Opini Pos Kupang

Menguping Doa-Doa Semesta

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Pos Kupang

Pertanyaan di puisi "Natal Seorang Petani" dan "Natal dan Nelayan" dengan jelas menunjukkan risiko yang dihadapi petani dan nelayan yang gagal panen dan gagal melaut. Sedangkan di puisi "Natal Seorang Buruh Kecil", si buruh kecil menutup undangannya dengan ajakan, "Mari Tuhan/kita ke sana/sebelum terlambat!" Ajakan juga menyiratkan risiko: keterlambatan bisa berakibat buruk.

Puisi-puisi Mukese tentang Maria adalah kekhasan lain dalam Doa-Doa Semesta. Bagian terakhir Doa-Doa Semesta diberi judul "Puisi Bunga-Bunga", dan dalam beberapa puisi di bagian tersebut, Maria disapa sebagai bunga, dan merupakan sosok yang kepadanya dipersembahkan bunga.

Dalam Litani Maria, Maria memang lazim disapa sebagai Mawar Gaib, "Rosa Mystica". Sapaan tersebut dikembangkan selama berabad-abad oleh sejumlah penyair dari khazanah lain dalam puisi-puisi mereka.

Domenico Giuliotti menulis satu puisi tentang Maria dalam buku puisinya Poesie (1932) dengan judul "Rosa autunnale" (Mawar Musim Gugur). Marino Moretti, penyair Italia lainnya, menyapa Maria sebagai "rosa fiorita nel giardino dell'amore", "mawar megah di taman cinta" dalam salah satu bagian puisinya yang berjudul "La cucina della Madonna", dalam buku puisi Il giardino dei frutti (1916).

Mundur ke periode yang lebih jauh, Maria sebagai Mawar Gaib muncul di kanto 23 Paradiso dalam Divina commedia Dante Alighieri. Sang Mawar Gaib dikelilingi oleh bunga-bunga lili putih yang melambangkan para rasul.

Di kantor tersebut jugalah lagu "Regina caeli" (Ratu Surga), salah satu antifon Maria, dinyanyikan.

Puisi-puisi Mukese melanjutkan pandangan tradisi berabad-abad tentang Maria sebagai ratu dan perantara. Di puisi "Bakung Surgawi", Maria disapa sebagai "Ratu Sabana". Peran Maria sebagai perantara ditunjukkan Mukese dalam puisi "Mawar Bukit Sion": "Betapa mesra kautemukan aku dengan Dia/pada tangkai kehidupan ini!"

Dia yang diperantarai Maria adalah Allah, yang dalam sejumlah besar puisi memiliki berbagai manifestasi, entah karena ditunjukkan dengan sapaan langsung, misalnya sebagai "sahabat" si aku lirik, maupun melalui relasi dalam puisi. Tuhan adalah "cahaya" dalam puisi "Sebutir Embun," "Yang Setia" dalam puisi "Setia Tuhanku", "sahabat" dalam puisi "Cinta-ku untuk-Mu" dan "Sahabat Natal", dan seterusnya, termasuk sebagai "Bapa" dalam puisi-puisi himne dan ode.

Melalui Doa-Doa Semesta, Mukese tidak hanya berhasil mengekstrak khazanah dan tradisi gerejawi yang berlangsung selama berabad-abad, tetapi juga menunjukkan sebuah sikap. Gugatan-gugatan para tokoh kecil dalam puisi-puisinya menunjukkan keberpihakan si penyair.

Sebagai ode dan himne, puisi-puisi dalam Doa-Doa Semesta adalah puisi-puisi yang ditulis dengan, dan dijalankan dalam, segenap kehidupannya.*

Berita Terkini