POS-KUPANG.COM - BEBAN Perempuan saat pandemi Covid-19 meningkat, dipicu tekanan dari banyak sektor akibat menyebarnya virus Corona. Kondisi ini dialami perempuan-perempuan Nusa Tenggara Timur ( NTT).
Banyak perempuan kehilangan pekerjaan. Ada yang terpaksa dirumahkan dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Sejumlah perempuan justru tertular Covid-19. Klaster keluarga sangat berpengaruh terhadap penularan Covid-19 ke ibu rumah tangga.
Tugas dan perannya pun berlipat. Selain memperhatikan urusan rumah tangga, termasuk kebutuhan ekonomi, ibu rumah tangga berfungsi sebagai guru untuk membimbing dan mendidik anaknya.
• Ahli Waris Petugas Sensus Ende Terima Santunan Kematian BPJamsostek Rp 42 Juta
Istri mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Lusia Adinda Dua Nurak Lebu Raya ( Lusia Adinda Lebu Raya) menyoroti peran perempuan NTT pada masa pandemi Covid-19. Meski terdampak, namun perempuan tetap berusaha bangkit.
"Terbukti, di masa pandemi ini banyak sekali usaha-usaha yang baru muncul juga karena perempuan," kata Lusia dalam acara Ngobrol Asyik bersama Pos Kupang, Jumat (25/9/2020).
Kegiatan yang dipandu jurnalis Pos Kupang Novemy Leo ini juga menghadirkan Wakil Ketua Bidang Isu Perempuan dan Remaja pada Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi NTT, Gusti Brewon.
Menurut Lusia, perempuan sangat potensial dan selalu berada pada garda terdepan.
"Sebagai contoh dalam bidang kesehatan, kurang lebih 71 persen perawat adalah perempuan dan sisanya adalah laki-laki. Dari WHO saja 70 persen perempuan," sebut mantan Ketua PKK NTT ini.
Dosen Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Bali ini mengungkapkan, diskriminasi terhadap kaum perempuan masih terjadi pada masa pandemi.
"Perempuan itu punya tiga peran fungsi. Yang pertama, dia harus mengurus rumah tangga. Kedua, dia harus bekerja dari rumah. Ketiga, harus berpikir bagaimana mensuplai makanan. Sebagai pengelola keuangan. Apakah harus ke pasar, apakah harus dipesan online dan sebagainya sangat rumit sekali," jelas Lusia.
Menghadapi virus Corona, kata Lusia, bukan hanya persoalan perempuan saja tetapi laki-laki harusnya ikut berperan. "Diskriminasi terhadap perempuan itu terjadi pada masa normal, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini. Kalau pembagian kerja itu jelas si suami membantu istri," tambahnya.
Ketua Kwarda Provinsi NTT mengimbau masyarakat NTT untuk mematuhi protokol kesehatan. "Mari kita patuhi protokol kesehatan. Harusnya pemimpin yang memberi contoh terlebih dahulu. Ketika pemimpin memberi contoh yang baik tentu akan diikuti oleh seluruh masyarakat," ujar Lusia.
Wakil Ketua Bidang Isu Perempuan dan Remaja pada PKBI Provinsi NTT, Gusti Brewon mengatakan, data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTT per Kamis (24/9) sebanyak 388 kasus. Ada 132 merupakan perempuan dengan rentang usia produktif dari 19 sampai 25 tahun.
"Bayangkan ini perempuan-perempuan produktif, perempuan muda atau bisa saja ibu rumah tangga," kata Gusti.
"Misalnya dari 388 kasus, terkonfirmasi ada sekitar 20-an positif, maka perempuan menurut saya dia menerima resiko juga karena misalnya dia tidak aktif lalu laki-laki aktif dan datang. Dia tidak melakukan apa-apa tapi menerima resiko," tambah Gusti.
Ia menjelaskan, virus Corona ini akan sangat masif bekerja pada kromosom X. "Laki-laki itu kan hanya punya satu sementara perempuan punya dua kromosom X. Selama ini basis data kita cuma jumlah kasus kontak tracing, tapi apakah kita sudah tracing perempuan dengan segala resiko? Belum," urai Gusti.
Gusti tak memungkiri peran perempuan sebagai garda terdepan dalam membuat masker saat pandemi Covid-19.
"Ketika masker itu susah (didapat) perempuan sebagai garda terdepan. Bayangkan masker yang pabrikan kan sedikit, masker yang jahit kan lebih banyak dan saya yakin hanya satu atau dua persen laki-laki yang menjahit masker. 98 hingga 99 persen adalah perempuan. Mereka menjahit untuk dirinya mereka juga menjahit untuk masyarakat," ujarnya.
Ini merupakan hal kecil. Namun, harus ada kesadaran bahwa meskipun terdampak pandemi paling besar, bebannya paling besar, perempuan itu tangguh dan mampu mencari solusi untuk banyak hal.
Untuk menghadapi pandemi ini, ujar Gusti, media juga punya andil dalam membantu. Tergantung bagaimana produksi informasi yang beredar. Apakah kita memproduksi rasa takut atau membangun rasa empati berbasis human interest.
"Mari menjaga diri sendiri dan berbagi peran secara adil. Laki-laki bisa bersama-sama dengan perempuan, untuk bisa kita hadapi pandemi Covid-19," imbuh Gusti. (michaella uzurasi)