Teori evolusi telah mengajarkan bahwa yang mampu bertahan bukan yang terkuat atau yang terbesar. Tetapi yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman
POS KUPANG, COM - SAYA mengenal Partai Golkar sejak sekolah dasar. Kelas enam. Masih ingusan. Sekitar tahun tujuh puluhan. Orangtua saya seorang guru sekolah dasar (SD). Dipilih menjadi pengurus Golkar tingkat desa. Desa Compang Necak, Kecamatan Lamba Leda, Manggarai (kini Manggarai Timur).
Saban bulan sang ayah harus ke Benteng Djawa, ibu kota kecamatan. Mengikuti kegiatan (santiaji). Menimba tips-tips membesarkan Golkar. Mengenakan jaket kuning. Ayah bangga memakainya.
Sudah lebih dari tiga dekade Golkar hadir di persada ini. Paling tua dari partai lainnya. Menempuh perjalanan sejarah yang panjang. Dalam kurun waktu itu, akar 'beringin' tertancap kuat. Di bumi Ibu Pertiwi. Tak tergoyahkan. Misinya, memastikan Pancasila dan nilai-nilainya tertanam dalam sanubari setiap anak bangsa.
Generasi orang tua tentu masih ingat program yang dikenal dengan sebutan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Atau Eka Prasetya Pancakarsa. Suka atau tidak suka, program P4 di masa itu sebaga bukti kuatnya keterikatan Golkar dengan Pancasilaisme. Kokoh hingga saat ini. Panggilan Golkar yang sejak dulu tak pernah luntur.
Siapa yang mencoba atau berani memaksakan ideologi lain untuk menggusur Pancasila, Golkar terdepan membentenginya. Golkar dilahirkan untuk mengemban misi mulia ini. Panggilan sejarah yang tak pernah lekang. Memastikan Pancasila tetap tegak di bumi Ibu Pertiwi.
Karenanya pada era Orde Baru Golkar sangat kinclong. Tak ada lawan tandingnya. Tampil meyakinkan dari pemilu ke pemilu. Menang dan menang. Kalau sedikit 'melorot' bertengger di nomor dua. Tapi DNA-nya selalu nomor satu. Menguasai arena politik persada. Kekuasaan dikendalikannya. Hampir secara total.
Golkar melalui para tokohnya telah menancapkan berbagai karya amat berharga. Bekerja keras. Fenomenal. Lokomotif kemajuan Indonesia. Boleh disebut Golkar pelopor pembangunan saat itu. Pangan tercukupi. Rakyat aman. Petani bekerja tanpa mengeluh. Pupuk tak sulit dicari, selalu tersedia. Tak ada gejolak. Tak ada ribut-ribut. Apalagi demonstrasi.
Saya sangat bangga. Ikut menikmati hasilnya. Setidak-tidaknya bisa bersekolah. Lagi-lagi, sewajarnya Golkar disebut sebagai pelopor pembangunan. Seluruh rakyat merasakan manfaat kiprah Golkar. Tak sekadar hadir. Apalagi hanya menjadi 'penghangat' pemilu. Tidak! Banyak partai yang gulung tikar karena sekadar hadir. Tak memiliki platform yang kuat. Ikut bertarung dalam pemilu tapi gagal. Kalah, bubar, menghilang.
Kuncinya adalah bagaimana beradaptasi dengan perubahan. Teori evolusi telah mengajarkan bahwa yang mampu bertahan bukan yang terkuat atau yang terbesar. Tetapi yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Golkar mengaplikasikan teori ini. Beringin pun tidak layu. Mampu bertahan. Diterpa badai sekalipun. Akarnya bahkan semakin kuat menancap bumi. Menjadi petarung sejati. Menduetkan figur-figur berpengalaman, usia matang dalam struktur dengan milenial. Kaum muda potensial. Sebagai pionir.
Saya menyebutnya duet vokalis 'tembang lawas' dengan rock and roll. Kalau dalam dunia tarik suara, misalnya, struktur yang berusia matang (50-an tahun) pasti menyukai tembang-tembang lawas. Dinyanyikan dengan penuh penghayatan. Sedangkan kaum muda, milenial, menyukai lagu- lagu rock. Cepat, goyangan mendominasi. Karena itu energi, stamina, harus kuat.
Duet ini sebagai sebuah transformasi. Perpaduan yang kuat menuju Golkar partai modern. Mengukir kejayaan di masa mendatang. Menang pada level pemilihan kepala daerah hingga menatap Pemilu 2024. Bukan sekadar mengulangi sukses sebagai runner-up peraih suara terbanyak Pileg 2019.
Itu sekilas napak tilas Golkar dalam dimensi waktu. Pada era reformasi saat ini Golkar terus mengibarkan panjinya. Memantapkan langkah untuk berbakti. Meraih simpati, menuai dukungan. Tetap berakar kuat di masyarakat. Dan, memang nyata. Sangat nyata. Terbukti dalam setiap pemilu pada era reformasi hingga pemilu terakhir (2019), Golkar selalu menang. Tak pernah kehilangan posisi. Dua besar!
Strategi Jitu
Medio Desember 2019 lalu. Lagi-lagi saya sangat bangga. Tatkala menyaksikan Munas X Golkar melalui layar kaca. Di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan. Selasa (3/12) hingga Kamis (5/12/2019). Suasananya teduh, aman. Tak ada riak-riak. Tak ada gontok-gontokan. Tak ada dualisme. Apalagi kubu-kubuan. Faksi-faksi.
Biasanya, apa yang disebutkan terakhir ini, selalu terjadi saat munas. Latarnya, tak lain, ingin merebut kekuasaan. Ada target tertentu untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Membonceng partai, menunggang amanah. Mengorbankan kepentingan partai dan rakyat. Catatan kelam munas- munas sebelumnya ini tidak terjadi. Semuanya bersatu memajukan Indonesia. Seutuhnya pendukung Golkar menuju Indonesia Maju.