Timor Leste

Jadi Trending, Lihat Cara Timor Leste Hadapi Pandemi Corona, Berikut 5 Fakta Soal Eks Timor Timur

Editor: Bebet I Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendera Timor Leste - Jadi Trending, Lihat Cara Timor Leste Hadapi Pandemi Corona, Berikut 5 Fakta Soal Eks Timor Timur

POS-KUPANG.COM  - Topik " Timor Leste" sempat menjadi perbincangan di media sosial Twitter pada Rabu, (2/9/2020).

Berdasarkan daftar trending topik Twitter, istilah "Timor Leste" telah dibahas sebanyak 2.876 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Angka tersebut menjadikan istilah "Timor Leste" menjadi topik yang populer di Indonesia.

Nah, bagaimana cara Timor Leste menghadapi corona?

Setelah 21 tahun lepas dari Indonesia, Timor Leste (yang dulunya dikenal dengan Timor Timur) juga menghadapi situasi pandemi Covid-19.

Tidak seperti Indonesia, menurut Worldometers, negara berpenduduk 1.322.667 tersebut hanya mencatatkan 27 kasus Covid-19 hingga Kamis (3/9/2020).

Sementara itu Indonesia melaporkan ribuan kasus harian setiap harinya.

Terbaru, pada Kamis (3/9/2020) dilaporkan 3.622 kasus baru sehingga jumlahnya menjadi 184.268 kasus Covid-19.

Dari jumlah tersebut terdapat 7.750 orang meninggal. Sedangkan di Timor Leste tidak ada kasus meninggal.

Justru sebanyak 25 orang sudah dinyatakan sembuh dan saat ini masih ada 2 kasus aktif. Kasus pertama di Timor Leste dilaporkan pada 21 Maret 2020

Bagaimana penanganan Covid-19 dan kondisi Timor Leste yang menghadapi pandemi?

Dilansir UCA News, Selasa (25/9/2020), menjelang akhir Juni, Timor Leste telah berhasil mengakhiri keadaan darurat dan menyatakan menang melawan Covid-19.

Meskipun Timor Leste termasuk negara miskin dengan sistem kesehatan yang lemah, tapi mereka bergerak cepat menjelang akhir Maret dengan memberlakukan keadaan darurat Covid-19.

Aturan yang diberlakukan lebih ketat daripada kebanyakan negara bagian Australia.

Mereka mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyakit, mengatasi pandemi, menyelamatkan nyawa, dan memastikan rantai pasokan barang serta jasa.

Bahkan jika mungkin mereka membatasi beberapa hak dan kebebasan fundamental.

Menurut sekelompok akademisi dari Universitas Melbourne, pada awal Maret pemerintah Timor Leste menutup perbatasannya.

Paket bantuan 

Awalnya pembatasan hanya untuk non warga negara, akan tetapi setelah itu semua orang dibatasi.

Warga negara Timor Leste yang tetap di luar negeri (kebanyakan pelajar; para pekerja berketerampilan rendah di Inggris, Irlandia dan Korea Selatan; atau pekerja musiman di Australia) ditawarkan dukungan untuk tinggal di luar negeri.

Warga Timor Leste menerima paket bantuan termasuk sabun, telur dan beras dari lembaga non-pemerintah dan sektor swasta.

Bagi rumah tangga yang berpenghasilan di bawah 500  dollar AS (Rp 7,4 juta) sebulan berhak atas subsidi bulanan sebesar 100 dollar AS (Rp 1,4 juta) dari pemerintah.

Perbatasan dengan Indonesia dipatroli oleh pihak berwenang yang memaksakan penutupan dan perintah tinggal di rumah.

Namun seperti negara lainnya yang memberlakukan penguncian atau lockdown, Timor Leste menghadapi masalah ekonomi. Pendapatan minyak dan gas yang menopang perekonomiannya segera habis.

Hak atas ladang energi bawah laut yang baru diperoleh negara itu dalam beberapa tahun terakhir terjebak dalam fase pra-pembangunan.

Para peneliti dari Universitas Nasional Australia menemukan bahwa Timor Leste mengeluarkan jauh lebih banyak kebijakan untuk mengatasi Covid-19 dibanding tetangganya di Pasifik.

Mereka mengeluarkan sebesar 8,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Penanganan Covid-19 Timor-Leste hampir 100 persen didanai sendiri.

Sementara itu seperti di tempat lain, perempuan dan anak-anak cenderung lebih menderita dengan situasi penguncian karena meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga dan kehilangan pendidikan tatap muka.

