Si Andreas Djawa senang dapat token gratis, 94 persen desa di NTT telah dialiri listrik
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Sebanyak 94 persen dari 3 353 desa/kelurahan di NTT telah dimasuki Aliran listrik, baik yang berasal dari PLN maupun non PLN.
"Enam persen sedang kami kerjakan di lapangan sehingga bisa 100 persen desa. Yang non PLN itu bisa dari pihak pemda setempat, LSM, kementerian, dan masyarakat setempat. Karena mereka ada sumber listrik di daerahnya," jelas General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Agustinus Jatmiko saat ditemui Pos Kupang, Selasa (27/10/2020) yang bertepatan dengan HUT ke-75 PT. PLN.
Agustinus juga menjelaskan, rasio elektrifikasi rumah tangga di NTT tahun 2020 telah mencapai 86,15 persen. Hal itu merupakan kemajuan, karena di awal tahun 2017 baru 60 persen.
Baca juga: Gubernur NTT Pastikan Lompatan Ekonomi 3000 Kali
Disebutkan, TTS dan Manggarai Timur merupakan daerah dengan elektrifikasi terendah dibandingkan kabupaten lain di NTT. Hal itu disebabkan letak geografis rumah penduduk yang mana terpencar.
"Karena terpencar, jadi bangunnya bertahap-tahap. Panjang jaringannya," urainya.
Alasan lain tambah Agustinus, karena sebagian masyarakat NTT masuk dalam kategori masyarakat miskin yang mana datanya berada di pemerintah. Biasanya, mereka akan mendapatkan subsidi dari pemerintah.
Baca juga: Kasdam IV/Diponegoro Sambangi Mako Satgas Yonarmed 3/105 Tarik
Sementara itu, daerah dengan elektrifikasi tinggi seperti Kota Kupang dan Flores Timur disebabkan karena penduduknya tidak terpencar dan kemampuan masyarakat untuk membayar atau menyediakan listrik untuk rumah tangganya termasuk baik.
Selama tahun 2020 ini, tambah Agustinus, PLN NTT telah melistriki 144 desa. PLN menyediakan anggaran yang cukup dan menggerakkan potensi mitra kerja di NTT serta berkoordinasi dengan pemangku kepentingan untuk mendapatkan akses memasang instalasi kelistrikan di daerah.
"Mohon doanya kami percepat tahun 2021 sudah di atas 90 persen atau kisaran 95 persen," pintanya.
Manajer Unit Layanan Pelanggan PLN Labuan Bajo, Ambara Natha mengatakan, rasio elektrifikasi di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) di atas 90 persen.
"Rasio elektrifikasi di atas 90 persen. Kita lihat jumlah penduduk per jumlah pelanggan," katanya.
Sementara itu untuk rasio desa berlistrik hingga Oktober 2020 di Kabupaten Mabar, lanjut Ambara, telah mencapai 88.76 persen. Hingga Oktober 2020, tinggal 18 desa yang belum teraliri listrik.
"Kami baru saja membuka di dua desa di Kecamatan Macang Pacar," ujarnya.
Pihaknya pun optimis untuk seluruh desa di Kabupaten Mabar akan mendapatkan layanan listrik. Target untuk keseluruhan desa terus diupayakan untuk mengalirkan listrik, hanya memang ada beberapa kendala terkait perizinan kehutanan.
"Untuk desa yang sulit dijangkau atau terisolir atau sulit dijangkau jaringan listrik karena melewati banyak kawasan hutan dan lain-lain kami bangun PLTS, misalnya beberapa desa di Kecamatan Macang Pacar, sehingga menaikan rasio desa berlistrik dan rasio elektrifikasi," tambahnya.
Salah satu desa yang sudah mulai merasakan masuknya aliran listrik adalah Desa Saenama, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka. Selama ini desa tersebut gelap gulita dan masyarakat hanya memandang tiang dan kabel yang terpasang sepanjang jalan. Namun saat ini, pemasangan kabel listrik sudah ke rumah-rumah dan sebagian sudah menikmati penerangan listrik.
Penjabat Kepala Desa Saenama, Brinsyna Elfrida Klau dikonfirmasi Pos Kupang, Selasa (27/10) menjelaskan, sekarang Desa Saebama sementara dilakukan pemasangan listrik dari rumah ke rumah.
"Sekarang sudah terpasang listrik di 60-an rumah dan sudah mulai nampak perkampungan yang hidup karena masyarakat sudah bisaa jalan dengan aman saat malam hari," tutur Ida Klau yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malaka.
Kepala Bapeda Malaka, Remigus Asa, SH mengatakan, dari total 127 desa yang ada di 12 kecamatan di Malaka, rata-rata jaringan listrik sudah masuk. Kebutuhan akan listrik secara umum sudah ada jaringan masuk ke desa masing-masing dan sebagian sudah terpasang listrik di rumah-rumah.
Diakuinya, topografi Malaka yang agak sulit sehingga belum semua rumah terpasang meteran listrik. Jaringan sudah masuk sampai ke daerah terpencil.
Mantan Camat Malaka Barat ini menegaskan untuk daerah yang belum terpasang listrik, pihaknya sudah berkoordinasi dengan GM PLN Wilayah NTT. Hasilnya, telah difasilitasi listrik masuk ke Desa Saenama dan Raesenawe, Kecamatan Rinhat.
