Belum Setahun Terbentuk, Platform Ini Sudah Mengerjakan Project Nasional
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Salah satu platform digital besutan anak NTT, pegangtangan.com ini lahir dalam masa pandemi dan akan berusia sat tahun pada Juni mendatang.
Meskipun belum mencapai setahun, platform ini sudah banyak mengerjakan project nasional untuk pameran virtual seperti Festival Kopi Nusantara, Karya Kreatif Indonesia dan Festival Ekonomi Syariah.
Hal ini diungkapkan ketiga founder pegangtangan.com, Sam Djunaedi Ludji (Sam), Rafael Paulus (Paparaf) dan Edri Sengaji (Edri) dalam Acara Ngobrol Asyik Bersama Pos Kupang pada Jumat (19/03/2021) dengan tema "Kebangkitan Kreativitas".
Dalam kesempatan tersebut Sam mengatakan, pemilihan nama pegang tangan ini agak kontras dengan keadaan yang terjadi saat ini, yang mana tidak bisa berpegangan tangan secara langsung karena pandemi.
"Makanya yang bisa kita lakukan adalah pegang tangan secara virtual. Kenapa kami lebih memilih pegang tangan daripada gandeng tangan? Karena menurut kami pegang akan lebih abadi daripada cuma gandeng," jelasnya.
Platform ini, lanjut Sam, lebih terfokus ke UMKM - UMKM yang terdampak pandemi misalnya UMKM yang produknya banyak tapi tidak bisa jualan karena pandemi atau bahkan ada yang usahanya mati.
Dengan tiga unsur yang dimiliki, Sam sebagai Forografer, Paparaf sebagai desain grafis dan Edri sebagai web desain, dibuatlah terobosan ini.
Edri mengatakan, pegangtangan.com sendiri adalah UMKM dengan produk yang dihasilkan adalah produk - produk digital.
"Nah ketika kita mau masuk ke platform digital dimasa - masa sekarang ini apalagi dengan adanya pandemi, kita pikir kalau kita ajak UMKM, ini akan lebih menarik karena mereka punya produk yang kita tidak ragukan lagi," kata Edri.
"Kami sangat tidak meragukan produk - produk teman - teman UMKM yang ada di NTT kayak tenun, makanan dan lainnya," lanjutnya.
"Karena kebetulan pandemi jadi kami tidak bisa ke mana - mana saat ini hanya di Kota Kupang dan sekitarnya saja dulu," tambahnya lagi.
Dia melanjutkan, ketika para pelaku UMKM ini masuk ke market place, mereka kesulitan untuk berkompetisi secara virtual karena konsumen sendiri membeli sesuatu karena menarik secara visual baik dari sisi desain maupun foto.
"Ini yang kami perhatikan, di beberapa market place pun demikian. Mereka juga bercerita yang sama," ujarnya.
Edri mengakui, ketika para pelaku UMKM yang biasa berjualan konvensional tiba - tiba masuk ke pegangtangan.com yang digital, kendala sudah pasti ada karena digitalisasi sendiri belum menjadi kebiasaan di NTT.
"Mungkin tidak pada umumnya tetapi yang kami temukan bahwa itu belum biasa. Mengapa demikian? Karena apabila kita melihat dari media sosial mereka, mungkin tidak begitu dioptimalkan karena memang fitur - fitur yang begitu banyak tapi tidak optimal," jelasnya.
Lanjut dia, Indonesia sendiri punya market place yang besar namun tidak dioptimalkan. Jika secara konvensional, misalnya kalau membuat satu baliho di jalan maka hanya pengendara yang lewat dan melihat sepintas. Kemudian misalnya jika punya toko, maka hanya orang - orang yang lewat yang kesitu yang tertarik untuk masuk.
Tetapi jika dengan platform digital, demikian dijelaskan ke pelaku UMKM, produk mereka bisa sampai ke mana saja, bahkan tidak hanya di NTT melainkan bisa se-Indonesia dan ke luar negeri.
"Jadi, memang ada kendala dan kami beritahukan ke mereka, karena ini sebetulnya kebiasaan, bagaimana dulu sebetulnya di tempat lain, digital itu bukan karena pandemi. Kita di sini pas pandemi semuanya kaget, saya mau jualan kayak gimana," bebernya.
Menurut Edri, masa pandemi ini juga membuat para pelaku UMKM sadar akan pentingnya digitalisasi.
"Kita dari dulu tidak mau buat di platform digital sehingga pas pandemi baru kaget semua," tukasnya.
Meskipun demikian, lanjut dia, semua kendala sejauh ini bisa diatasi.
