Percaya Wagub NTT, Josef Adrianus Nae Soi, Pengungsi Stop Demo di IOM Kupang
POS KUPANG.COM--Percaya kepada Wakil Gubenur NTT, Josep Nae Soi bisa mencarikan solusi terbaik, akhirnya Jumat 22 Mei 2021, para pengungsi asal Afghanistan di Kupang menghentikan aksi demo mereka di depan Kantor IOM Kupang.
Untuk diketahui, puluhan pengungsi asal Afghanistan yang selama hamper 7 tahun berada di Kupang dan mendiamai hotel Ina Boi dan Kupang Inn mulai melakukan aksi demo damai di depan kantor IOM Kupang sejak 28 April 2021.
Mereka protes atas sejumlah sikap IOM Kupang yang dinilai tidak transparan dan tidak memberikan keadilan terhadap mereka, baik dalam bidang kesehatan, pendidikan, fasilitas Community House hingga lamanya proses pemindahan mereka ke kota atau Negara ketiga.
Baca juga: DPD PAN Lembata Temukan Pengungsi di Hunian Sementara Belum Dapat Perhatian Pemerintah
Selama aksi demo itu, pihak IOM tidak pernah mau menemui mereka dengan alasan covid dan aturan intern IOM. Hingga akhirnya para pengungsi menyurati Wagub Nae Soi untuk membantu memfasilitasi mereka bertemu IOM guna menyelesaikan masalah mereka itu.
Wagub Nae Soi mempertemukan mereka dengan pihak IOM Kupang Rabu 20 Mei 2021 siang. wagub meminta waktu dua minggu UNTUK mencarikan solusi BAGI pengungsi dimaksud.
Baru dua hari sejak pertemuan pertama itu, Wagub Nae Soi kembali memanggil perwakilan pengungsi untuk memfasilitasi mereka bertemu Kepala IOM Kupang, Asni dan Programme Coordinator IOM Makassar, Son Ha Dinh.
Para pengungsi diwakili sembilan pengungsi perempuan masing-masing Kubra Hassani, Farzanah Husaini, Laila Haidari, Mohadesah Rahimi, Fatima Ahmadi, Frishta Ataee, Taiba Ebrahimi, Mahbubah Hasani dan Zubaida Asadi.
Kepada Son Ha Dinh, Kubra dan teman-temannya mengungkapkan persoalan yang mereka alami dan juga harapan dan tuntutan mereka, tentang kesehatan, pendidikan, fasilitas communy house, masalah mental psikologis. Hingga tentang kurang transparan dan tak ada komunikasi baik dari IOM Kupang terhadap mereka selama ini.
Fatimah Ahmadi mengaku sebagian dari 5 anaknya sejak 6 tahun lalu datang hingga kini tidak diijinkan bersekolah oleh IOM dengan usianya sudah lewat. Padahal anaknya sangat menginginkan bisa mengenyam pendidikan untuk masa depan yang baik.
“Anak-anak ingin menjadi dokter, insinyur dan polisi tapi mereka hanya bermimpi tidak bisa dapatkan harapannya. Waktu saya lihat anak setiap hari tumbuh besar tapi saya tidak bisa bantu mereka untuk mendapatkan harapannya. Saya stress bagaimana masa depan anak saya sudah besar tapi tak bisa bersekolah. Mereka selalu Tanya saya, kapan mereka bisa ke sekolah, kapan bisa mendapatkan hak asasi manusia, kapan bisa hidup normal. Tapi saya tidak bisa jawab. Saya lari dari mereka, bersembunyi di suatu tempat sendiri dan hanya menangis,” kata Fatimah sambil menyeka airmatanya.
Saat itu Son Ha Dinh menjelaskan apa yang mesti dan telah dilakukan IOM terhadap pengungsi Afghanistan. Namun Son Ha Dinh minta informasi yang diungkapkan itu jangan dipublikasikan atau divideokan. Sebab informasi publikasi resmi IOM ada pada kewenangan IOM pusat.
Mendengar kedua belah pihak, Wagub Nae Soi coba ‘mendamaikan’ keduanya, dengan meminta keduanya saling memaafkan atas apa yang sudah terjadi selama ini. Namun pihak pengungsi enggan memaafkan pihak IOM Kupang karena sudah tidak percaya lagi kepada IOM Kupang. Pengungsi tetap ingin pindah dari Kupang ke kota lain, bisa diproses dan mendapat perlakuan yang lebih adil.
Wagub Nae Soi berjanji akan mencari solusi lagi. Jika pengungsi tetap ingin pindah, maka mereka mesti membuat surat kepada Gubernur NTT menyatakan tidak mau lagi menetap di Kupang, ingin pindah ke daerah lain dengan alasan. Berdasarkan surat itu, Wagub Nae Soi akan menyurat pemerintah pusat.
“Nanti akan dicari tempat dimana pemerintah daerah yang bisa menerima kalian. Begitu ada tempat, saya akan kontak UNHCR dan IOM untuk memindahkan kalian. Tapi berapa lama waktunya saya tidak bisa tentukan karena ini surat menyurat agak lama. Kayak kemarin saya minta dua minggu, ternyata dua hari sudah bisa oertemukan kalian lagi.Nah sekarang, beri saya waktu selama 1 bulan supaya saya bisa koordinasi dengan pemeirntah pusat. Nanti baru saya kasih kabar ke kubra dan teman-teman,” kata Wagub Nae Soi.
Selama satu bulan proses itu berjalan, Wagub Nae Soi minta pengungsi hentikan aksi demo di kantor IOM Kupang.
“Kalian sudah saya anggap sebagai anak-anak saya. Kalian percaya saya? Jangan lagi demo di IOM, bagaimana,” kata Wagub Nae Soi.
Setelah berembuk, Kubra mengatakan, mereka setuju untuk tidak berdemo dan mereka percaya Wagub Nae Soi akan mencarikan solusi terbaik untuk mereka.
“Kalau bisa Bapak bantu kita. Kami semua harap bapa bantu kita. Sampai kita tidak dapat solusi kami lanjut sampai mogok makan. Kita hormati bapak dan bapak heksa. Kita tahu Bapak seperti orangtua dan kita seperti anak, kita setuju. Selama 1 bulan kita harap bapak bisa dapatkan solusi buat kita, kita berharap dan kita tidak demo lagi,” kata Kubra.
Diakhir pertemuan, Wagub Nae Soi berjanji akan mengunjungi tempat tinggal pengungsi untuk bisa melihat dari dekat kehidupan mereka. Bahkan Nae Soi berjanji akan memberikan sajadah dan kopi Bajawa kepada sembilan perempuan pengungsi yang datang menemuinya hari itu. (poskupang.com, novemy leo)