Antisipasi penyakit babi ASF, pengusaha sei babi di Labuan Bajo dilarang bawa daging dari luar
POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit babi ke Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) termasuk Labuan Bajo, pemerintah setempat melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, melarang para pengusaha seI babi untuk membawa daging babi dari luar.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mabar Theresia Primadona Asmon, menjelaskan bahwa African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 % sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
• Peneliti Widyaswara BBPP Kupang Beberkan Teknik Menghitung Pakan Sapi Potong
"Untuk pengusaha Sei di Labuan Bajo sudah kami sampaikan larangan untuk tidak membawa daging dari luar," kata Theresia.
Dia menjelaskan, beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF diantaranya melalui pemasukan daging babi dan produk babi lainnya, sisa-sisa katering yang dijadikan pakan babi dan orang yang terkontaminasi virus ASF serta kontak dengan babi di lingkungannya.
"Kepada para peternak secara langsung maupun melalui petugas Keswan dan melalui Fanpage Dinas Peternakan, sudah diinformasikan bahaya dan cara pencegahan ASF. ASF memang tidak berbahaya bagi manusia tetapi sangat fatal bagi babi," kata Theresia.
• Kronologi Pendamping Hukum 77 Siswa di Maumere Sikka Makan Kotoran Manusia Hingga Terbongkar
Ditambahkannya, langkah strategis utama dalam mencegah terjadi ASF adalah melalui penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik.
"Sederhananya peternak harus jaga kandang masing-masing, terapkan Biosecurity dan biosafetynya. Karena penyakit ini belum ada vaksin. Jika ada kematian ternak mendadak segera laporkan ke petugas peternakan," kata Theresia.
Dia merincikan, tanda-tanda klinis ASF yaitu kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum.
Tanda-tanda lainnya yakni diare berdarah, demam (41 derajat Celsius), konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang-kadang muntah, diare atau sembelit.
Selain itu terjadi pendarahan kulit sianosis, babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas dan tidak mau makan.
ASF kata dia dapat menyebar melalui kontak langsung, serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan, pakan yang terkontaminasi.
"Untuk babi yang terkena penyakit ASF, isolasi hewan sakit dan peralatan serta dilakukan pengosongan kandang selama dua bulan," kata Theresia.
Dia menjelaskan, Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.
"Merupakan penyakit baru di Indonesia, terlapor pertama kali masuk Sumatra utara tahun 2019 lalu, kemudian Bali. Saat terlapor Timor Leste positif jadi sangat mengancam NTT dan akhirnya Belu terlapor positif juga baru-baru ini. kita asumsikan seluruh pulau Timor positif. NTT sudah ada Instruksi Gubernur NTT no.001/Disnak 2019 ttg pencegahan ASF di NTT," kata Theresia.
Pihaknya kata dia, sudah sosialisasi secara khusus kepada beberapa stakeholder terkait di Manggarai Barat, antara lain otoritas Bandara, pelabuhan dan karantina.
" Kekwatiran saat ini karena Pulau Timor positif, lalu lintas orang dengan kebiasaan bawa ole-ole daging babi segar dan sei dari Kupang menjadi ancaman," kata Theresia. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Servatinus Mammilianus)