Opini Pos Kupang

Pembelajaran di Masa Pandemi VS Keterampilan Abad 21

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Pos Kupang

Oleh: Alfons Bunga Naen dan Theresia Wariani, Dosen pada FKIP Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

POS-KUPANG.COM - Pada tanggal 26 April 2021 terbit Surat Edaran dan Pedoman Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional. Dalam surat yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, diberikan beberapa panduan untuk perayaan memperingati Hari Pendidikan Nasional Tahun 2021 di tengah masa pandemi covid-19.

Hal-hal yang diatur antara lain tentang upacara bendera, tema dan logo peringatan, serta ragam aktivitas perayaan di hari istimewa tersebut.

Upacara bendera hendaknya dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 tanpa mengurangi makna, semangat, dan kekhidmatan acara.

Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini adalah Serentak Bergerak Wujudkan Merdeka Belajar. Ragam aktivitas yang dilakukan hendaknya sekreatif mungkin.

Baca juga: Peternak di Kecamatan Lembor Harap Pemda Manggarai Barat Bantu Bibit Babi

Baca juga: Cek Hasil MotoGP Jerez Spanyol 2021, Jack Miller Ducati Juara! Simak Poin MotoGP Terbaru

Kegiatan yang dilakukan hendaknya membangkitkan semangat belajar di era darurat Covid-19. Aktivitas yang dilakukan sedapat mungkin mendorong pelibatan dan partisipasi publik.

Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) setiap tahun diperingati tanggal 2 Mei. HARDIKNAS ditetapkan pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara.

Beliau adalah tokoh Pelopor Pendidikan di Indonesia. Beliau adalah pendiri Lembaga Pendidikan Taman Siswa. Ki Hadjar Dewantara lahir di Pakualaman 2 Mei 1889.

Dari Wikipedia, dapat diperoleh informasi lebih lanjut tentang tokoh pendidikan ini. Beliau terlahir sebagai R.M. Soewardi Soerjaningrat, dan sejak tahun 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara adalah Menteri Pengajaran Indonesia yang pertama pada masa Presiden Soekarno.

Semboyan ciptaan beliau, Tut Wuri Handayani, menjadi slogan kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Beliau meninggal 26 April 1959 dan dikukuhkan sebagai pahlawan Nasional 28 November 1959.

Pembelajaran di Masa Pandemi

Sudah lebih dari satu tahun pandemi Covid -19 melanda dunia, tak terkecuali di Indonesia. Salah satu dampak pandemi bagi dunia pendidikan adalah tiadanya pembelajaran tatap muka.

Baca juga: Warga Desa Narasaosina Adonara Timur Flotim Relakan Rumahnya Tampung Korban Bencana

Baca juga: Menko PMK Muhadjir Effendy Dijadwalkan Tinjau 4 Kabupaten Terdampak Bencana  di NTT

Mau tak mau, suka tak suka, pembelajaran di ruang kelas ditiadakan. Pembelajaran dilakukan secara online. Semua yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mau tak mau harus beradaptasi dengan cara pembelajaran yang baru ini.

Untuk di NTT, pembelajaran secara online telah kita rasakan selama satu tahun lebih. Tentulah kepuasan dan pendapat akan pembelajaran dalam jaringan berbeda untuk person masing-masing yang merasakannya.

Fasilitas yang dimiliki setiap yang terlibat pun berbeda. Tidak semua murid maupun mahasiswa memiliki perangkat yang memadai. Apalagi kondisi sebagian daerah di NTT, terutama di daerah 3T, mungkin lebih memiliki kesulitan akan fasilitas pendukung pembelajaran online dibanding dengan daerah yang lain.

Di beberapa daerah sungguh tidak memungkinkan adanya pembelajaran online, guru dan siswa melakukan kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR). Guru mengunjungi murid-murid pada titik-titik yang telah disepakati.

Dengan pembelajaran seperti ini, alhasil takkan memuaskan semua pihak. Interaksi guru dan siswa terbatas. Konten yang disampaikan ataupun ditugaskan tidak dapat seluruhnya dipahami oleh peserta didik.

