Virus Corona

Mengintip Kehidupan di Wuhan Sebulan Setelah Ditutup Karena COVID-19

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus Corona masuk Indonesia

Sementara itu sejumlah mahasiswa Indonesia yang sudah dievakuasi keluar dari Wuhan merasa belum ada kepastian kapan mereka bisa kembali ke Wuhan.

Mereka berharap situasi di Wuhan bisa kembali normal, agar mereka bisa segera menyelesaikan studinya.

Berdampak pada kesehatan mental

Ada tanda-tanda penyebaran virus di Wuhan mulai menurun, namun situasi masih mengkhawatirkan kata pejabat di sana. (Reuters)

Karantina massal yang dilakukan di China di seluruh kota dan provinsi, seperti di Hubei dan Wuhan, tentu saja menimbulkan masalah bagi warganya.

Tidak saja secara fisik, menurut laporan media Inggris, 'The Guardian', masalah yang juga dihadapi warga adalah kesehatan mental.

Mengutip seorang mahasiswi PhD asal Wuhan di Inggris bernama Wi, Guardian melaporkan mengenai keadaan orang tua Wi yang tinggal di Wuhan dan sudah menjalani karantina selama lebih dari 20 hari.

"Sekarang dengan seluruh Wuhan ditutup, semua transport umum dan mobil pribadi tidak boleh beroperasi, jadi mereka bahkan tidak boleh mengendarai mobil sendiri di jalan," kata Wi.

"Jadi setiap hari mereka hanya di rumah, makan, tidur dan nonton televisi. Itu saja yang bisa mereka lakukan," tambahnya.

Orang tua Wi belum mendapatkan keterangan sampai kapan mereka harus tetap tinggal di rumah.

Wi mengatakan khawatir dengan kesehatan mental orang tuanya, setelah melihat di media sosial ada yang berkomentar lebih memilih bunuh diri dibandingkan harus menjalani karantina lebih lama lagi.

“Musuh terbesar adalah bukanlah virus corona, tapi kesehatan mental."
"Ketika kita harus tinggal dalam sebuah kamar selama setengah bulan, kita tidak bisa keluar atau menghirup udara segar," ujarnya Wi kepada The Guardian.

Bagaimana warga Wuhan penuhi kebutuhan hidup?

Kesehatan mental bagi mereka yang tidak boleh keluar rumah karena virus merupakan salah satu masalah yang muncul di China. ( News Video)

Dengan kota seperti Wuhan yang ditutup dan warga dibatasi pergerakannya, bagaimana kehidupan warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka?

Menurut kantor berita AFP, sebagian warga Wuhan mendapatkan pasokan makanan dengan menggunakan jasa antar, sejenis Gojek di Indonesia.

Di China, jejaring sosial yang digunakan adalah WeChat, yang sedang sangat populer di negeri tersebut.

Halaman
123

Berita Terkini