Ia beralasan kenapa memilih Undana sebagai mitra dalam mendukung keberhasilan program ini, dikarenkan keberadaan sumber daya manusia yang cukup di undana dan ditambah dengan akses pihak Undana ke Pemprov NTT yang cukup baik menyebabkan pilihan PLN NTT untuk melakukan kerja sama mewujdukan program ini.
"Undana sendiri punya doktor dan tekonologi hanf baik. Dari pada kita harus bawah batubara dari Kalimatan, hutan akan gundul. Saya sudah keliling NTT, banyak sekali pohon Gamal, lamatoro, Kaliandra yang tumbuh liar dan ketika di pangkas, itu bisa tumbuh lagi, itulah yang akan di manfaatkan" sambungnya lagi.
Ia mengajak masyarakat NTT agar memanfaatkan lahan tidur untuk menanam pohon yang dapat dimanfaatkan dan PLN akan membeli bahan tersebut melalui Undana.
Di NTT sendiri, Agus mengemukakan memiliki banyak potensi. Di Flores cukup dengan berbagai gunung api sebagai PLTU, NTT juga tingkat radiasi matahari paling tinggi sehingga dalam mengembangkan energi terbarukan dengan kekuatan matahari sangat baik dan hal itu telah dikerjakan oleh PLN.
Di pulau Timor, di daerah kabupaten TTS, memiliki potensi energr untuk pembangkit listrik tenaga angin. Saat ini pihak PLN pusat sedang melakukan proses sehingga kedepan, di NTT sendiri akan memiliki PLTA bertenaga bayu atau angin, layaknya di Eropa.
Agus menyebutkan, PLN sebelumnya, secara 100 persen menggunakan minyak sebagai bahan bakar, yang kemudian mulai berkembang dengan mencampurkan minyak dan juga minyak nabati sebesar 10 persen dalam kombinasi. Dan diketahui, terus terjadi peningkatan kombinasi hingga saat ini sebesar 30 persen minyak nabati.
"Biodisel ini adalah pencampuran bahan bakar solar (minyak) dan minyak nabati yang diolah dari kelapa sawit. Mesin PLN di NTT, menggunakan bahan bakar B30" jelasnya.
Ia menekankan, kunci keberhasilan dari program ini adalah manajemen keberlanjutan pasokan bahan baku, sehingga para pemangku kepentingan juga harus mempunyai keterlibatan penuh dalam program ini.
PLN juga sangat optimis dalam mengembangkan program ini tanpa melibatkan investor, dikarenkan akan ada banyak kepentingan yang terlibat dan juga biaya yang sangat mahal apa bila harus membangun sebuah pembangkit listrik yang baru. Untuk itu, dia menyarankan agar memanfaatkan potensi dalam daerah untuk melakukan pengembangan di PLN.
Selain itu, terkait harga bahan akan disesuaikan dengan bahan bakar lama yaitu batu bara. Sehingga naik dan turunnya harga batu bara akan mempengaruhi bahan CO-Firing itu. Untuk itu, masyarakat bisa memberi masukan ke pemerintah sehingga ketika mengambil keputusan tetap memperhatikan semua aspek.
"Semua ini hanya untuk NTT lebih baik, lebih sejahtera" tutupnya. (Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi)
Baca juga: Info, Ini Perbedaan Penerimaan CPNS 2021, PPPK dan Sekolah Kedinasan, Jalur Pendaftaran Via SSCASN