Berita NTT Terkini

Tujuh Manusia yang Berpengaruh pada Bisnis Keluarga

Penulis: Yeni Rachmawati
Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para Pelaku UMKM mengikuti Kelas Online KPw BI NTT, lewat aplikasi Zoom Meeting.

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Bisnis Keluarga dimulai dari bisnis kecil seperti UMKM bila dikelola secara baik maka bisnis keluarga bisa bertahan hingga ratusan tahun. Misalnya bisnis keluarga Faber Castel di Jerman yang sudah berjalan 8 generasi lebih dari 250 tahun.

Chairman the Center for Family Bussines Study, I Nyoma Marpa, kepada pelaku UMKM yang mengikuti Kelas Online KPw BI NTT, mengatakan dirinya pernah bertemu dengan salah satu pemilik Faber Castel dan bertanya bagaimana bisa Faber Castel bertahan hingfa 8 generasi dan dapat berekspansi ke 100 lebih negara.

Kata Nyoman, dulunya Faber Castel hanya bengkel kayu kemudian membuat pensil di rumah, lalu pensilnya bagus. Faber Castel dulu dimulai dari generasi pertama yang merintis bisnisnya. Jadi banyak perusahaan besar adalah bisnis keluarga.

Namun mengapa bisnis keluarga cepat jatuh tidak sampai ke generasi kedua? Karena tidak selamanya bisnis keluarga sudah bagus maka perusahaan bisa bertahan ribuan tahun.

"Namun ada faktor lain yaitu faktor keluarga dan kepemilikan. Faktor keluarga dan bisnis bila disatukan bisa buat panas dingin. Bicara sifat keluarga yang lebih mementingkan harmoni, sementara perusahaan punya target-target sendiri, objektif, punya visi.

Belum lagi ada pemilik bukan keluarga yang masuk di dalam, ini akan menjadi suatu yang kompleks, sehingga bisa terjadi bisnisnya bagus tapi hancur.

Untuk itu harus bisa berbagi peran dan transisi dari generasi satu ke generasi berikutnya. Karena banyak perusahaan yang bangkrut karena ada perkelahian antar keluarga. Mungkin di umkm belum tapi di perusahaan yang besar sudah kompleks seperti ini.
Ia menyampaikan ada tujuh jenis manusia yang berpengaruh pada mati hidupnya bisnis, yaitu

1. Tidak ikut dalam perusahaan tapi adalah anggota keluarga.
2. Orang yang bukan anggota keluarga dan tidak ikut dalam mengelola perusahaan tapi pemegang saham
3. Karyawan yang bukan kelaurga dan tidak punya pemegang saham

4. Keluarga tapi ikut mengelola hanya tidak mempunyai saham
5. Keluarga, pemegang saham tapi tidak ikut dalam perusahaan

6. Pemegang saham, ikut perusahaan dan bukan keluarga
7. Keluarga, pemegang saham dan ikut dalam perusahaan.

"Bisnis keluarga kalau bertemu dalam sebuah persoalan itu panas dan dingin karena sifatnya berbeda. Kalau namanya keluarga lebih mementingkan kebersamaan dan harmonisasi, sementara perusahaan mengutamakan pencapaian atau kinerja.

Misalnya perusahaan sudah besar ada dua anak yang ikut mengelola perusahaan, begitu wilayah A lebih baik dari B, bapaknya mulai memarahi anak, ini muncul tidak hanya di UMKM tapi juga di perusahaan besar," terangnya.

Ia mengatakan keluarga bersifat subjektif yang penting kumpul, harmoni dan bisa hidup, padahal perusahaan ukurannya jelas tahun ini dapat berapa, ekspansi kemana dan lainnya. Dua hal ini yang bertentangan, seringkali menimbulkan konflik yang membuat bisnis sangat rentan.

"Bagaimana membuat bisnis keluarga sistance apakah bisa bertahan selama-lamanya? kalau bicara sekolah bisnis, bisnis akan bisa bertahan selama-lamanya bila mempunyai strategi yang bagus, tata kelola yang bagus, operasionalnya juga bagus. Kalau sudah begitu bisnis dipastikan akan mampu bersaing.

Kadang kita lupa bisnis ini pengelolanya adalah keluarga. Bisnisnya bagus tetapi bapaknya lupa mengkader anaknya untuk menggantikan anaknya menjadi pimpinan, akhirnya tidak ada yang siap.

Maka hal yang kedua yang penting dalam membuat bisnis keluarga bisa tumbuh selama-lamamya adalah suksesi kepemimpinan dan kepemilikan," tuturnya.

Kata Nyoman jangan sampai ada pertengkaran antar anak karena kepemilikan menjadi masalah. Seringkali dipaksakan kepada anak, tapi belum tentu anak memiliki bakatnya. Suksesi harus disiapkan dari awal, kenapa bisnis keluarga 70 persen lebih jatuh di tangan generasi pertama dan kedua karena lebih banyak belum bisa melakukan transisi setelah ditinggalkan founder.

Ia menjelaskan suksesi perusahaan keluarga adalah pembunuh nomor 1 dari bisnis keluarga, gagal di dalam mentransfer kepemimpinan. Kemudian ada personel financial planning, pendidikan anggota keluarga, kesejahteraan anggota keluarga karena tidak semua anggota keluarga mempunyai kemampuan dalam mengelola perusahaan.

Bisa muncul konflik antar keluarga, dijelaskan lebih lanjut merupakan pembunuh nomor 2 dalam bisnis. Karena tidak adil dan tidak transparan sehingga kakak dan adik bisa berantem. Inilah yang membuat bisnis keluarga perlu ditata dengan baik.

Ia berharap rekan di NTT begitu memulai bisnis itu sangat luar baisa tetapi ada hal luar biasa adalah berani bermimpi mewujudkan menjadi besar. Berani memulai, berani berniat membesarkannya.
Begitu membesarkan perlu profesionalisme yang baik.

"Inilah yang digaungkan, profesionalkan bisnis kelaurga agar beruntun dan bisa bertahan sehingga keamanan pekerja juga bisa terjamin," ujarnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati).

Baca juga: Suami Jarang Ojek Lebih Betah Main Game, Bayi 3 Bulan di Ende - NTT Tewas Digorok Ibu Kandung

Berita Terkini