Tak Peduli Wabah Corona, Israel Terus Gempur Palestina, Represif, kriminal dan Kekerasan
POS KUPANG.COM -- Konflik antara Israel dengan Palestina tak mengenal waktu hal yang lebih penting lainnya
Di tengah-tengah wabah virus corona yang mengguncang dunia termasuk di timur tengah, pasukan israel terus saja menggempur Paletina
Tentara Israel yang mengenakan masker pelindung, tak henti-henti terus melakukukan kekerasan pada warga Palestina yang juga sedang berjuang melawan virus corona
Dilansir dari Middle East Monitor, Asa Winstanley seorang jurnalis investigasi di London menulis betapa Israel justru mempercepat dan meningkatkan kediktatoran militer untuk lawan Palestina.
Winstanley memberi contoh, terbatasnya jumlah pekerja Palestina yang diizinkan bekerja di luar Tepi Barat tidak diberikan hak dan perlindungan oleh Israel
• Masa Depan Pernikahan Ahok Diterawang Roy Kiyoshi, BTP dan Puput Nastiti Devi Bisa Berpisah
Mereka malah dipisahkan dari keluarga mereka selama dua bulan dan keluarga mereka pun tidak diizinkan untuk tinggal di Israel karena rezim apartheid mereka.
Dalam satu insiden yang sangat mengejutkan, dari sebuah video pekan ini, pasukan pendudukan Israel mengusir seorang pekerja Palestina.
Mereka membuangnya di sisi jalan di Tepi Barat, di dekat sebuah pos pemeriksaan. Rezim pendudukan militer Israel terus berlanjut, dengan serangan terhadap penduduk sipil Palestina.
Tak hanya itu, tindakan lain di antaranya penangkapan di malam hari, pembunuhan dan tindak pelanggaran lainnya.
Satu-satunya yang berbeda dari Israel adalah kini prajurit mereka memakai masker wajah karena adanya wabah Covid-19.
Di tengah perang terhadap wabah Covid-19, Israel bukannya melakukan tindakan perlindungan untuk kesehatan dan keselamatan bersama baik Palestina mau pun Israel sendiri.
Justru mereka masih menggempur Palestina dengan tindakan represif, kriminal dan kekerasan.
Beberapa tahanan Palestina dipaksa hidup dalam kondisi yang mengerikan dan kejam di ruang bawah tanah Israel.
Kondisi itu telah dilaporkan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia yang meminta karantina karena kontak dengan penjaga penjara Israel yang telah positif terjangkit corona.