“Di Timor Leste, 59 persen wanita berusia 15-45 tahun yang pernah menikah pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dari pasangan dekat selama hidup mereka,” kata Badan Pengembangan Wanita Internasional.

Hal itu kemungkinan akan meningkat karena kekhawatiran keamanan, kesehatan, dan uang. Itu akan semakin membebani rumah tangga yang terkurung.

Peran Palang Merah

Salah satu langkah pemerintah adalah melalui International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC).

Dilansir laman IFRC, Senin (17/8/2020), Palang Merah mengintensifkan kampanye pencegahan di wilayah perbatasan yang dianggap sebagai zona merah penularan Covid-19.

Sejak awal pandemi, Palang Merah TImor Leste telah memprioritaskan kawasan itu beserta 35 desa dan 140 dusunnya, karena perbatasan memungkinkan orang untuk berpindah secara ilegal antar negara tetangga.

Palang Merah Timor Leste memberikan informasi kesehatan penting dan kegiatan peningkatan kesadaran untuk membendung virus.

Dalam wabah penyakit, mereka terlibat dengan memberikan informasi tepat waktu kepada komunitas yang paling terpapar adalah cara terbaik untuk membantu orang melindungi diri mereka sendiri

Mereka menjangkau desa dan dusun terpencil, pergi dari pintu ke pintu. Jika memungkinkan mereka memperkuat melalui pesan radio dan media sosial.

Selain kampanye pendidikan, Palang Merah telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mendirikan tenda karantina di ibu kota Dili dan stasiun perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste.

Dengan memprioritaskan kebersihan, mereka juga mendirikan lebih dari 80 fasilitas cuci tangan di area penting seperti kantor pemerintah, sekolah dan gereja.

“Timor Leste adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang berhasil menahan Covid-19, merespons dengan cepat dan efektif dalam menangani pandemi sejak awal. Dengan deteksi kasus baru, penting bahwa setiap upaya dilakukan untuk menahan penularan Covid-19," kata Kepala Tim Dukungan Klaster Negara IFRC untuk Indonesia dan Timor Leste Jan Gelfand.

Sektor ekonomi


Ilustrasi Timor Leste - Pulau Jaco.(SHUTTERSTOCK / ANDREW KOSYANENKO)

Dilansir laman Heritage, skor kebebasan ekonomi Timor-Leste adalah 45,9.

Hal itu menjadikan Timor Leste menduduki peringkat ke-171 dunia dalam indeks 2020.

Di kawasan Asia-Pasifik, Timor Leste berada di peringkat ke-40 di antara 42 negara dan skor keseluruhannya jauh di bawa rata-rata kawasan maupun dunia.

Perekonomian Timor Leste mencatat sedikit tanda-tanda kebebasan ekonomi sejak dimasukkan dalam Indeks pada tahun 2009. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)-nya lemah.

Perekonomian negara itu bergantung pada pengeluaran pemerintah yang didanai oleh penarikan dari Dana Perminyakan.


KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Menengal Apa itu Resesi

Lalu, apa saja fakta mengenai Timor Leste yang perlu diketahui?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sempat Trending, Berikut 5 Fakta soal Timor Leste" dan "Melihat Cara Timor Leste Hadapi Corona, Tak Seburuk Perekonomiannya"

1. Bekas jajahan Portugis

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, (1/7/2020), Timor Leste merupakan sebuah wilayah bekas jajahan Portugis.

Diketahui, Portugis pertama kali datang ke Timor Leste sekitar tahun 1520 dan menjajah wilayah tersebut.

Adapun penjajahan ini dikenal sebagai Timor Portugis.

Tidak hanya Portugis, Belanda dan Jepang juga berebut untuk menguasai wilayah Timor Leste. Perang antar negara pun terjadi dan kemudian dibuat perjanjian.

Portugis lalu memberikan bagian barat Timor Leste ke Belanda. Sementara, Jepang menguasai Timor Leste pada 1942-1945.

Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Portugis kembali menguasai Timor Lester pada 1975.

Cara Turunkan Demam Secara Alami, Cepat dan Tak Berbahaya, Bahannya Mudah Didapat, Banyak di Sekitar

Pada 28 November 1975, Timor Leste mendeklarasikan kemerdekaan dari Portugis.

Kemerdekaan wilayah Timor Leste diumumkan oleh Front Revolusi Kemerdekaan Timor Leste (FRETILIN) yang merupakan salah satu partai di Timor Leste.

Namun, pihak FRETILIN mengambil peran semi-pemerintah yang menimbulkan polemik bagi partai-partai lain yang memiliki misi masing-masing.

