Corona di NTT

VIDEO - Stok Pangan Menipis Warga Woedoa Terpaksa Makan Ubi Beracun

Penulis: Gordi Donofan
Editor: Jhony Simon Lena
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

VIDEO - Stok Pangan Menipis Warga Woedoa Terpaksa Makan Ubi Beracun

POS-KUPANG, COM | MBAY - Warga Desa Woedoa, Kecamatan Nangaroro di Kabupaten Nagekeo mulai menjerit karena stop pangan mereka mulai menipis.

Untuk menopang ketahanan pangan keluarga, warga terpaksa harus mengkonsumsi ubi beracun yang diolah sedemikian rupa sebagai pengganti nasi.

VIDEO - VIRAL : Roy Kiyoshi Ditangkap Diduga Narkoba

VIDEO - Desa Hadakewa Menjadi Desa Pertama Salurkan BLT Covid-19

VIDEO - OTG Covid-19 di NTT Kini Berjumlah 435 Orang, Masyarakat Diminta Tetap Di Rumah

Ubi beracun itu adalah Ubi Gadung (Dioscorea Hispida) yang mengandung Racun Sianida. Warga setempat biasa menyebut ubi beracun tersebut adalah Odo atau Ondo.

Ondo memang menjadi pilihan terakhir bagi warga sebagai pengganti nasi karena jenis pangan lainnya sudah mulai menipis bahkan sudah habis.

Warga Woedoa, Isabela Suwo (46), mengatakan, hampir setiap tahun ia dan suaminya menggali Odo di hutan namun tidak banyak.

Tahun ini sangat kesulitan karena Covid-19 sehingga hampir setiap orang di Desa Woedoa menggali Odo dan mengolahnya menjadi makanan.

Menurut Isabela, akibat pandemi Covid-19 warga kesulitan mendapatkan bahan makanan.

Pasar dan akses transportasi ditutup sehingga kesulitan menjual hasil bumi dan lainnya.

Padahal tahun sebelumnya warga bisa bertahan hidup dengan menjual hasil bumi seperti Jagung, Pisang, Sayur-Sayuran, Kelapa, Kemiri dan lainnya di pasar.

Isabela mengatakan proses pengolahan Odo sangat lama dan harus benar-benar mengikuti langkah-langkah yang biasa dilakukan pada tahun sebelumnya.

Biasanya mengolah Odo memakan waktu dua hingga tiga hari baru bisa dimakan dan jangan sampai salah mengolahnya.

"Kami gali di hutan. Setelah itu, kupas kulit, iris harus tipis dan simpan di ember dan garam. Rendam dengan garam dapur selama satu malam. Paginya baru angkat taru di karung yang tipis baru rendam di air mengalir selama satu malam," ungkap Isabela, Kamis (7/5).

Ia mengatakan, jika tidak mengolah Odo maka tidak bisa makan apa-apa yang jelas masyarakat akan mengalami kelaparan. Odo menjadi salah satu pangan alternatif sebagai pengganti nasi.

"Setelah direndam dalam air mengalir selama satu malam, barulah diolah menjadi makanan. Bisa langsung dimasak atau dijemur terlebih dahulu baru bisa ditumbuk menjadi tepung sehingga bisa dikukus, atau olah dengan cara lain misalnya masak dan nanti campur dengan kelapa. Intinya, harus melalui langkah-langkah yang baik sehingga racunnya hilang. Karena ubi ini beracun," ungkapnya.

Halaman
12

Berita Terkini