Ibadat Jalan Salib merupakan salah satu devosi dalam Gereja Katolik. Devosi ini dibuat untuk merenungkan sengsara dan wafat Yesus. Jalan salib juga dengan jalan penderitaan (via dolorosa). Gereja melaksanakan devosi ini pada setiap hari Jumat selama masa Prapaskah dan pada hari Jumat Agung.
Pastor Paroki, St. Yoseph Pekerja Penfui, Rm Krispinus Saku mengatakan, segala petunjuk dan arahan dari pemerintah untuk kebaikan, kebenaran, kesehatan badan warga patut disikapi dengan serius.
Romo Kris mengatakan, pihaknya mengikuti arahan Uskup Agung Kupang melalui Vikjen Keuskupan Agung Kupang meniadakan kegiatan peribadatan.
Di Gereja St Yoseph Naikoten, ibadat Jalan Salib masih berlangsung Jumat kemarin.
"Hari ini masih ada ibadat jalan salib pada pujul 12:00 dan 16:30," sebut Pastor Paroki Gereja St Yoseph Naikoten, Pater Dagobertus Sota Ringgi, SVD.
Menurut Pater Dagobertus, ibadat Jalan Salib seizin Vikjen Keuskupan Agung Kupang, Romo Gerardus Duka, Pr.
"Pemberitahuannya baru tadi pagi dan sudah disebarkan ke WhatsApp, tapi ada umat yang tidak ada media sosial. Jadi hari ini kita adakan jalan salib sekalian kita beri tahu umat bahwa kegiatan rohani ditiadakan sampai tanggal 3 April" sambungnya.
Gereja-geraja di wilayah Keuskupan Atambua juga meniadakan peribadatan Jalan Salib, misa mungguan dan harian.
Informasi ini disampaikan Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku Pr melalui keterangan tertulis yang diterima Pos Kupang di Atambua, Jumat kematin.
Ada lima point yang disampaikan Uskup Atambua. Pertama, Jalan Salib Jumat (20/3) dijalankan secara pribadi di rumah masing-masing untuk menghindari kontak fisik antar manusia dan kerumunan banyak orang.
Kedua, Misa Hari Minggu Prapaskah 4, diganti dengan doa/ibadat pribadi di rumah atau di tempat doa. Ketiga, kegiatan pastoral dan pelayanan sakramental dari tanggal 20-28 Maret ditiadakan.
Keempat, para pastor dan imam tetap mengaplikasikan misa privat untuk memupuk kesuburan hidup dan pelayanan Imamat dan mendoakan umat beriman.
Kelima, hal-hal lain segera disusulkan dalam himbauan pastoral Uskup Atambua.
Sementara itu Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Timur (MPH PGIW NTT) mengimbau seluruh warga anggota PGIW NTT untuk berperan aktif dalam mendukung upaya-upaya pemerintah dalam menangani penyebaran Covid-19 dengan mengikuti protokol yang sudah ditetapkan pemerintah RI.
PGIW NTT berharap ibadah Minggu yang berlangsung di tiap-tiap gereja (majelis jemaat) harus memperhatikan social distancing seperti menyediakan air bersih untuk cuci tangan, sabun, tisu, alat pengukur suhu dan hand sanitizer di setiap pintu masuk gereja untuk memastikan seluruh jemaat dapat menjalankan ibadah dengan aman, tenang, dan tidak menularkan virus.
Selain itu, anggota jemaat diminta untuk duduk dengan jarak aman penyebaran virus minimal 1 meter antar tiap anggota dan peralatan ibadah seperti mike, alat musik, dan peralatan lainnya dipastikan steril.