Pengajar menjadi melakukan tugas yang lebih berat dari sebelumnya. Terlebih, kepuasan batin yang biasa diperoleh saat pembelajaran tatap muka di kelas menjadi tak terasakan lagi. Ikatan batin dan didikan yang biasa dilakukan melalui interaksi di kelas tak terjadi lagi. Interaksi dua arah dengan peserta didik yang dicoba dibangun tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Dengan pemberian vaksinasi untuk memberikan kekebalan terhadap Covid-19 pada tenaga pendidik, diharapkan kekurangan pada proses pembelajaran dapat segera dipulihkan.

Melalui pembelajaran blended secara online dan offline, ataupun tatap muka terbatas, diharapkan kualitas pembelajaran sedikit demi sedikit ditingkatkan. Peserta didik memerlukan sentuhan didikan yang tak dapat terganti dengan perangkat secanggih apapun.

Peserta didik tetap memerlukan adanya peran guru seperti pada tiga semboyan Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani.

Pembentukan Keterampilan Abad 21

Tiga semboyan Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu pedoman yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan menyongsong Generasi Emas Indonesia Tahun 2045, telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang berbasis pada Kompetensi Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi Indonesia menjadi Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia.

Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan.

Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan.Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.

Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.

Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban pembangunan kelak.

Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan, abad ekonomi berbasis pengetahuan, abad teknologi informasi, globalisasi, revolusi industri 4.0, dan sebagainya. Pada abad ini, terjadi perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi dalam segala aspek kehidupan.

Perubahan yang terjadi meliputi bidang ekonomi, transportasi, teknologi, komunikasi, informasi, dan lain-lain. Perubahan yang berlangsung sangat cepat ini dapat memberikan peluang jika dapat dimanfaatkan dengan baik, tetapi dapat menjadi bencana jika tidak diantisipasi secara sistematis, terstruktur,dan terukur.

Keterampilan abad ke-21 disebut sebagai keterampilan 4C. Bila digunakan istilah dalam Bahasa Indonesia, 4C meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan untuk melakukan berbagai analisis, penilaian, evaluasi, rekonstruksi, pengambilan keputusan yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis.

Kegiatan berpikir mengenai subjek, isi, dan masalah dilakukan melalui aktivitas analisis, penilaian, dan rekonstruksi.

Kreativitas merupakan keterampilan untuk menemukan hal baru yang belum ada sebelumnya, bersifat orisinil, mengembangkan berbagai solusi baru untuk setiap masalah, dan melibatkan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang baru, bervariasi, dan unik.

Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk mengungkapkan pemikiran, gagasan, pengetahuan, ataupun informasi baru, baik secara tertulis maupun lisan. Keterampilan kolaborasi merupakan keterampilan bekerja bersama secara efektif dan menunjukkan rasa hormat kepada anggota tim yang beragam, melatih kelancaran dan kemauan dalam membuat keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.

Bagaimana membelajarkan peserta didik untuk memperoleh 4C ini? Model pembelajaran abad ke-21 sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Model-model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan model pembelajaran abad ke-21.

Dalam Permendikbud no 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses telah dinyatakan untuk penggunaan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.

Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

Tentunya akan sulit bagi para pendidik untuk membelajarkan 4C apabila pembelajaran dilakukan secara daring. Kontrol terhadap siswa menjadi kurang optimal. Banyak hal dalam kegiatan mendidik dan mengajar yang tidak dapat digantikan dengan alat.

Bimbingan oleh pendidik terhadap peserta didik tidak maksimal. Kedekatan emosional antar peserta didik maupun pendidik tidak terbangun. Modelling tidak terjadi. Benar salah konten tidak teridentifikasi sempurna.

Semoga gairah tema HARDIKNAS tahun 2021 Serentak Bergerak Wujudkan Merdeka Belajar, membawa harapan baru atas pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mewujudkan 4C dalam diri peserta didik.

Meskipun langkah masih terseok karena pandemi maupun dera badai Seroja, semoga semangat tak surut. Semoga kita semua dapat memberi andil, seberapapun itu untuk terwujudnya Generasi Emas Indonesia Tahun 2045.

Selamat merayakan Hari Pendidikan Nasional. Semoga berkatNya melimpah untuk orang-orang yang memiliki hati terhadap pendidikan anak bangsa. (*)

Kumpulan Opini Pos Kupang

Berita Terkini