Webinar Bersama 130 Guru di Lembata, Robert Bala: Siswa Harus Banyak Bergerak

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyelenggaraan Webinar bersama 130 guru di Lembata dengan tema 'Pembelajaran Bermakna' di Sekolah Keberbakatan Olahraga San Bernardino (SMARD), Sabtu (5/9/2020).

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Penulis buku Pembelajaran Bermakna (dalam proses terbit di Gramedia Widiasarana Indonesia), Robert Bala, menekankan tentang pentingnya melakukan sesuatu yang bermakna dalam proses pembelajaran. Guru tidak perlu terbebankan oleh target pencapaian materi.

Sebagaimana diutarakan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, guru mestinya lebih fokus pada pembelajaran yang bermakna, berada dalam jangkauan siswa dan guru serta menyentuh.

Prihatin Dengan Mental Anak Muda, Kesbangpol Lembata Siapkan Program Revolusi Mental

Perihal ini Bala ungkapkan dalam penyelenggaraan Webinar bersama 130 guru di Lembata dengan tema 'Pembelajaran Bermakna di Tengah Pandemi' di Sekolah Keberbakatan Olahraga San Bernardino (SMARD), Sabtu (5/9/2020).

Lebih lanjut, menurut Bala, hal paling utama ialah pembelajaran harus disesuaikan dengan kemauan otak. Otak sangat membutuhkan oksigen. Sirkulasi oksigen dalam otak hanya diperoleh dengan bergerak. Dengan bergerak yang didesain dalam pembelajaran, maka proses penyerapan pembelajaran akan lebih efektif ketimbang meminta siswa `duduk tenang'. Dampaknya, pemahaman yang disalurkan guru itu tidak efektif sampai pada siswa.

Praeses Seminari Lalian Terima Organ Liturgis dari Angkatan 40

Robertus Bala yang juga penulis buku 'Creative Teaching, Mengajar Mengikuti Kemauan Otak' ini menekankan kesadaran akan gerak telah menginspirasi berdirinya SMA Keberbakatan Olahraga San Bernardino. Di sekolah ini, setiap pagi, siswa diberi kesempatan minimal dua jam untuk berolahraga.
"Biarkan mereka capek, dan setelahnya kita akan enak mengajar mereka," ungkap Bala yang mengadopsi konsep pembelajaran Finlandia di Lembata.

Alex Aur Apelaby, Dosen Liberal Arts Universitas Pelita Harapan Jakarta, memberi penegasan bahwa membiarkan siswa bergerak dengan sebuah desain yang baik akan sangat membantu. Alex sendiri mengakui bahwa hal itu diamati sendiri pada puteri sulungnya. Ia tidak bisa tenang di tempat, selalu berjalan. Tetapi dengan bergerak sesuai iramanya, kadang ia mengajukan pertanyaan yang setingkat orang dewasa.

Narasumber lainnya yakni Dr Damianus Dai Koban menandaskan perlunya kerjasama lintas bidang studi dari para guru.

"Banyak kali guru egois mempertahankan kemandirian mata pelajarannya. Padahal para ahli dalam bidangnya telah sepakat bahwa persoalan abad 21 yang penuh dengan kompleksitas hanya bisa diatasi dengan kerjasama lintas bidang studi," tandasnya.

Kegiatan webinar ini menuai apresiasi dari para guru yang jadi peserta dan Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday.

Wabup Langoday mengapresiasi para guru yang mengajar dengan tulus mengantarkan anak-anak Lembata kepada pengetahuan yang lebih baik.

"Kami memperoleh hal-hal sederhana yang selama ini kurang kami berikan perhatian. Selama pandemi kami kurang memberikan ruang untuk bergerak, padahal bergerak dapat memungkinkan sirkulasi oksisgen yang sangat penting untuk pemahaman dalam pembelajaran," demikian yang diungkapkan salah satu pesera webinar, Anton Ata.

Webinar pendidikan ini terselenggara atas inisiatif Yayasan Koker Niko Beeker bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT dan Dinas PKO Lembata.

"Kami sadar bahwa hal ini sangat dibutuhkan oleh para guru. Karena itu setelah sukses membawakan webinar tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Gramedia Widiasarana Indonsia dan oleh STKIP Widya Yuwana, maka saya tergerak untuk melakukan hal yang sama untuk kampung halaman," kata Robert Bala. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Berita Terkini