Kematian Ibu dan Janin Dalam Kandungan di RSUD Lewoleba Tuai Kecaman

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekda Lembata, Paskalis Ola Tapobali diwawancarai di ruang kerjanya, Senin (11/5/2020).

Kematian Ibu dan Janin Dalam Kandungan di RSUD Lewoleba Tuai Kecaman

POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Kematian seorang ibu bersama janin dalam kandungan di RSUD Lewoleba, Kabupaten Lembata menuai kecaman warganet selama sepekan ini.

Warganet Lembata ramai membahas masalah ini di media sosial dan mengecam manajemen RSUD Lewoleba yang dinilai tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Direktur RSUD Lewoleba dr Bernard Beda yang dihubungi Pos Kupang, Minggu (8/11/2020), enggan berkomentar banyak dan mengatakan bahwa semua kronologi kejadian sudah dia laporkan ke Sekda Lembata.

Dia pun meminta wartawan meminta konfirmasi langsung dari Sekda Lembata.

Sementara itu, ditemui di kediamannya, Sekda Lembata Paskalis Ola Tapobali juga mengakui sudah menerima laporan kronologi kejadian dari Direktur RSUD Lewoleba.

Pihaknya tentu akan mendalami masalah ini dan jika ada kesalahan secara medis pihak-pihak terkait akan ditindak sesuai etika medis dan pegawai negeri sipil (PNS).

"Kita akan uraikan dulu masalahnya," kata Sekda Paskalis.

Lebih lanjut, Paskalis menguraikan, berdasarkan keterangan dari Direktur RSUD Lewoleba, pasien bernama Paulina Peni (32) datang ke Ponek RSUD Lewoleba pada pukul 23.42 Wita, Selasa (3/11/2020).

Sebelumnya, pasien berada di Rumah Tunggu Kelahiran (RTK). Namun, dia sendiri masih harus mengecek lagi di Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata perihal seperti apa penanganan pasien di Rumah Tunggu Kelahiran.

Kemudian di rumah sakit, oleh petugas medis, pasien mulai didiagnosa. Saat itu, pasien mengeluhkan rasa nyeri sejak pukul 19.00 Wita. Kemudian diagnosa, dan dilakukan tindakan medis. Karena belum ada tanda-tanda akan partus, petugas medis pun meminta pasien untuk beristirahat di rumah sakit.

"Kemudian jam 12.15 Wita periksa lagi belum ada tanda tanda. Semua secara medis normal, dia tidak informasikan bahwa ada gejala atau sakit bawaan apa. Jam 1 lebih mereka masih cek tapi memang belum ada tanda-tanda," ujarnya.

Menurut dokter, kata Paskalis, tidak ada permintaan operasi. Permintaan operasi bisa dilakukan atas persetujuan dari keluarga. Sementara saat itu tidak ada keluarga yang mendampingi pasien.

"Kalau mau permintaan operasi harus ada keluarga," katanya.

Menurutnya, pasien diperiksa dan ditindak sudah sesuai protap.

Halaman
12

Berita Terkini