Terkait Siswa SDM Mbatakapidu Jalan Kaki 7 KM, Bupati Gidion: Persoalan Anggaran Jadi Penyebab
POS-KUPANG. COM | WAINGAPU---Anak-anak dari wilayah Dusun 5 Kambata Wundut, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi NTT yakni Kampung Landa, Watu Mamoha, Maringu Lambi, Menggit dan Kampung Walunggalu harus berjalan kaki menempuh perjalan jauh dengan jarak 5 sampai 7 kilometer (Km) guna memperoleh pendidikan di SDM Mbatakapidu desa tersebut.
Mereka harus menyisiri jalan setapak dan jalan raya desa yang masih beralaskan tanah. Mereka juga harus berjuang melewati rintangan derasnya arus sungai saat banjir, lumpur dan berdebu.
Terkait dengan hal ini, Bupati Sumba Timur Drs Gidion Mbilijora, M.Si mengatakan data terkait masalah itu sudah dikantongi untuk dibangun SD Paralel/SD Kecil, namun yang menjadi biangkerok adalah masalah anggaran yang sangat terbatas.
"Sebenarnya data itu sudah ada, tapi persoalan anggaran menjadi penyebab belum dibukanya SD-SD kecil,"tulis Bupati Gidion dipesan WatsAppnya kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (12/3/2020) pagi.
Dikatakan Gidion terkait dengan anak-anak sekolah khususnya SD harus berjalan kaki jauh untuk menempuh pendidikan di Sumba Timur masih sangat banyak di tempat lain bukan hanya persoalan bagi siswa SDM Mbatakapidu saja.
Bahkan di sekolah lain anak-anak sekolah harus berjalan kaki menempuh perjalanan jauh hingga lebih dari 7 Km.
"Bukan hanya di Mbatakapidu saja, masih banyak tempat lain di Sumba Timur yang kondisinya seperti itu, anak-anak berjalan kaki bahkan lebih dari 7 Km," kata Gidion.
• Agen Brilink Dipercayakan Pemerintah Menyalurkan Bantuan PKH dan Sembako
• Miliki Mobil Manual ? Disarankan Jangan Panik, Begini Caranya Mengendarainya
• Sering Tak Doyan Makan Karena Pahit, Dapat Ditiru 3 Langlah Praktis Menghilangkan Pahit Daun Pepaya
• Miliki Mobil Manual ? Disarankan Jangan Panik, Begini Caranya Mengendarainya
Sehingga untuk menjawab hal itu, kata Gidion pada tempat-tempat itu akan dibangu SD Paralel/SD Kecil sepanjang tersedia guru di SD terdekat alias sekolah Induk. "Pada tempat-tempat seperti itu kita membangun SD kecil sepanjang tersedia guru di SD terdekat di situ,"pungkas Gidion. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo)