POS-KUPANG.COM | KUPANG - Universitas Nusa Cendana Kupang ( Undana Kupang) akan membuat dua jenis mesin sederhana dalam rangka kerjasama dengan PLN UIW NTT dalam pemakaian biomasa untuk co-firing.
Hal ini diungkapkan dosen Teknik Mesin Undana, Jefri S. Bale pada Rabu (10/03/2021).
"Jadi memang kita di Undana itu berniat membuat 2 jenis mesin. Mesin yang pertama adalah mesih pencacah kemudian setelah itu ada pengembangan kedepan untuk membuat pelet," jelas Jefri.
Baca juga: Guru Jadi Penjabat Kades Karena Dipandang Mampu dan Layak
Pada mesin pencacah, jelas Jefri, ranting pohon dimasukkan kedalam mesin tersebut kemudian menghasilkan wood chips.
"Jadi wood chips yang dihasilkan itu dipress lagi kemudian membentuk pelet yang lebih kecil.
Itu bukan hanya untuk kayu, tapi bisa juga untuk sampah dan lain - lain jadi peletnya itu bisa dihasilkan bukan hanya dari kayu tapi juga dari sampah untuk pengembangan berikut," ujar Jefri.
Baca juga: Christofel Tegaskan Ketua Berkarya Ende Sekarang RL Bukan Yang Lain
"Tapi kan memang dari spesifikasi mesin yang ada di PLTU Bolok kan bahan bakarnya itu belum bisa pakai yang sampah. Oleh karena itu untuk awalnya ini masih menggunakan mesin cacahan kayu saja," lanjutnya.
Mesin ini, kata Jefri, prinsipnya hanya chopper untuk memasukkan ranting kemudian diproses dalam wadah sebagai alat potong lalu chopper out yang menghasilkan chip.
Dia melanjutkan, mesin ini bisa digunakan selama 24 jam tergantung suplai bahan bakar.
"Ini kan mesin diesel, bahan bakarnya solar. Kalau bahan bakatnya lancar mesin dapat digunakan sebanyak bahan baku yang ada," kata Jefri.
"Bahan bakunya serpihan kayu seperti lamtoro , kaliandra, gamal, tapi ranting ya bukan batang utama," tambahnya.
Dia mengungkapkan mesin ini juga bukan teknologi yang sulit.
"Ini kan prinsip alatnya hanya alat potong saja jadi teknologi tepat guna yang digunakan itu bukan sesuatu yang luar biasa. Intinya bisa potong," jelas Jefri.
Pembuatan mesin ini, kata Jefri, selalu melibatkan mahasiswa.
"Pasti selalu melibatkan mahasiswa. Produksi banyak ini tergantung dari aktivitas kita, saat ini kan masih dibatasi," kata Jefri.
"Tapi kalau semua sudah berjalan normal, kita bisa push untuk membuat alat yang lebih banyak," pungkasnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi)