POS-KUPANG.COM - "Uang itu simpan saja untuk keluarga. Saya punya gaji." Kalimat magis ini diutarakan Polisi Leo pada suatu masa ketika ditawari segepok uang oleh oknum yang ingin masalah hukumnya diselesaikan secara instan.
Nama lengkapnya Iptu Ola Angin Leonardus (54) dan akrab disapa Leo. Sudah menjadi polisi sejak tahun 1988 dan sekarang menduduki posisi strategis yaitu Kasat Sabhara Polres Lembata.
Di sepanjang kariernya, Polisi Leo berulang kali menolak disogok rupiah. Bagi dia, kejujuran itu harga mati demi menjaga marwah institusi kepolisian dan harga diri pribadinya.
"Dalam tugas banyak kali ditawarkan kasi amplop uang tapi saya tolak," ungkap Polisi Leo saat diwawancarai bertepatan dengan HUT Ke-74 Bhayangkara di Kompleks Mapolres Lembata, Rabu (1/7/2020).
Selain jujur, polisi kelahiran Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur ini juga dikenal sebagai abdi negara yang humanis dan sangat dekat dengan masyarakat. Saat masih bertugas mengurus pelayanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) bagi masyarakat, Polisi Leo mengaku sering membantu warga yang kekurangan biaya administrasi.
• Perpanjangan MoU Dengan BPJS, Pemda TTS Tekankan Dua Hal
Menurutnya, setelah pemisahan TNI-Polri dan reformasi birokrasi di dalam tubuh kepolisian, paradigma pendekatan pelayanan kepada masyarakat pun berubah. Polisi memang dituntut untuk dekat dengan masyarakat dengan pola komunikasi yang lebih humanis.
Semangat reformasi kepolisian inilah yang merasuk dalam jiwa Polisi Leo dan tampak dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
"Saya membantu masyarakat itu sudah tidak memikirkan imbalan lagi. Kalau saya bantu mereka dan mereka mau kasi uang saya tidak mau. Kalau kamu datang bawa rokok, datang bawa makanan kita makan sama-sama. Kalau kasi uang saya tidak akan terima," ungkap mantan Kapolsek Nubatukan dan Buyasuri ini.
Rupanya, suami dari Maria Magdalena Lamahoda selalu memegang prinsip teguh; melayani masyarakat sebagai sebuah kewajiban. Buah dari integritas seperti ini, lanjutnya, langsung dirasakan saat berada di tengah-tengah masyarakat.
Di luar tugas, banyak warga yang sering bertandang ke rumahnya sekadar mengajak diskusi. Kala bertugas sebagai Kasat Sabhara dan patroli langsung ke pasar atau ke pelosok-pelosok desa, selalu saja ada warga yang menitipkan pisang, ubi, jagung titi dan panganan lain sebagai buah tangan kepadanya.
"Mama-mama tua yang di pasar sering mereka kasi jagung, pisang. Mereka bilang, 'Pak Leo ini yang biasa bantu kami," kata Leo yang pernah bertugas selama 12 tahun di Los Palos, Timor Timur sebelum jajak pendapat. "Siapa pun, saya harus dekat, saya harus ramah," tambahnya.
Dia berpesan kepada para polisi muda yang baru bertugas untuk bekerja dengan jujur dan tidak boleh mengharapkan imbalan dari masyarakat yang dibantu. Kebaikan yang ditanam selagi masih muda akan dirasakan di kemudian hari.
"Hanya dengan mengandalkan pakaian dinas polisi ini untuk menakut-nakuti masyarakat, itu sangat tidak diharapkan. Lebih banyak lakukan pendekatan dengan masyarakat yang butuh bantuan dengan kita dengan tidak berpikir mendapatkan sesuatu dari mereka," pesannya.
Salah satu purnawirawan yang pernah menjadi atasan Leo yakni AKP (Purn) Polri Adrianus Kia mengatakan Polisi Leo selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pelayanan tugasnya. Kepercayaan yang diberikan pimpinan selalu dia laksanakan dengan penuh tanggungjawab.
"Saya jadikan dia kader. Saya memang jagokan dia untuk ganti saya jadi kasat Sabhara. Saya sudah lihat benih-benih itu sudah lama," ungkap Adrianus yang juga mantan Kasat Sabhara Polres Lembata yang pensiun 2018 lalu.
Di mata para anggota Sabhara, Leo sudah dianggap sebagai seorang bapak. Dia tidak hanya baik kepada masyarakat. Para anggotanya pun dia perlakukan layaknya anak sendiri.
Secara umum, Adrianus mengatakan menjadi polisi pada era sekarang memang tidak ringan, apalagi menghadapi masyarakat yang punya latar belakang pendidikan berbeda-beda.
"Era sekarang tidak bisa keras. Harapan saya kita berharap polisi tidak tinggal diam ketika ada kesempatan untuk belajar tetap belajar selagi diberi kesempatan oleh pimpinan. Dengan meningkatkan kinerja, pangkat dan mungkin dibarengi dengan jabatan anggota bisa memacu diri lebih baik," katanya.
Dikatakan, untuk jadi polisi yang jujur dan dicintai rakyat harus selalu komunikasi dengan masyarakat.
"Komunikasi itu penting. Kata orang tak kenal maka tak sayang. Warga itu harus bisa jadi polisi untuk sesama," pesannya. (ricko wawo)