Dikatakan Paparaf, sebelum ada platform ini, ketiganya sudah berkarya masing - masing.
"Terus terang kita juga bingung ini pandemi kita mau buat apa bagaimana kita berkarya, bagaimana mita bergerak dan segala macam," kata Paparaf.
"Karena kita sudah terbiasa di platform digital jadi kita kolaborasi. Nah ketika kita ketemu teman - teman UMKM, memang mereka agak kesulitan beradaptasi karena memang situasi ini memaksa orang, atau malah teknologi memaksa orang untuk masuk ke situ," jelasnya.
Paparaf juga mengakui, mereka memang mengalami kesulitan namun tidak sedikit juga yang tetap meminta untuk dikerjakan.
" Jadi kadang - kadang kita kerjain logonya, desain produknya, foto produknya bahkan sampai ke website," jelasnya.
Terkait berbagai project yang telah dilakukan, Paparaf mengaku bersyukur.
"Kita bersyukur bisa terlibat didalam itu dan Kota dipercayakan untuk melakukan itu. Untuk sekelas Festival Kopi Nusantara, Karya Kreatif Indonesia itu menurut kita ya kita bangga bahwa kita bisa saling bantu, kita bisa saling pegang tangan untuk bawa ini keluar. Dan mereka bisa lihat bahwa kita punya produk tidak kalah kok. Kita bisa kemas secara visual yang baik, kita kasih video yang baik, saya pikir tidak kalah," ujarnya.
Sementara Sam mengatakan, kolaborasi antara mereka juga diberi jangka waktu berapa lama project dikerjakan.
"Karena yang sudah kita kerjakan itu memang kebetulan mepet sekali deadlinenya," jelas Sam.
"Rata - rata waktunya itu satu sampai dua minggu bahkan ada yang cuma empat hari," tambahnya.
Namun, lanjut Sam, sebenarnya yang membuat bangga adalah project - project nasional tersebut dikerjakan oleh orang NTT.
" Karena memang kita semua tahu di luar sana kan jarang orang - orang bikin project dan melibatkan kita dari NTT, jadi memang itu jadi satu kebanggaan buat kami," tuturnya.
Edri menjelaskan, deskripsi dari yang dilakukan, adalah laporan untuk teman - teman di UMKM.
"Kalau kami ini tiap hari merayakan hari raya. Hari raya kami adalah menunaikan ibadah revisi karena selalu ada yang harus direvisi pada website," timpal Paparaf berkelakar.
Selama menjalankan platform ini, ketiganya mengaku mendapat support dari orang - orang terdekat karena mereka sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini.
"Jadi, apa yang kami lakukan itu karena kami bisa dan kami suka dan itu juga sudah diketahui oleh orang - orang terdekat kita. Itu melakukan apa yang kita suka dan menghasilkan (income)," jelasnya.
Bagi Sam, bentuk support yang paling nyata adalah ketika ketiganya mengerjakan satu project mereka tidak pernah diganggu dan memang diberi keleluasaan untuk berkarya.
Edri juga menjelaskan seberapa efektif menggunakan platform yang satu ini.
Platform digital, kata Edri, adalah soal bagaimana orang mudah melihat produk, kemudian ada hal - lal teknis misalnya punya website, bisa diploptimalkan masuk ke pencarian, contohnya Google.
"Jadi banyak sekali fitur yang sangat efektif kalau mau dipakai. Ada fitur yang memang berbayar tapi memang ada fitur yang gratis. Kalau misalnya mau dipakai efektifnya itu sadis," jelasnya.
"Karena di Bali, pedagang sayur kangkung sudah pakai aplikasi. Makanya bisa manfaatkan ini.
Bahkan aplikasi kirim pesan pun sudah dibuat fitur untuk menyimpan katalog dan lain - lain," lanjut Edri.
Baca juga: Nomenklatur Perangkat Daerah di Lingkup Pemprov NTT Berubah, Wagub Kukuhkan dan Lantik 270 Pejabat
Baca juga: DPD PD NTT Buka Suara Keterlibatan Paul Papa Resi di KLB Sibolangit
Akun Instagram @pegangtangandotcom sendiri terlihat sepi namun bukan berarti tidak ada yang dilakukan tetapi kata Edri, sebelum memosting mengenai satu UMKM, sebelumnya ditanyakan dulu apakah boleh diposting atau tidak. Jika tidak dibolehkan, pegantangan.com tidak akan menguploadnya.(Laporan Reporter POS-KUPAMG.COM, Michaella Uzurasi)