POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Sampai sekarang warga Pangatabang, Desa Parumaan, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka belum tersentuh jaringan listrik.
Untuk penerangan di malam hari, warga mengandalkan genset dan lampu tenaga surya agar bisa menyala di rumah mereka pada malam hari.
Kesulitan warga mendapat listrik ini disampaikan Kasie Pemerintahan Desa Parumaan, Bading Salasa kepada wartawan di Parumaan, Senin (31/8/2020) pagi.
• AMM Bersama TNI dan Polri Bagi Masker Untuk Masyarakat Reo
"Untuk penerangan, bagi warga di Pangabatang masih menggunakan genset dan tenaga surya. Di Pangabatang belum ada jaringan listrik PLN," kata Bading.
Ia mengungkapkan, akses listrik di Pangabatang memang sangat dirindukan warga sejak lama.
"Maka itu, warga rindu kalau ada jaringan listrik biar dinikmati secara merata oleh masyarakat. Ada warga mampu bisa beli genset tapi kalau tidak mampu pasti tidak bisa," papar Bading.
• Suarakan Kasus ITE yang Jerat Wartawan di Daerah, Forum Wartawan Datangi Polda NTT
Ia berharap ke depan ada perhatian bagi warga Pangabatang agar mendapat penerangan listrik dari pemerintah.
Untuk diketahui, krisis air bersih di Kabupaten Sikka masih dirasakan dan dialami warga Pangabatang, Desa Parumaan, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka.
Setiap hari warga harus berjuang dan mendayung sampan melintas di Laut Flores guna mengambil air di Desa Kojagete sejauh 7 Km.
Perjuangan warga mencari air ini disampaikan Kasie Pemerintahan Desa Parumaan, Bading Salasa kepada wartawan, Sabtu (29/8/2020) siang.
Bading menjelaskan, setiap pagi dan sore warga menggunakan sampan guna mengambil air di Kojagete karena di Pangabatang tidak ada sumber mata air.
"Warga di Pangabatang ada 87 KK harus berdayung sampan sejauh tujuh kilometer menuju Desa Kojagete untuk membeli air bersih," ujar Bading.
Ia mengungkapkan, kalau Pangabatang sejak dari dulu memang kesulitan air bersih untuk kebutuhan minum dan memasak sehari-hari.
"Sementara untuk kebutuhan cuci dan mandi sehari-hari, warga menggunakan air asin. Kebetulan disini telah dibangun tiga sumur yang digunakan untuk seluruh warga Pangabatang.
Sedangkan untuk kebutuhan minum dan memasak warga di sini terpaksa menggunakan sampan menuju ke Desa Kojagete agar bisa mendapatkan air bersih. Mereka harus berdayung sampan sekitar 7 kilometer agar bisa sampai di Desa Kojagete. Untuk ambil air disitu, warga harus membelinya dengan satu jerigen air bersih yang 30 liter seharga Rp 5.000. Air yang dibeli ini hanya untuk minum dan memasak saja. Mandi dan cuci kami disini sudah terbiasa dengan air asin," papar Bading. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu)