Opini Pos Kupang

SARJANA MILENIAL (Catatan Lepas untuk Sarjana Milenial Pasca Wisuda)

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Logo Pos Kupang

Seorang cendekiawan akan mati dan terus mati bila ia tidak menulis. Beda dengan cendekiawan yang menulis menorehkan nama dalam sejarah peradaban dunia. Ia tidak mati selama-lamanya tapi ia mati untuk hidup hingga keabadian. Karena lewat karya tulisnnya ia dikenang, ide dan gagasan-gagasannya tetap segar, hidup, dan terkenang.

Sarjana milenial, cukupkah hanya memuat foto-foto dan status tentang sukses di media sosial? Sudah nyamankah dengan gelar yang Anda miliki? Kalau belum dan mau jadi cendekiawan muda yang namanya dikenang oleh dunia, menulislah untuk media-media lokal dan nasional agar Anda tidak hilang dari peradaban dunia sebelum ajal menjemput.

Saatnya sarjana milenial merasa tertantang dengan gelar yang dimiliki. Mulailah menulis. Jangan bangga dan merasa nyaman dengan gelar itu. Tidaklah cukup sarjana milenial hanya mendominasi dunia-dunia maya. Di sini saya membangkitkan spirit para sarjana untuk menorehkan nama lewat menulis.

Karena menulis adalah merawat dan melestarikan sejarah peradaban dunia. Artinya kaum cendekiawan namanya tidak sirna bersama hanyutnya hari dan waktu. Dengan menulis, skill seorang sarjana teruji di lapangan. Kalau belum menulis di media lokal dan nasional maka skill seorang sarjana patut dipertanyakan.

Karena menulis itu menghidupkan yang mati. Menjadi sarjana berarti mampu menulis dan mempublikasikannya di media resmi bukan media sosial berupa status dan gambar-gambar hits terkini. Sarjana milenial, mari budayakan menulis. (*)

Berita Terkini