Tanggapan Pemerhati Budaya dan Pariwisata Sumba Timur Tentang Kawin Tangkap

Penulis: Oby Lewanmeru
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemerhati Budaya dan Pariwisata Sumba, Yudi Umbu TT. Rawambaku

POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Menurut pemerhati budaya dan pariwisata Sumba Timur, Yudi Umbu T.T. Rawambaku mengatakan, Kawin Tangkap bukan istilah masyarakat Sumba tetapi istilah itu sudah mulai digunakan pada zaman modern seperti sekarang ini.

"Jadi kawin tangkap itu sebenarnya bukan istilah orang Sumba, melainkan istilah yang digunakan saat ini," kata Yudi.

Dijelaskan, dalam bahasa Sumba Timur ada yang disebut Plai Ngandi dan telah ada sejak dulu. Bahkan, lanjutnya, adat - istiadat yang dijalankan oleh masyarakat yang masih belum modern.

Transportasi Laut Dibuka, Awak KM Lembata Karya Express Jalani Rapid Test

"Ini istilah bagi masyarakat yang masih kolot. Tapi mereka tidak sembarangan untuk mengambil perempuan tadi. Namun ada hubungan keluarga seperti anak tuya atau anak mamu," katanya.

Dikatakan, di era modernisasi seperti ini, yang dipermasalahkan adalah, jika perempuan yang dibawa lari atau ditangkap oleh pihak laki- laki jika anak perempuan itu masih berumur dibawah 17 tahun.

"Dari sisi adat, sah -sah saja tapi dari sisi hukum sangat bertolak belakang. Negara kita adalah negara hukum. Adat dan Budaya Sumba tidak kaku tapi fleksibel karena disesuaikan dengan zaman," ujarnya.

Salurkan BLT Desa, Plt. Kades Kuanek Minta BPD Laksanakan Musyawarah RKPDES Tahun 2021

ASN pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumba Timur ini mengatakan, kondiis tersebut menggambarkan dan melambangkan bahwa budaya Sumba itu bermartabat jika fleksibel.

"Batasannya tidak ada untuk umur. Jika perempuan sudah dianggap dewasa dan puber, maka tidak ada penghalang," katanya.

Dia mengakui, yang menghebohkan saat ini adalah adanya istilah kawin tangkap. "Jadi yang membuat hal ini menjadi heboh adalah istilahnya, yaitu kawin tangkap," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)

Berita Terkini