"Kita tahu bahwa Hepatitis C adalah virus yang sampai hari ini belum ada vaksinnya dan NTT, lewat valoak kita mampu untuk menyembuhkan. Yang riset adalah orang NTT. Kedepannya akan kita produksi untuk kita mampu mengobati sekian orang yang mengalami sakit Hepatitis C" tambahnya.
Kemajuan - kemajuan seperti ini, kata Viktor, akan berlanjut terus hanya lewat riset dan hanya lewat orang - orang yang sudah disiapkan.
"Ini kan manusia pada hari ini tanpa bantuan pemerintah mereka jadi seseorang, terpanggil pulang untuk membangun provinsi. Tapi kan tidak boleh selamanya provinsi ini seperti ini" ujarnya.
"Provinsi ini harus punya desain dengan menyiapkan anak - anak muda ini untuk melakukan pendidikan macam apa kedepan sehingga mereka banyak mengisi laboratorium - laboratorium utnuk mendapatkan hasil yang luar biasa" sambungnya.
Viktor berkeyakinan, kalau manusia NTT itu keras karena alamnya, maka pohon - pohon dan binatang serta didalam lautnyapun punya ciri khas yang luar biasa dan hal itu bisa temukan dalam riset - riset.
Viktor juga bersyukur karena Fima Inabuy, selalu ketua tim laboratorium biomolekuler bersama teman - teman mampu membuat terobosan - terobosan luar biasa.
"Saya tahu ada penderitaan luar biasa di situ" imbuhnya.
Meski demikian, lanjut Viktor, tidak ada jalan yang 'enak' untuk mencapai sesuatu yang luar biasa.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Undana, Prof. Fred L. Benu, menyampaikan apresiasi yang begitu besar kepada Gubernur NTT sebagai gubernur yang punya karakter.
"Orang bilang kita orang NTT itu keras. Kita hidup diatas tanah yang keras. Oleh karena itu kita juga membutuhkan seorang pemimpin yang karakternya agak sedikit keras untuk menghadapi tantangan yang ada di provinsi ini" kata Fred.
$Karena itu saya menyatakan apresiasi yang sangat besar kepada kepemimpinan pak Gubernur dan pak Wakil Gubernur yang berkenan untuk mendorong adanya laboratorium biomolekuler kesehatan masyarakat di provinsi ini kerjasama atas inisiasi dari adik - adik di Forum Akademia NTT (FAN)" lanjutnya.
Fred melanjutkan, atas inisiasi dari FAN, kerjasama yang sudah dimulai sejak bulan April lalu ini yang memungkinkan dilakukan launching laboratorium biomolekuler dalam situasi pandemi.
Saat Gubernur meminta Undana untuk bekerja sama, kisah Fred, sebenarnya Undana secara fasilitas belum menjadi rumah sakit tapi klinik.
"Seorang pemimpin ia langsung mengeluarkan satu keputusan bahwa klinik Undana ini berstatus sebagai Rumah Sakit Penyangga Covid-19. Itu adalah satu keputusan politik yang sangat berani.
Keputusan itu memungkinkan kita juga dirorong kinerjanya untuk menyediakan semua kemungkinan pelayanan bagi masyarakat pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya dalam situasi pandemi saat ini" ungkap Fred.
Atas dukungan Gubernur juga sejumlah besar fasilitas sudah disiapkan dengan segala kapasitas untuk menyediakan anggaran dan fasilitas yang lain yang memungkinkan pada waktunya, dengan adanya laboratorium biomolekuler, klinik Undana naik status menjadi rumah sakit.