"Jika ada yang belum terpasang itu karena Covid-19 sehingga kontraktor masih tunda. Untuk tahun 2020 ini juga Pemda sudah ajukan untuk pemasangan di Wemeda dan Raehane sebanyak 185 KK. Juga Kateri, Dusun Numbei dan Tualaran dalam waktu dekat dipasang listriknya," kata Remigius.
Dirinya optimis pada tahun 2021 seluruh desa di Malaka sudah terpasang jaringan listrik dan warga sudah bisa menikmati listrik 1 x 24 jam.
Solusi lain yang ditawarkan Pemda Malaka, kata mantan Kadis Pertanian dan Perkebunan Belu ini adalah melalui dana ADD bisa pengadaan solarcell karena harga 1 unit Rp 27 juta. Nanti ditempatkan di lokasi strategis agar bisa dinikmati warga.
Apakah dibutuhkan PLTS, Remi mengatakan, saat ini tengah dilakukan komunikasi dengan Kementrian Desa juga Kementrian Energi. Diharapkan sambil menunggu jaringan listrik terpasang ke rumah-rumah maka PLTS jadi alternatif.
Rindu Listrik
Sementara warga Desa Watu Mite Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende sudah lama merindukan listrik. Untuk itu, sudah lama membangun komunikasi dengan pihak PLN. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian, kapan pembagunan jaringan listrik dikerjakan.
"Ketika bicara listrik, sudah sejak lama warga Desa Watu Mite mengusulkan tetapi belum ada jawaban dan warga juga sudah lama rindu listrik, karena listrik," ungkap Kepala Desa Watu Mite, Kristoforus Aryanto Dei Siu kepada Pos Kupang, Selasa (27/10).
Kristoforus menyebutkan, selain Desa Watu Mite, ada tiga desa lain di Kecamatan Nangapanda yang belum dialiri listrik yaitu Ondorea Barat, Tenda Ondo, dan Romarea.
Kepala UP3 Flores Bagian Barat (FBB) , Yudi Lordyanto mengatakan, rasio elektrifikasi di UP3 FBB yang menangani enam kabupaten termasuk Ende, sampai dengan Agustus 2020, mencapai 88.47 persen.
Selama tahun 2020 (hingga September) PLN telah berhasil melistriki 66 desa yang masuk wilayah UP3 FBB, yang sebelumnya belum terlistriki PLN.
"Dengan pertumbuhan penjualan sampai September 2020 yakni 18.02 persen penambahan jumlah pelanggan, berhasil menyambung 21.621 pelanggan. Jumlah pelanggan UP3 FBB saat ini sebanyak 216.250 pelanggan," ungkapnya.
Yudi mengatakan, untuk di Kabupaten Ende sendiri, saat ini ada 21 desa yang belum dialiri listrik, termasuk desa Watu Mite.
Yudi menyebut, dari 21 desa tersebut, 10 desa on progres, artinya dalam tahun ini selesai, bisa dialiri listrik. Sisanya 11 desa realisasinya tahun 2021.
Belum adanya aliran listrik juga dialami warga Dusun Puta, Desa Tonggurambang Kecamatan Aesesa Nagekeo. Padahal sejumlah tiang listrik beserta kabelnya sudah terpasang sejak setahun yang lalu. Desa tersebut berada di ibu kota Kecamatan Aesesa.
"Kami berharap tahun ini sudah dipasang listrik karena sudah lama menunggu kepastian dari PLN," ujar warga Dusun Puta Veronika Tuling.
Ia menyebutkan, masyarakat yang kurang lebih berjumlah 40-an KK di tahun 2019 sudah gembira menyambut pemasangan tiang listrik oleh PLN. Bahkan, masyarakat ikut membantu mengangkut tiang listrik tersebut, tetapi hingga kini belum ada.
Manajer PLN Ranting Mbay, Baharudin Djodjo, mengatakan terkait pemasang jaringan di wilayah dusun Puta, Desa Tonggurambang, termasuk pemasangan jaringan Lego (Aeramo) Anak Koli dan Watu Api dikerjakan PT. Ride. Namun karena ada persoalan sehingga terjadi pemutusan kontrak.
Ia mengaku saat ini masih menunggu kontrak baru dan meminta masyarakat untuk tetap bersabar. Daerah yang sudah terpasang jaringan tersebut pasti akan di aliri arus listrik.
Dapat Token Gratis
Salah satu warga sekaligus tokoh masyarakat di Kelurahan Kelapa Lima, Kota Kupang, Laurensius Akoit, menyampaikan terimakasihnya kepada pemerintah dan pihak PLN, karena telah membantu masyarakat dengan token gratis di masa pandemi Covid-19 ini. Token gratis tersebut untuk masyarakat pengguna 450 dan 900 KVa.
Ia mengaku mendapat token listrik gratis sejak bulan April hingga saat ini. Bantuan tersebut sangat membantu masyarakat. Walaupun mungkin masyarakat di pedalaman masih susah mengakses bantuan token listrik gratis tersebut.
Hal yang sama juga dirasakan Markus Mite yang rumahnya dialiri listrik PLN dengan daya 450 Va.
Warga Kecamatan Pandawai, Andreas Djawa mengatakan, adanya token gratis dirinya bisa berusaha tani di pekarangan rumah dengan menggunakan dinamo listrik menaikkan air untuk menyiram tanaman. (cr1/cr4/kk/ii/jen/yon/yel/gg)