Corona Virus di NTT

Mencekam Warga, “Hikong Keleng Blara Goit,”  Ritual Orang Kangae di Sikka Halau Virus Corona  

Penulis: Eugenius Moa
Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ritual   ‘Hikong Keleng Blara Goit,’  Sabtu   (28/3/2020) menghalau  virus corona dilakukan komunitas Kangae di Desa Meken Detun, Kabupaten  Sikka, Pulau Flores.  

POS-KUPANG.COM, MAUMERE---Hari  Sabtu  (28/3/2020) sekitar pukul  15.00  Wita. Warga   Desa  Meken  Detung di Kecamatan Kangae, Kabupaten  Sikka, Pulau  Flores,  semula  sibuk dengan keseharian mendadak  ‘bisu.’

Pintu-pintu rumah dan  jendela rumah yang semula dibuka, ketika  terdengar bunyi gong seketika  juga ditutup.  Tak satu pun warga yang lalu lalang ke sana  kemari di  jalanan. Saat itu berlangsung  ritual  ‘hikong keleng  blara  goit’ (menghalau  penyakit   jahat)  penyakit virus  corona  (Covid-19). 

“Kita panggil  arwah yang telah meninggal,  kita  hadirkan Tuhan Yang Maha Esa Pencipta Langkit dan  Bumi,   Ina Nian Tana Wawa,  Ama Lero Wulan  Reta. Semuanya dihadirkan dalam ritual menghalau penyakit  jahat,” ujar Ketua  Adat, Yohanes  Pederikus, kepada  POS-KUPANG.COM,  Sabtu   (28/3/2020).

BREAKING NEWS:Hujan 5 Jam, Banjir Porak Porandakan 2 Jembatan di Maudolung, Sumba Timur

Yohanes  Pederikus menjelaskan,  bahan-bahan yang digunakan  dalam   ritual ‘hewer  lepa bura (menggantung  daun kelapa  mudah,  koli  wojong  (lontar)  meliputi jewawut atau disebut  ‘koli wetan’. Kemudian untuk  pagar  menggunakan  tanaman jarak  dan bambu  buluh  (bambu jenis  kecil).

Dokter Tim Paparkan Kronologi Striker Persib Bandung Wander Luiz Hingga Positif Covid-19, Info

“Supaya penyakit tidak bisa  lewat ditaruh dengan ‘hera’  (sejenis  tumbuhan berduri.  Kemudian  ada tongkol jagung yang dibakar  untuk  membuat meram. Ada juga daun  hikong (keleng) dibagian  bawah ditanam  kayu  yang disebut ‘ewa’.  Semua  bahan ini memiliki fungsi  masing-masing, sehingga segala  jenis penyakit    tidak   boleh  ada dan datang ketempat kita,”  ujar  Yohanes  Pederikus.

Semua   bahan  itu  kemudian ditempatkan  pada 10 titik, meliputi delapan  titik penjuru  di seluruh desa dan dua  titik di  tengah   Kampung Kangae, salahnya  satunya   pada  makam  pemimpin besar Kangae, Moan Bemu Aja dan satu titik  lain  pada pintu  masuk  Kampung Kangae.

“Kita  menolak seluruh penyakit yang berkaitan dengan corona tidak  boleh  datang ke kampung,”  ujar Yohanes   Pederikus.

Menurut Yohanes Pederikus, wabah virus  corona  merupakan  siklus 100  tahunan. Ia  menyebut pada masa perang dunia   pertama  (28 Jui  1914-11  November  1918) maka  antara   1916-1917  terjadi  colera ganas membunuh  ribuan nyawa.  Dibutuhkan kewaspadaan   kita semua dengan  membuat  ritual  menghalau  hal-hal  yang jahat dan penyakit  masuk ke wilayah kita.

“Saat  itu  orang mati dimana-mana,  kemudian nenek  moyang  kita  bikin  ritual menghalau  penyakit. Kampung  dibentengi,  ditutup. Warga  kampung tidak bergaul dengan siapapun, sehingga mereka selamat,” kata  Yohanes  Pederikus. (Laporan  wartawan POS-KUPANG.COM, eginius   mo’a).

Ritual   ‘Hikong Keleng Blara Goit,’  Sabtu   (28/3/2020) menghalau  virus corona dilakukan komunitas Kangae di Desa Meken Detun, Kabupaten  Sikka, Pulau Flores.   (POS-KUPANG.COM/EGINIUS MO’A)

 
 
 

Berita Terkini