2. Bagian dari Indonesia

Tak lama setelah itu, pasukan Indonesia datang pada 7 Desember 1975.

Pada 1976, Indonesia menyatakan jika Timor Leste menjadi bagian negara Indonesia sebagai Provinsi Timor Timur.

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk melakukan pembangunan di Timor Leste, tetapi ada golongan yang tidak puas dan melakukan tindakan separatis.

Sebelumnya Indonesia melakukan perundingan dengan Portugis. Bahkan, kedua negara membuat perjanjian referendum di Timor Leste pada 5 Mei 1999.

Perjanjian dua negara itu dikenal sebagai New York Agreement dengan adanya pengawalan masalah oleh PBB.

Kemudian dibentuk United Nations Mission in East Timor (UNAMET) pada 11 Juni 1999.

3. Memisahkan diri dari Indonesia

Komandan Korem (Danrem) 031/Wira Bima Brigjen TNI M Syech Ismed saat menyambut kedatangan 400 prajurit TNI AD Batalyon Infanteri (Yonif) 132/Bima Sakti yang pulang usai melaksanakan tugas di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste di Pelabuhan Dumai, Riau. (DOK Istimewa)

Pada 30 Agustus 1999, Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk memilih melepaskan diri atau tetap bersama Indonesia.

Referendum ini didukung PBB yang juga mengakhiri konflik yang terjadi sebelumnya.

Adapun konflik berlatar belakang dengan kondisi rakyat Timor Leste yang hidup dalam konflik, kelaparan, hingga penyakit. Tercatat, lebih dari 250.000 korban meninggal dari dampak tersebut.

Pada 31 Agustus 1999, penentuan pendapat untuk menentukan masa depan Timor Leste berlangsung lancar.

Sebab, pemilih yang berpartisipasi mencapai 90 persen, sehingga penentuan pendapat tidak berlangsung lama.

PBB mengumumkan hasil jajak pendapat pada 4 September 1999.

Sule dan Parto Jodohkan Rizky Febian dengan Amanda Caesa, Maia Estianty Berang; Kasihan Dul!

Hasilnya dari sekitar 450.000 pemilih, sebanyak 78,5 persen warga Timor Leste memilih untuk menolak otonomi, 21 persen memilih otonomi, dan 1,8 persen dinyatakan tidak sah.

Sekjen PBB saat itu, Kofi Annan mengatakan bahwa hasil itu menunjukkan penduduk Timor Leste menginginkan kemerdekaan.

Sejak hasil diumumkan, Timor Leste resmi memisahkan diri dari Indonesia.

4. Merdeka pada 2002

Timor Leste, dulunya bernama Timor Timur, secara resmi memerdekakan diri atau menjadi negara baru pada 20 Mei 2002.

Setelah itu, mantan pemimpin Kiba Fidel Castro bertemu Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta.

Dalam pertemuan itu, mereka membahas situasi terakhir di Timor Leste dan masalah-masalah politik internasional lainnya.

Ia juga membawa Timor Leste in Grade of Grand Collar, yang diberikan Pemerintah Dili kepada pemimpin revolusi Kuba Fidel Castro.

Adapun penghargaan itu diberikan sebagai pengakuan atas dukungan yang diberikan Kuba untuk Timor Leste di bidang kesehatan dan pendidikan.

Pada 2016, Timor Leste menandatangani Perjanjian bertajuk the Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea (CMATS) dengan Australia.

Perjanjian ini mencakup ladang gas luas bernilai miliaran dollar AS, bagi dua negara.

Tetapi, belakangan Dili menuding Australia melakukan misi mata-mata demi mendapatkan keuntungan komersial dari negosiasi yang berlangsung sejak 2004.

Kemudian, Timur Leste mengajukan desakan agar perjanjian itu diakhiri.

Dili resmi mengajukan kasus itu ke Mahkamah Internasional PBB pada Juni 2015.

5. Akhiri perjanjian batas wilayah maritim dengan Australia

Pada 2007, Dili dan Canberra terlibat dalam silang sengketa mengenai batas wilayah Timor Leste-Australia.

Timor Leste membawa persoalan ini ke Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda.

Timor Leste memastikan bahwa tuntutan mereka agar perjanjian CMATS dengan Australia segera berakhir.

Bersamaan dengan itu, muncul harapan akan adanya pendapatan bagi Timor Leste dari eksplorasi kandungan gas alam yang ada di wilayah itu. 

(Sumber: Kompas.com/Ari Welianto, Nur Fitriatus Shalihah | Editor: Ari Welianto, Rizal Setyo Nugroho, Benny N Joewono, Glori K Wadrianto)

Berita Terkini