Derita Korban Erupsi Ile Lewotolok: Sudah Pulang Kampung Tapi Tetap Mengungsi

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Relawan Taman Daun dan warga Desa Lamawara bergotong-royong mengganti atap rumah warga terdampak erupsi Ile Lewotolok yang rusak, Senin (11/1/2021)

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA-Kebijakan Pemkab Lembata memulangkan para pengungsi erupsi Ile Lewotolok rupanya masih menyisakan masalah baru bagi penyintas yang rumahnya rusak berat akibat muntahan erupsi Ile Lewotolok di Desa Bungamuda dan Lamawara.

Kebanyakan atap rumah di dua desa ini bolong karena diterjang batu dan pasir erupsi Ile Lewotolok pada 29 November 2020 lalu.

Sejumlah penyintas yang sudah pulang masih mendapati rumah mereka sudah kebanjiran air hujan.

Baca juga: Belum Ada Tokoh Masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat yang Lebih Dulu Jalani Vaksin Covid-19

Salah satunya dialami oleh Yulius Bahir, warga Desa Lamawara, Kecamatan Ile Ape yang bersama keluarganya harus mengungsi lagi ke rumah kerabatnya di kampung karena kondisi rumah yang tidak bisa ditempati sama sekali.

Yulius mengaku sebelum atap rumahnya diperbaiki oleh para Relawan Taman Daun, kondisi dalam rumahnya sangat memprihatinkan. Semua perabotan rumahnya basah diguyur hujan.

Baca juga: Sekda Kupang Obet Laha Lepas CPNS Kabupaten Kupang Formasi 2019

"Saya bersyukur dan berterima kasih kepada Taman Daun karena mereka atap rumah kami bisa diperbaiki lagi," kata Yulius, Senin (11/1/2021).

Hingga kini menurutnya hanya Relawan Taman Daun saja yang peduli mengganti atap rumah warga terdampak erupsi Ile Lewotolok yang rusak. Sedangkan pemerintah daerah nampaknya tidak peduli sama sekali.

Hal yang sama juga diungkapkan Maria Kidi Balawala, 43 tahun, warga Desa Lamawara. Sebelum atap rumahnya diganti oleh Relawan Taman Daun, rumahnya sudah digenangi air hujan.

Maria dan keluarganya pun harus tinggal sementara di rumah kerabatnya yang atap rumahnya juga sudah ditambal.

"Kami ini disuruh pulang begitu saja dari Posko Pengungsian oleh pemerintah. Tapi ketika kami pulang rumah sudah bocor. Kalau hujan otomatis semua barang dalam rumah basah, kami mau bikin apa lagi," kata Wilhelmus Lagamaking, warga Desa Bungamuda.

Menurutnya, pemerintah hanya memulangkan warga terdampak erupsi Ile Lewotolok tanpa ada jaminan kehidupan yang lebih baik di kampung karena banyak rumah warga yang rusak akibat erupsi Ile Lewotolok.

Koordinator Relawan Taman Daun John Batafor menjelaskan sejauh ini Relawan Taman Daun sudah bergotong royong mengganti atap rumah yang bocor. Total ada 23 atap rumah yang sudah mereka ganti tanpa keterlibatan pemerintah daerah sedikitpun. Dari data yang mereka kumpulkan masih ada 27 rumah yang atap rumah perlu diganti.

Dia mengajak semua pihak yang peduli untuk membantu mengganti atap rumah yang rusak dan belum bisa ditempati.

"Yang perlu kita ingat dan menjadi catatan penting bahwa saat ini musim hujan dan ada beberapa orang cacat dan orang tua, jompo yang tinggal di dalam rumah yang atapnya bocor dengan kategori rusak berat. Ada juga yang terpaksa pergi mengungsi lagi ke kebun untuk tidur di pondok, dan ada yang bertahan di rumah tetangga yang sudah kita perbaiki atapnya.
Bisa dibayangkan bagaimana menderitanya mereka saat tidur malam lalu hujan lebat datang, bagaimana nasip orang tua, jompo dan yang cacat saat hujan lebat datang," ujar John.

Galang Tahir, salah satu Relawan Taman Daun, merasa heran karena sampai saat ini pemerintah daerah seperti tutup mata dengan kondisi semacam ini.

Padahal, masalah rumah yang rusak akibat erupsi ini sudah berulangkali ditulis di media massa dan media sosial.

"Seharusnya ini jadi tanggungjawab pemerintah juga, tidak bisa tinggal diam. Hak masyarakat untuk menikmati rumah yang layak," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Berita Terkini