Mengapa Mohsen Fakhrizadeh Menjadi Sasaran Pembunuhan?

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mohsen Fakhrizadeh secara khusus disebutkan dalam presentasi PM Israel Benjamin Netanyahu tentang program nuklir Iran pada April 2018.

Mengapa Mohsen Fakhrizadeh Menjadi Sasaran Pembunuhan?

Oleh Paul Adams, Koresponden Diplomatik BBC

POS-KUPANG.COM - Sebagai kepala organisasi penelitian dan inovasi kementerian pertahanan, Mohsen Fakhrizadeh jelas masih merupakan pemain kunci. Karena itu muncul peringatan Benjamin Netanyahu, dua tahun lalu, untuk "mengingat namanya".

Sejak Iran mulai melanggar komitmennya dalam kesepakatan nuklir Iran 2015, negara itu telah bergerak maju dengan cepat, membangun persediaan uranium yang tidak diperkaya (low enriched uranium) dan memperkaya ke kemurnian di atas tingkat yang diizinkan berdasarkan kesepakatan itu.

Para pejabat Iran selalu mengatakan langkah seperti itu dapat dibatalkan, tetapi perkembangan dalam penelitian dan pengembangan lebih sulit untuk diberantas.

"Kami tidak bisa mundur," kata mantan duta besar Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Ali Asghar Soltanieh, baru-baru ini.
Jika Mohsen Fakhrizadeh adalah pemain kunci yang dituduh Israel, maka kematiannya bisa mewakili upaya seseorang untuk mengerem momentum kemajuan Iran.

Dengan presiden terpilih AS, Joe Biden, berbicara tentang membawa Washington kembali ke kesepakatan dengan Iran, pembunuhan itu juga dapat ditujukan untuk memperumit negosiasi di masa depan.

Pada 2015, New York Times membandingkan Fakhrizadeh dengan J. Robert Oppenheimer, fisikawan yang memimpin Proyek Manhattan yang menghasilkan senjata atom pertama pada Perang Dunia Kedua

Fakhrizadeh, yang merupakan seorang profesor fisika, dikatakan telah memimpin Proyek Amad, program terselubung yang didirikan pada tahun 1989 untuk meneliti potensi untuk membuat bom nuklir.

Program itu ditutup pada tahun 2003, menurut IAEA, meskipun Netanyahu mengatakan dokumen yang diambil pada tahun 2018 menunjukkan Fakhrizadeh memimpin program yang secara diam-diam melanjutkan pekerjaan Proyek Amad.

IAEA telah lama ingin berbicara dengannya sebagai bagian dari penyelidikannya terhadap program nuklir Iran.

Kecurigaan bahwa Iran menggunakan program tersebut sebagai kedok untuk mengembangkan bom nuklir mendorong Uni Eropa, AS dan PBB menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan pada tahun 2010.

Kesepakatan 2015 yang dicapai Iran dengan AS, Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.

Namun sejak Presiden Trump membatalkan kesepakatan itu, kesepakatan itu gagal. Awal bulan ini, IAEA mengatakan Iran memiliki lebih dari 12 kali jumlah uranium yang diperkaya daripada yang diizinkan berdasarkan kesepakatan.

Sementara itu, ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat dan memuncak pada Januari dengan pembunuhan komandan pasukan Quds Pengawal Revolusi Iran.Jenderal Qasem Soleimani oleh Amerika.

Sumber: bbcnewsindonesia

Berita Terkini