Komentar Najwa Shihab di Unggahan Ariel NOAH Jadi Sorotan, eks Luna Maya Tantang Netizen Lakukan Ini

Editor: Bebet I Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komentar Najwa Shihab di Unggahan Ariel NOAH Jadi Sorotan, eks Luna Maya Tantang Netizen Lakukan Ini

"Oke ditunggu videonya," kata Ariel NOAH.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga meninggalkan komentar dalam unggahan itu.

Dia menulis, "Berarti turunan Banyuresmi Asghard," canda Ridwan Kamil menyebut Ariel punya keturunan Garut. Seperti diketahu, kota Garut banyak menghasilkan para tukang cukur.

Ariel pun ngakak dengan guyonan dari Ridwan Kamil itu.

Najwa Shihab Ungkit Transparansi Data Corona, Jokowi Tantang IDI: Jangan Memperkeruh Suasana

Presenter Mata Najwa, Najwa Shihab menyinggung Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) soal transparansi data Corona yang disampaikan pemerintah kepada Presiden Joko Widodo ( Jokowi ), Rabu (23/4/2020) malam.

Dalam siaran langsung Mata Najwa di Trans 7, Najwa Shihab mengatakan sejumlah kalangan termasuk IDI mempertanyakan data yang disampaikan pemerintah terkait Corona.

"Transparansi data, yang dinilai sejumlah kalangan pemerintah ini kurang terbuka," kata Najwa Shihab.

Mendengar pertanyaan itu, Presiden Jokowi kembali bertanya data yang mana yang tidak terbuka.

"Yang saya lihat, yang tidak terbuka di sebelah mana. Data itukan dikonsolidasikan dari seluruh daerah. Apa yang tidak terbuka, tidak transparan. Saya tidak mengerti," jawab Presiden Jokowi.

"Tidak semua informasi disampaikan kepublik agar tidak menimbulkan kepanikan, kemudian belakangan bapak minta buka semua data," tanya Najwa Shihab.

"Saya sampaikan di awal, saat pasien 01,02 saya sampaikan agar hati-hati sampaikan informasi di lapangan agar masyarakat tidak panik," kata Jokowi.

"Karena kalau panik sistem kesehatan kita tidak akan mampu. Negara mana pun tidak akan mampu. Negara maju juga sama. Sistem mereka yang modern pun roboh, tidak mampu karena semua minta diperiksa kesehatannya," jawab Jokowi.

Transparansi data ini menjadi penting menurut Jokowi minimal warga bisa tahu di lingkungannya siapa saja.

"IDI angka kematian yang disampaikan pemerintah tidak menggambarkan data real kematian Corona," tanya Najwa Shibab lagi.

Presiden Jokowi lantas kembali menegaskan data yang diperoleh pemerintah berasal dari laporan dari daerah, kabupaten kota provinsi.

Kalau memang IDI punya data terkait kematian karena Corona yang menyentuh angka 1000 itu, Presiden Jokowi pun meminta IDI untuk menyampaikannya kepada Gugus Tugas.

"Kalau memang ada yang memiliki data itu, sampaikan ke gugus tugas, ke Menkes yang 1000 itu. Di mana saja. Saat ini, yang meninggal di rumah sakit walau pun bukan karena Corona, protokolnya dibungkus dengan standar Covid," ujarnya.

Presiden Jokowi pun menilai apa yang disampaikan IDI malah memperkeruh suasana.

"Ini justru memperkeruh. Jangan memperkeruh suasana. Sampaikan saja datanya. Kalau datanya benar, kementerian atau gugus tugas akan memasukan itu dalam konslidasi data yang ada," imbuh Jokowi.

* IDI Ungkap Data Kematian Pasien Covid-19 2 Kali Lipat dari Angka Pemerintah, Lama Hasil Tes Disorot

katan Dokter Indonesia atau IDI mengungkap data kemarian pasien Covid-19 sebanyak dua kali lipat dari angka yang disampaikan pemerintah.

IDI menyampaikan data 1000 angka kematian pasien Covid-19, sementara pemerintah menyampaikan angka sebanyak 535 orang.

Fakta ini menjadi data baru bagi kasus Corona di Indonesia.

Selain fakta kematian IDI juga mengungkapkan 6 fakta soal penanganan pasien Virus Corona yang terkesan lamban.

Persoalan tingginya angkat kematian yang mencapai 1.000 pasien Corona, disebab beberapa hal di mana termasuk pasien ODP dan PDP.

Fakta bahwa hasil tes terkesan lamban sehingga pasien PDP diketahui positif Corona setelah meninggal juga menjadi persoalan lain yang harus disikapi.

