Camat Ile Ape Sebut Debu Vulkanik Sempat Dirasakan Warga Pasca Erupsi Ile Lewotolok

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ugan Saing Penyelidik Bumi Madya (kiri) sedang memantau visual erupsi Gunung Ile Lewotolok di Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, KESDM, Badan Geologi, PVMBG, Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Jumat (27/11/2020)

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Camat Ile Ape Simon Langoday menyebutkan Abu Vulkanik sempat menghujani beberapa desa di wilayah Kecamatan Ile Ape dan Kecamatan Ile Ape Timur pasca erupsi Gunung Ile Lewotolok, Jumat (27/11/2020) pagi tadi.

Meski demikian, Simon Langoday menerangkan warga masih melakukan aktivitas seperti biasanya karena kondisi belum terlalu mengkhawatirkan.

Warga juga tidak merasa panik secara berlebihan karena menurutnya hal-hal semacam ini sudah biasa dialami masyarakat yang bermukim di lereng Ile Lewotolok.

Baca juga: Terkait Aksi Demo Masyarakat, Begini Penjelasan Mahasiswi KKN Undana

"Di desa mulai dari Waowala sampai Napasabok itu kalau kita keluar rumah pagi itu masih ada butiran-butiran debu di atap rumah dan halaman," kata Simon Langoday saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (27/11/2020).

Informasi yang dihimpun, hujan abu vulkanik tersebut juga sempat melanda tiga desa di Kecamatan Ile Ape yakni Desa Waimatan, Desa Lamagute dan Desa Aulesa.

Baca juga: Pemkot Kupang Raih Penghargaan dari Menteri Keuangan RI

Kepala Desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur, Mus Betekeneng mengatakan, warga merasakan adanya hujan pasir bercampur debu, menderu-deru di atas atap rumah selama beberapa jam.

Menurutnya, kejadian itu terjadi sejak jam 3 dini hari dan berangsur reda.

Dikatakannya, awalnya mereka sempat tidak tahu kalau itu akibat erupsi gunung Ile Lewotolok.

"Rasanya seperti hujan karena pasir dan abu yang beterbangan di atap rumah, tetapi tidak ada hujan yang turun," ujar Mus Betekeneng kepada wartawan, Jumat (27/11/2020).

Keterangan tertulis dari Badan Geologi
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memaparkan Tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok adalah Waspada (Level II) sejak 7 Oktober 2017.

Data Pemantauan:

1. Pasca status Waspada (Level II), visual tinggi asap G. Ili Lewotolok cenderung menunjukkan penurunan, dan dalam tiga bulan terakhir teramati tinggi asap rata- rata kurang dari 100 meter di atas puncak.

2. Pasca status Waspada (Level II), kegempaan G. Ili Lewotolok berangsur menurun secara fluktuatif. Data kegempaan dalam tiga bulan terakhir (hingga 26 November 2020) terekam stabil dengan rata-rata harian sebesar 1 kali gempa Hembusan, 2 kali gempa Vulkanik Dalam, 1 kali gempa Tektonik Lokal, dan 1 kali gempa Tektonik Jauh. Untuk gempa lainnya terekam rata-rata kurang dari satu kejadian per hari.

Kronologi erupsi Gunung Ile Lewotolok 27 November 2020 pukul 5:57 WITA, diawali dengan terekamnya gempa Vulkanik Dalam (VA) tanggal 26 November 2020 pada pukul 19:47 WITA, kemudian terekam kembali secara beruntun pada pukul 19:51, 19:52, 19:53, dan pada pukul 22:55 WITA.

Pada tanggal 27 November 2020 terekam gempa Vulkanik Dalam pada pukul 2:42, 5:37, dan 5:56 WITA, dan gempa Tektonik Lokal pada pukul 4:11 WITA. Kemudian berlanjut terjadinya erupsi/letusan pada pukul 5:57 WITA, dan pasca letusan terekam tremor hingga pukul hingga pukul 7:50 WITA dengan amplitudo tremor 2-3 mm (dominan 2 mm).

Visual asap erupsi teramati dengan intensitas tebal berwarna abu-abu kehitaman dengan tinggi kolom asap sekitar 500 meter di atas puncak condong dan terbawa angin ke arah barat. Visual asap kembali berwarna putih dengan intensitas tebal sejak sekitar pukul 6:30 Wita tanggal 27 November 2020 dengan tinggi asap sekitar 500 meter di atas puncak.

Dengan data kegempaan dan visual seperti saat saat ini maka aktivitas G. Ili Lewotolok tergolong tinggi dan berpotensi terjadinya erupsi susulan.

Potensi Bahaya:

1. Potensi bahaya G. Ile Lewotolok berupa lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat di dalam area radius 2 km dari puncak G. Ile Lewotolok (Kawasan Rawan Bencana III). Hujan abu berpotensi dapat menjangkau area yang lebih jauh tergantung dari arah dan kecepatan angin.

2. Potensi bahaya lain berupa longsoran/guguran material lapuk dari bagian puncak yang merupakan bagian atas intrusi yang diperkirakan mempunyai volume sekitar
400.000 m3 mengarah ke tenggara. Selain itu terdapat potensi bahaya gas-gas vulkanik beracun seperti CO2, CO, dan SO2 di daerah puncak G. Ile Lewotolok.

Kesimpulan:

Tingkat aktivitas G. Ile Lewotolok saat ini berada pada status Waspada (Level II).

Rekomendasi:
Dalam tingkat aktivitas Waspada (Level II) direkomendasikan masyarakat di sekitar G. Ile Lewotolok dan pengunjung/pendaki/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian, dan tidak beraktivitas dalam zona perkiraan bahaya di dalam area kawah G. Ili Lewotolok dan di seluruh area dalam radius 2 km dari puncak/pusat aktivitas G. Ile Lewotolok.

Masyarakat di sekitar G. Ile Lewotolok diharap tetap tenang, dan seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi G. Ile Lewotolok yang tidak jelas sumbernya.

Masyarakat di sekitar G. Ile Lewotolok dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar mengikuti himbauan Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD Provinsi/Kabupaten beserta aparatur terkait lainnya sesuai dengan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi sehingga jika diperlukan upaya-upaya mitigasi strategis yang cepat, dapat dilakukan dengan segera dan tanpa menunggu waktu yang lama. (Laporan Reporter Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Berita Terkini