Dengan cepat Lihong jatuh cinta pada Suma karena sifatnya yang ramah, terbuka, dan lucu.
Begitu lulus, Suma pun terus terang dia juga mencintai Lihong, namun dia mengatakan bahwa dirinya hany berasal dari keluarga petani miskin di Uganda.
Sementara itu rumor tentang kisah cinta keduanya menyebar dan menuai banyak cibiran.
Banyak orang Tiongkok percaya bahwa kebanyakan orang Afrika adalah berasal dari keluarga miskin.
Sehingga kisah cinta itu dikecam banyak pihak, bahkan keluarga Lihong sendiri pun tidak merestuinya.
Awalnya kedunya pasangan ini tidak direstui oleh keluarganya.
"Pada waktu itu, banyak yang mengira saya adalah gadis normal, dan ingin menikahi pria kulit hitam, tetapi saya tahu dia jujur, baik hati, dan bersedia membantu orang lain," kata Lihong.
Keluarga Lihong pun menjauhkannya dari Suma dia dikirim ke Jepang untuk melanjutkan studinya.
Namun, Suma juga mengikutinya ke Jepang, mengetahui tekad kuat yang ditunjukkan Suma, orang tua Lihong akhirnya menyetujuinya.
Tahun 1996, setelah Lihong lulus dia dibawa oleh Suma ke Uganda bertemu dengan calon mertuanya untuk menikah.
Namun, saat dikenalkan dengan ayah Suma, betapa syoknya dia karena kebiasaan, budaya dan kehidupan di Uganda jauh berbeda dengan di China.
Di negara itu setiap pria diizinkan menikah dengan banyak wanita, sementara ayah Suma memiliki 20 istri dan 40 anak.
Jadi Lihong menikah di hadapan 20 ibu mertuanya dan 20 saudara kandung Lihong dari berbagai ibu.
Meski demikian, Suma mengatakan pada Lihong dan berjanji dia akan menikah hanya dengan satu wanita saja yaitu dengannya.
Keduanya menikah dan tinggal di Uganda, kemudian mendirikan sekolah bernama Lu Yangzi Middle dan mengajar bahasa mandarin, Inggris, dan Jepang di Uganda.