Timor Leste Tidak Mungkin Gabung Kembali dengan Indonesia, Konsul Zito: Negara Itu Sudah Merdeka

Penulis: Paul Burin
Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Konsul Republik Demokrat Timor Leste (RDTL), Jesuino Dos Reis Matos.

Timor Leste Tidak Mungkin Gabung Kembali dengan Indonesia, Konsul Zito: Negara Itu Sudah Merdeka

POS-KUPANG.COM - Isu bahwa Timor Leste di ambang kebangkrutan dan rakyatnya akan kembali bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sesuatu yang tak mungkin dilakukan karena sangat terkait dengan sikap politik.

Hal itu ditegaskan Konsul Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) di Kupang, NTT, Jesuino Dos Reis Matos C, saat dimintai pendapatnya oleh Pos-Kupang.com, Kamis (10/9/2020).

Konsul yang biasa disapa Zito ini membantah dengan tegas kabar yang menyebutkan bahwa penduduk Timor Leste akan memilih kembali ke NKRI.

Zito mengatakan negara itu sudah merdeka. Karena itu, tak mungkin akan kembali ke NKRI. 

Justru saat ini, kata Zito, negaranya sedang giat membangun di berbagai segmen kehidupan.

Infrastruktur jalan dari ibukota negara Dili ke distrik-distrik hingga desa-desa sudah berjalan dengan bagus. Aspal, listrik dan air bersih giat dilakukan.

Dia mengatakan, semua kabel listrik dengan tegangan tinggi diberi alat pengaman agar tidak mudah rusak ketika cuaca buruk.

Jika terjadi pemadaman listrik, katanya, itu  hanya karena ada pemeliharaan atau dipadamkan untuk menghindari pohon yang tumbang mengenai jaringan.

Dalam situasi Covid-19 saat ini, kata dia, negera memberi perhatian kepada masyarakat. Berbagai dana dikucurkan untuk membantu daya beli masyarakat.

Timor Leste juga terus memperkenalkan pariwisatanya yang luar biasa.

Menurut dia, pariwisata, baik di Timor Leste maupun di NTT, patut dikemas secara tradisional karena wisatawan yang datang merupakan orang-orang yang sudah menikmati "surga".

Jangan sebaliknya, membangun hotel berbintang.  "Bangunlah home stay dengan ciri local traditional," kata Zito.

Belakangan ini berbagai isu miring tentang negara demokratik Timor Leste terus berhembus.

Di antaranya, negara yang baru melepaskan diri dari Indonesia itu jatuh miskin setelah kekayaannya dikeruk habis Australia. Kini pun negara itu di bawah cengkeraman utang dari negeri tirai bambu China.

Zito mengatakan, informasi-informasi itu hanyalah isu yang sengaja disebarkan oleh pihak tertentu yang ingin mengacaukan suasana di negeri matahari terbit itu.

Zito mengatakan, informasi sesat itu disampaikan oleh pihak tertentu di Timor Leste yang memanfaatkan gejolak politik negara saat ini.

Ia mengakui bahwa suasana politik di negaranya sedang tak kondusif.

Menurut Zito, meski terjadi gejolak, pemerintahan tetap berjalan untuk melayani masyarakat.

Ia mengatakan jika terjadi gejolak ekonomi, semata karena dampak dari Covid-19, yang mana juga dialami semua negara di dunia, termasuk Indonesia.

Saat ini, katanya, situasi karena pengaruh Covid-19 berangsur pulih. Pasar-pasar dan pusat pembelanjaan sudah buka kembali, kecuali penerbangan. Perekonomian mulai menggeliat kembali meski tetap mengikuti protap Covid-19.

Emergency state hanya terjadi di perbatasan negara terutama bagi pedagang-pedagang dari Indonesia melalui NTT. Namun sudah disepakati tiap hari Rabu pintu perbatasan dibuka.

"Sebelumnya para pedagang ini hanya dikasih interval waktu dua jam saja di pintu perbatasan untuk memasukkan material dagangannya," kata Zito.

Berada di Urutan ke-152

Sebelumnya, UNDP dan Bank Dunia, Timor Leste berada di urutan ke 152 dari 162 negara termiskin di dunia.

Bahkan militer negara di bagian timur Pulau Timor itu tidak masuk dalam daftar negara dengan kekuatan militer mumpuni.

Kini masalah baru muncul, meskipun punya simpanan di bank luar negeri mencapai ratusan triliun, namun negara Timor Leste diprediksi akan hancur 10 tahun mendatang.

Negara Timor Leste dulunya merupakan bagian dari Indonesia dengan nama Provinsi Timor Timur.

Namun pada 31 Agustus 1999, Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk memilih melepaskan diri atau tetap bersama Indonesia.

Referendum yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengakhiri konflik yang terjadi sebelumnya, serta memberi jalan bagi Timor Leste lepas dari Indonesia.

Timor Leste baru resmi diakui sebagai negara secara internasional 3 tahun setelah pemungutan suara, yaitu pada 2002.

Mantan perdana menteri Timor Leste Xanana Gusmao (kanan) berbincang dengan Rui Araujo, yang saat foto ini diambil masih menjabat menteri kesehatan, di kantor perdana menteri Dili. Setelah Xanana mengundurkan diri, Rui Araujo diangkat menjadi perdana menteri baru. (VALENTINO DE SOUSA / AFP)

Bertahun-tahun setelah merdeka, mantan Perdana Menteri Timor Leste , Xanana Gusmao tiba-tiba membeberkan permasalahan pokok negara itu, yakni kemiskinan.

Gusmao mengaku pesimistis rakyat Timor Leste akan keluar dari zona krisis kemiskinan.

Gusmao mengungkapkan bahwa Timor Leste memiliki dana abadi dengan nominal ratusan triliunan rupiah.

Dana itu, katanya, sekarang tersimpan di Bank New York, Amerika Serikat

Namun, dia mengatakan, meski dana ratusan triliun rupiah itu cair, 10 tahun mendatang Timor Leste akan menjadi negara yang mati.

Melansir dari The Oekui Post, Rabu (16/9/2020), laporan trimestral dari Banco Central Timor Leste (BCTL), baru-baru ini mengumumkan bahwa jumlah dana perminyakan Timor Leste yang tersimpan di Bank New York sebesar 18,4 miliar dolar AS (Rp 273 triliun – kurs Rp 14.840).

Mulai tahun 2021, Pemerintah Timor Leste akan menggunakan uang simpanan itu sebagai kebutuhan belanja negaranya sebesar 1,4 miliar dolar AS atau Rp 20,77 triliun.

Sehubungan dengan hal itu, banyak orang yang mulai berpikir dan prihatin terhadap keberlanjutan kondisi keuangan Timor Leste.

Sebuah seminar digelar di negara itu untuk mendiskusikan segala prioritas anggaran nasional Timor Leste.

Dalam acara itu, mantan PM dan juga pejabat kharismatik Timor Leste, Xanana Gusmao percaya bahwa negaranya memiliki uang yang disimpan di Bank New York.

Gusmao juga sangat percaya bahwa Rancangan Anggaran Negara akan lolos di tingkat parlemen, karena memiliki suara mayoritas.

“Anggaran bisa saja lolos, tetapi prosedurnya yang bermasalah,” katanya.

Ia menambahkan, dana perminyakan masih ada.

Tetapi menurutnya, jikalau pemerintahan Taur Matan Ruak memimpin hingga 10 tahun lagi, semua orang akan mati.

Taur Matan Ruak, PM Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) (Wikipeda)

Dia mengambil contoh, untuk membayar hotel yang digunakan untuk karantina, bayar catering juga tidak tahu bagaimana cara kelola uang.

Pemeritahan itu juga tutup mata dalam menganggarkan untuk proyek yang bersifat emergensi, seperti pandemi Covid-19.

“Ini artinya, selama 10 tahun mereka tetap memimpin, lebih baik kita lari saja entah ke mana. Kalau 10 tahun mereka memimpin, kotamadya jangan disebutkan,” katanya.

Gusmao menyebutkan, hampir dua tahun lebih pemerintahan yang dipimpin PM Taur Matan Ruak tidak memiliki anggaran negara hingga saat ini.

Sementara itu, PM Taur Matan Ruak mengatakan bahwa tahun 2020 merupakan tahun yang penuh dengan tantangan.

 “Karena pertama, anggaran negara tidak lolos di Parlemen Nasional, dimana negara terpaksa menggunakan dana dua decimal,” katanya.

Selain itu, Ruak menyebut Timor Leste dilanda bencana alam pada 13 Maret 2020 dan 22 Mei 2020, yang merusak rumah warga dan fasilitas publik yang mengalami kerugian mencapai 50 juta dolar AS (Rp 742 miliyar).

“Terakhir, timbul Covid-19 yang bukan hanya memberikan pengaruh terhadap layanan kesehatan, tetapi memicu dampak ekonomi dan sosial,” ujarnya.

Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Timor Leste Menjawab Tudingan Miring tentang Eks Provinsi ke-27 Indonesia, Konsul Jesuino:Isu Belaka

Berita Terkini