Tata Cara Sholat Tahajud di Bulan Ramadan,Sahkah Tahajud Setelah Witir? Penjelasan Ustaz Abdul Somad
POS-KUPANG.COM - Sholat Witir merupakan sholat penutup seluruh sholat sunnah di malam hari. Lalu bagaimana dengan Sholat Tahajud di Bulan Ramadan?
Pasalnya, pada saat bulan Ramadan, Sholat Witir dilaksanakan setelah Sholat Tarawih. Artinya sebelum Sholat Tahajud. Bagimana hukumnya?
Sahkah Tahajud setelah Witir? Simak penjelasan Ustaz Abdul Somad.
Banyak umat Muslim yang membutuhkan penjelasan, apakah boleh menjalankan shalat tahajud setelah melakukan shalat witir?
Mereka ingin tetap memaksimalkan ibadah diakhir malam, setelah pada awal malam melaksanakan shalat
tarawih dan witir secara berjamaah.
Baca juga: Sholat Tahajud setelah Tarawih dan Witir, bolehkah? Simak Penjelasan Ustaz Abdul Somad
Baca juga: Niat & Doa setelah Sholat Tahajud, Dilengkapi Tata Cara dan Bacaan Zikir serta Keutamaannya
Padahal berdasarkan hadis dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda:
اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
“Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari dengan shalat witir.” (HR. Bukhari 998 dan Muslim 749).
Berdasarkan penjelasan Ustadz Abdul Somad, umat islam masih boleh melaksanakan salat tahajud setelah sebelum tidur melaksanakan salat witir.
Jika diberi kesehatan Allah, kesempatan bangun boleh salat tahajud.
Namun jangan salat witir lagi.
"Salat witir kan ganjil (3), nanti kalau salat witir lagi (3) jadinya genap (6)," ungkap ustadz Abdul Somad.
Mengutip dari Tribunsolo.com dengan judul Bolehkah Mengerjakan Salat Tahajud Setelah Salat Witir? Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad Ini!, apa dalil yang memperbolehkan kita salat lagi setelah melaksanakan witir?
1. Hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika beliau menceritakan shalat malamnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ثم يقوم فيصلي التاسعة , ثم يقعد فيذكر الله ويمجده ويدعوه, ثم يسلم تسليماً يسمعنا , ثم يصلي ركعتين بعد ما يسلم وهو قاعد
“Kemudian beliau bangun untuk melaksanakan rakaat kesembilan, hingga beliau dudu tasyahud, beliau memuji Allah dan berdoa. Lalu beliau salam agak keras, hingga kami mendengarnya. Kemudian beliau shalat dua rakaat sambil duduk.” (HR. Muslim 746).
2. Hadis dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau pernah melakukan safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda,
إِنَّ هَذَا السَّفَرَ جُهْدٌ وَثُقْلٌ، فَإِذَا أَوْتَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ وَإِلَّا كَانَتَا لَهُ
“Sesungguhnya safar ini sangat berat dan melelahkan. Apabila kalian telah witir, kerjakanlah shalat 2 rakaat. Jika malam harinya dia bisa bangun, (kerjakan tahajud), jika tidak bangun, dua rakaat itu menjadi pahala shalat malam baginya.” (HR. Ibnu Hibban 2577, Ibnu Khuzaimah 1106, Ad-Darimi 1635, dan dinilai shahih oleh Al-‘Adzami).
Baca juga: Kapan Waktu Sholat Tahajud di Bulan Ramadan? Niat dan Tata Cara Lengkap Sholat Tahajud
Baca juga: Menjelang Malam Nisfu Syaban, Bacaan Wirid Sholat Tahajud & Doa Sholat Tahajud Arab Latin & Artinya
Tata Cara Sholat Tahajud
• Membaca Niat
• Melakukan takbiratul ihram dan doa iftitah
• Membaca Surat Al-Fatihah
• Membaca surat pendek
• Rukuk dengan tumakninah
• I’tidal • Sujud
• Duduk di antara dua sujud
• Sujud
• Mengulang gerakan seperti rakaat pertama
• Takhiyat akhir
• Salam
Doa sesudah sholat tahajud
Allaahumma lakal hamdu anta qayyimus samaa waati wal ardhi wa man fiihinna. wa lakal hamdu anta malikus samaa waati wal ardhi wa man fiihinna. wa lakal hamdu anta nuurus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna. wa lakal hamdu antal haqqu, wa wa’dukal haqqu, wa liqaa’uka haqqun, wa qauluka haqqun, wal jannatu haqqun, wannaaru haqqun, wannabiyyuuna haqqun, wa muhammadun shallallaahu ‘alaihi wasallama haqqun wassaa’atu haqqun.
Allaahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khaashamtu, wa ilaika haakamtu, faghfirlii maa qaddamtu, wa maa akh-khartu, wa maa asrartu, wa maa a’lantu, wa maa anta a’lamu bihiminnii. antal muqaddimu, wa antal mu’akhkhiru, laa ilaaha illaa anta, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
“Wahai Allah! Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah penegak dan pengurus langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah penguasa (raja) langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah Yang Hak (benar),janji-Mu lah yang benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, perkataan-Mu benar, surga itu benar (ada), neraka itu benar (ada), para nabi itu benar, Nabi Muhammad saw itu benar, dan hari kiamat itu benar(ada).
Wahai Allah! Hanya kepada-Mu lah aku berserah diri, hanya kepada-Mu lah aku beriman, hanya kepada-Mu lah aku bertawakkal hanya kepada-Mu lah aku kembali, hanya dehgan-Mu lah kuhadapi musuhku, dan hanya kepada-Mu lah aku berhukum. Oleh karena itu ampunilah segala dosaku, yang telah kulakukan dan yang (mungkin) akan kulakukan, yang kurahasiakan dan yang kulakukan secara terang-terangan, dan dosa-dosa lainnya yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkaulah Yang Maha Terdahulu dan Engkaulah Yang Maha Terakhir. tak ada Tuhan selain Engkau, dan tak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (*)