Satu Minggu Pasca Siklon Tropis Seroja: Kerja Keras PLN Pulihkan Listrik di NTT

Penulis: F Mariana Nuka
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Relawan PLN yang sedang melakukan pemulihan listrik di jalur Timor Raya, Kota Kupang, Sabtu (10/4) siang.

Pasca badai, sekiranya pukul tujuh pagi, tim menyusuri lokasi longsor dan pepohonan dan menemukan menara yang rusak itu. Manager Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Kupang, Jeffry Immanuel bercerita, timnya berupaya untuk membuka akses jalan yang penuh dengan pepohonan yang tumbang. Jalan curam menuju lokasi dipenuhi tanah longsor. Timnya harus sekuat tenaga bekerja untuk mulai memperbaiki menara ini.

"Ini seperti jalan tol ya untuk listrik. Jadi, kalau ini rusak, jalannya listrik untuk Pulau Timor terganggu," kata Jeffry, Rabu (7/4).

Proses pengerjaan menara 19 ini tidaklah mudah. Menara 20 pun ikut-ikutan miring akibat tarikan menara 19. Menara itu harus diperkuat. Material semen, pasir, dan lainnya diangkut menggunakan alat semacam gondola. Para petugas PLN lain tampak menggali lubang untuk membuat fondasi sementara untuk menara darurat. Supervisor lapangan, Dody tampak mengangkut material menara yang dibungkus dalam karung putih. Lokasi itu cukup menantang. Pekerjaan dilakukan secara manual. Para pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.

Menara itu harus diganti. Kata Jatmiko, menara pengganti dikirim dari Flores.

Kini, perbaikan menara (tower) 19 itu belum selesai. Maka, pemulihan listrik dikejar ke jalur utama, karena dari GH Undana, ada salah satu jalur utama yang terhubung ke Oesao. Sehingga, tim PLN mengebut pemulihan listrik itu sambil menunggu transmisi. Listrik di Oesao sendiri sudah menyala hingga ke daerah Oelamasi. Tapi, jurusan Pariti, Takari, dan Lelogama belum bisa diakses karena akses jalan terputus, sehingga PLN belum bisa melakukan pengecekan ke sana.

Penormalan memang dilakukan bertahap. PLN juga harus memastikan terlebih dahulu sambungan rumah tersebut aman sebelum dialiri listrik. Petugas PLN akan melakukan penormalan di jalur utama (tiang-tiang di jalan) dengan menggunakan sachel stick 20 kV. Tujuannya adalah untuk mengamankan jaringan ke rumah apabila terjadi gangguan di trafo. Selanjutnya, petugas akan masuk dari rumah ke rumah untuk melakukan pengecekan. Jika rumah sudah aman, satu buah gardu distribusi yang mencakup 300-an pelanggan sudah bisa dinyalakan. Bahkan, setelah dinyalakan di gardu, petugas akan melakukan pengecekan tegangan lagi di sekring gardu yang telah menyala.

"Mengapa harus dipastikan dulu ke instalasi pelanggan aman? Karena memang bisa kita lihat kabel putus kena pohon. Kalau tidak diamankan, maka akan membahayakan masyarakat," sambung Arif.

Tambahan Tim PLN dari Luar NTT Bantu Percepatan
Jatmiko sempat menyebut pemulihan listrik di Kota Kupang bisa memakan waktu satu bulan. Pernyataannya mendasar pada jumlah personil PLN NTT yang terbatas; sekitar 250-an orang. Tentu saja pengerjaan yang dilakukan cukup berat karena banyaknya pohon-pohon yang masih melintang di atas kabel dan tiang listrik.

Jatmiko meminta bantuan direksi pusat. Dia berharap adanya bantuan tim dari luar NTT. Permintaannya dijawab. NTT mendapatkan bantuan personil sebanyak 163 orang yang berasal dari Maluku, Sulawesi, Papua Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, dan Jakarta. Kini, dengan 560 personil dari NTT, sebanyak 723 personil ini akan membantu memulihkan listrik yang terganggung akibat bencana di NTT.

Hari itu, Minggu (11/4) sekiranya pukul dua belas siang, Dani tampak mondar-mandir mengendarai motor dari rumah ke rumah dalam kawasan kampus UKAW Kupang. Dani adalah Ketua Tim 4 PLN Distribusi Jawa Timur yang ditugaskan membantu tim PLN NTT. Siang itu dia membantu menyalakan Gardu KT 003 di dalam kawasan kampus.

Dani terlihat serius memerhatikan sekring gardu, sesekali berdiskusi dengan teman tim lain. Setelah gardu dinyalakan, Dani gesit mengendarai motor ke arah rumah warga untuk mengecek aliran listrik di rumah tersebut.

Dia mengungkapkan, persoalan yang terjadi di NTT merupakan masalah bersama. Itulah mengapa tim PLN dari luar NTT yang juga merasa satu sebagai keluarga turut ambil bagian membantu pemulihan listrik ini.

Di lapangan, tahapan pertama yang dilakukan adalah briefing terkait kondisi budaya (kultur) dan listrik di NTT, khususnya Kota Kupang. Pengamanan pertama dilakukan pada konstruksi jaringan jaringan tegangan menengah 20 kV.

"Kami yakinkan dulu kondisi di sana itu aman tidak. Jangan sampai kita aliri tegangan 20 kV ternyata di sana konstruksi tidak aman untuk peralatan kita atau untuk pelanggan," jelas Dani.

Setelah tegangan 20 kV aman, barulah dilihat di tegangan rendahnya, yakni 380 V dan 220 V. Tapi, amankan dulu trafo sebelum dioperasikan. Sebelumnya juga, harus dilakukan pengecekan kabel sambungan rumah (SR) agar tidak berbahaya bagi pelanggan. Jika sudah aman bagi pelanggan, maka tegangan listrik dialiri dari trafo ke instalasi pelanggan. Semua petugas yang melakukan pengerjaan ini diwajibkan menggunakan alat pelindung diri, baik helm, rompi, sepatu, dan sarung tangan. Alat pelindung diri disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan petugas.

Halaman
123

Berita Terkini