambisi maju pencalonan Presiden 2024.

Terlebih, hal itu juga karena ditengarai dengan tingginya intensitas Ganjar di media sosial.

Akademisi dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yuwanto, Ph.D. berpandangan, peristiwa tak diundangnya Ganjar itu merupakan bagian dinamika internal dari sebuah partai politik.

Menurutnya, hal itu menggambarkan bahwa di dalam internal partai sedang terjadi proses penjajakan menuju Pilpres 2024.

Terima kasih telah membaca Kompas.com.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email "Ketika si patron atau tokoh sudah mulai menunjukkan batas-batas optimal sebagai orang yang bisa memimpin dan melakukan regenerasi, hal itu berimbas pada proses kompetisi rivalitas di dalam tubuh internal partai.

Baca juga: Kokoh di Puncak, Elektabilitas Anies Baswedan Masih Ungguli Ahok, Risma dan Ganjar Pranowo

Termasuk kaitanya dengan proyeksi Pilpres 2024," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu (26/5/2021).

Selain itu, Yuwanto berpendapat di dalam urusan internal bisa juga terjadi faksionalisme atau kelompok-kelompok di setiap tubuh partai.

"Urusan internal bagian dari dinamika PDIP sebagai partai politik, karena toh di dalam sebuah partai politik itu kecenderungan bahkan hampir pasti faksionalisme," ujar Dosen Fisip Undip Semarang ini.

Apalagi, kritik pedas Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto disinyalir merupakan bentuk ekspresi ketidaksukaan agresifitas atau dengan progresifnya Ganjar menggunakan media sosial.

"Ada kecenderungan ketidaksukaan kepada Ganjar, yang dianggap kelewatan atau dalam bahasa Jawa itu kemajon. Di internal partai menangkap gelagat bahwa ini tidak sekadar aktivitas dan progresifitas Ganjar di medsos untuk mendukung fungsi-fungsi kegubernurannya tapi ada tujuan yang lebih strategis ke arah RI1," katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan saat ini media sosial memang menjadi sarana efektif dalam berkomunikasi antara pemimpin dengan rakyatnya.

Baca juga: Nasib Ganjar Pranowo Terancam, Puan Maharani Dianggap Lebih Pantas Diusung Jadi Calon Presiden

"Sebagai kepala daerah atau pejabat publik merasa harus terus membangun citra baik dirinya agar baik di mata publik. Karena zamannya medsos ya mau tidak mau image buildingnya pakai medsos. Maka harus jeli untuk melihat konten yang dikembangkan. Apakah dalam kapasitas mempertahankan kepercayaan rakyat sebagai seorang Gubernur atau Presiden," ucapnya.

Namun, Yuwanto beranggapan di dalam politik juga seringkali apa yang diucapkan dengan motif dan tujuan yang sesungguhnya belum tentu sama.

"Bisa saja ini test the water jadi ibarat melempar kerikil di air untuk melihat seberapa jauh riak itu berpendar atau seberapa besar gelombang air bisa terbentuk. Sehingga, efek yang muncul memberikan sinyal atau isyarat kepada Ganjar untuk cooling down," ujarnya.

Kendati demikian, Yuwanto menilai adanya silang pendapat internal partai dengan Ganjar bukan menjadi tolak ukur terkait kandidat Pilpres 2024.

"Ini sesuatu yang masih tersembunyi bisa disebut masih misteri. Karena politics is the art of the possible. Yakni seni mengelola berbagai kemungkinan. Itu bukan sesuatu yang otomatis menutup pintu Ganjar untuk masuk dalam kontestasi Pilpres bahkan untuk PDIP sendri," jelasnya.

Baca juga: Ganjar Pranowo Berpeluang Masuk Bursa Capres 2024, Petinggi PDI Perjuangan Makin Gusar, Lho Ada Apa?

Selain itu, Yuwanto berpendapat perisitwa tak diundangnya Ganjar itu bisa saja merupakan grand design dari internal partai.

"Barangkali di dalam partai yang sebenarnya bagian dari desain besar bagian dari dinamika internal. Supaya Ganjar ini sebagai tokoh yang patut diperhitungkan. Kita yang diluar malah seperti para spekulan yang mencoba untuk mengotak atik fenomena ini," ungkap Ketua Program Doktor Ilmu Sosial (DIS) Undip Semarang.

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Konflik Internal PDI-P dengan Ganjar Pranowo, Akademisi Undip: Bisa Saja "Test the Water""

Berita Terkini