Berikut ini 6 Fakta IDI Ungkap 1000 Kematian Pasien Corona, yang diungkapkan oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Daeng M Faqih:

1. Pasien PDP Tetapi Sudah Meninggal

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Daeng M Faqih menyebutkan jumlah kematian terkait virus corona di Indonesia mencapai 1.000 orang.

Angka tersebut berbeda dengan yang terakhir disampaikan oleh juru bicara pemerintah terkait Covid-19 Achmad Yurianto yakni 535 orang.

Daeng menjelaskan, jumlah 1.000 tersebut merupakan gabungan antara data korban meninggal dari pasien yang sudah dinyatakan positif Covid-19 dan korban meninggal yang statusnya masih pasien dalam pengawasan (PDP).

Saat dikonfirmasi, Daeng M Faqih menjelaskan bahwa data tersebut ia dapat berdasarkan laporan langsung rumah sakit kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Iya benar, kalau ditambahkan jumlah kematian yang positif Covid-19 dan PDP, itu akan lebih dari 1.000," kata Daeng saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/4/2020).

2. Kematian PDP Cukup Banyak

"Nah itu yang belum disampaikan oleh pemerintah. Kematian dengan status PDP ini banyak, kan tidak mungkin PDP yang meninggal lalu kita katakan itu pasti bukan Covid-19, kan enggak mungkin," lanjut Daeng.

Daeng menjelaskan, PDP yang meninggal kemudian oleh pihak rumah sakit dilaporkan juga sebagai kematian perawatan Covid-19.

Sebab status PDP saat berada di rumah sakit juga dirawat menggunakan prosedur Covid-19 dan saat meninggal dunia juga dimakakan dengan protokol pemakaman Covid-19.

"Angka PDP ini besar dan tidak bisa dihilangkan begitu saja," kata Daeng.

3. ODP dan PDP Cukup Tinggi

Pihaknya juga menyebut, angka ODP dan PDP di Indonesia cukup tinggi.

Dikutip dari web Kementerian Kesehatan RI angka ODP di Indonesia sebanyak 176.344 orang, sedangkan Jumlah PDP 12.979 orang.

4. Lamanya Hasil Tes Jadi Persoalan

Sementara jumlah tes yang dilakukan saat ini masih sedikit.

Selain itu, Daeng juga menyoroti waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil tes juga memerlukan waktu beberapa hari.

Menurut Daeng, pemeriksaan virus corona di Indonesia masih sangat lambat.

5. PDP Baru Diketahui Status Setelah Meninggal

Sehingga sejumlah PDP statusnya baru diketahui hasilnya setelah pasien tersebut meninggal, atau bahkan ada yang tidak sempat diperiksa lalu meninggal.

"Masih lama dan kurang cepat. Volume per hari nya masih relatif kurang. Perlu percepatan testing, perlu lebih banyak, lebih luas dan massal supaya deteksi kasus bisa lebih cepat dan penanganan lebih cepat," ujar Daeng.

Ia menegaskan, apabila test Covid-19 dilakukan dengan cepat, maka kematian PDP dapat diketahui penyebabnya.

Kecepatan dan perluasan tes Banyaknya kasus PDP yang meninggal dan belum diketahui hasil tesnya,

Daeng menilai hal tersebut bisa menjadi masalah yang besar.

Hal itu yang menutnya perlu mendapatkan jawaban dan dicarikan akar permasalahannya.

"Agar tidak menjadi fenomena gunung es," kata Daeng.

6. Potensi Kasus Bisa Meningkat

Tak hanya soal angka kematian, Daeng juga menyebut bahwa kasus positif corona di Indonesia masih berpotensi akan meningkat lebih besar lagi.

Dia bahkan menyebut, bahwa data yang diupdate setiap harinya oleh pemerintah bisa jadi adalah data satu atau dua minggu yang lalu.

Sebab antara waktu pengetesan, proses dan pengumuman hasilnya bisa memakan waktu satu minggu.

Sehingga konteks pernyataanya terkait jumlah pasien meninggal terkait corona yang mencapai 1.000 itu juga berkaitan dengan jumlah tes yang sedikit dan waktunya yang lama.

Karena itu pihaknya mendorong agar tes virus corona di Indonesia dipercepat dan diperluas.

Daeng mengungkapkan, dengan tes yang dipercepat dan diperluas maka penemuan kasus akan semakin cepat dan tepat. Selain untuk menghindari fenomena gunung es yang ia sebut tadi.

"Yang ditemukan sekian, tetapi sebenarnya yang aslinya lebih besar dari itu," kata Daeng.

"Saya sebenarnya menekankan pesan dari Presiden Jokowi untuk mempercepat tes itu tadi karena angka positif atau kematian akan lebih besar bila itu dilakukan," pungkas dia. (*).

Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Komentar Najwa Shihab di Unggahan Ariel NOAH Viral, Balasan eks Luna Maya Jadi Sorotan

Berita Terkini