SMPK Giovanni Kupang Ubah Sistem Pembelajaran di Semester Genap

Penulis: Michaella Uzurasi
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMPK Giovanni, Kupang, Jacobus Simon Boleng, S.Pd., M.Hum.

Jac mengakui, para siswa mungkin saja jenuh dengan proses pembelajaran online yang sudah dilakukan hampir satu tahun ini. Meski demikian, lanjutnya, mau tidak mau harus melewati situasi ini.

"Jadi, kami sebagai guru tetap memberikan semangat kepada mereka melalui tips - tips yang kami berikan melalui WA grup atau melalui imbauan kepada orangtua, karena ada grup orangtua juga, supaya tetap ada kerjasama yang baik antara orangtua, sekolah dan juga siswa yang bersangkutan," ujar Jac.

Sejauh ini, lanjutnya, sekitar 75 persen sudah pasti bergabung dalam sesi pertama zoom meeting dan mereka yang tidak bergabung tetap diberikan keleluasaan untuk mengikuti sesi zoom meeting yang berikut.

"Kami bagi dalam kelompok - kelompok kecil untuk zoom meeting karena siswa kami kurang lebih 30-an orang setiap kelasnya, jadi ada yang membagi dua kelompok ada yang membagi tiga kelompok untuk setiap sesi," katanya.

"Mereka yang biasanya terpola karena sudah hampir setengah tahun lebih ini kita terpola bangun tidurnya terlambat berarti mereka bisa ikut zoom meeting sesi yang kedua dengan materi yang sama jadi mereka mendapat hak mereka yang sama," tambah Jac.

Jika siswa terlambat bangun sehingga melewatkan zoom meeting pada sesi pertama, kata Jac, tidak ada sanksi seperti halnya jika sekolah tatap muka, tetapi pihak sekolah hanya memberikan imbauan supaya para siswa jangan bergadang malam.

"Selama ini kami telusuri, di semester lalu itu mereka bangun terlambatnya karena game online, jadi pulsa data yang ada tidak digunakan untuk pembelajaran online tetapi larinya kepada game online jadi akhirnya imbasnya kepada bangun pagi," ungkap Jac.

Pihak sekolah juga sudah mengimbau kepada orangtua saat pembagian rapor semester ganjil, sehingga beberapa siswa yang jarang muncul di kelas online di semester lalu, saat ini sudah mengikuti kelas.

"Mungkin sudah diberitahukan oleh orangtua bahwa game online itu untuk sementara distop dulu," ujarnya.

Terkait pengeluhan orangtua yang mengalami kesulitan mengatur anak di rumah dalam hal pembelajaran, Jac menyarankan untuk menerapkan disiplin pada sang anak.

"Saya bilang kuncinya hanya satu, bapa mama tetapkan disiplin. Kalau bapa mama tidak bisa tetapkan disiplin anak, berarti kita mau suruh apapun nanti dia tidak akan melaksanakannya. Jadi kalau sudah terbiasa dengan pola yang membiarkan anak begitu saja nanti kewalahan pembelajaran daring ini. Tapi kalau sudah terpola disiplin dengan sendirinya jam 8 tepat mereka sudah ada di depan meja untuk siap ikut pembelajaran online," tegasnya.

Dalam mengikuti proses belajar online, pihak sekolah mewajibkan untuk berseragam tetapi jika siswa tidak sempat mengenakan seragam karena bangun terlambat, tetap diizinkan mengikuti kelas dengan pakaian bebas.

"Kami memang mewajibkan tapi seandainya kepepet dan waktu saat itu dia (siswa) baru bangun dan baru gabung tidak masalah. Yang penting bisa bergabung," katanya.

Situasi yang terjadi saat ini, lanjut Jac, memang bukan keinginan kita tetapi dia berharap bisa melewati situasi dan keadaan ini bersama - sama bergandengan tangan antara guru, orangtua maupun siswa yang bersangkutan.

"Kita coba supaya kita dapat melalui pembelajaran daring ini dengan baik, yang tentunya bahwa kita membekali mereka dengan pengetahuan, cuma bedanya situasi yang kita alami saat ini kita tidak bertatap muka secara langsung," ujar Jac.

"Yang kami ajarkan juga tidak semua seratus persen diajarkan, tetapi seperti yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan bahwa materi yang diajar yang dianggap paling penting saja. Kami berharap anak - anak bisa mengikuti sehingga apa yang kami ajarkan juga untuk bekal mereka kelak mereka SMA atau kuliah nanti," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi)

Berita Terkini