Wah! Ternyata Arsitek RS Virus Corona yang Dibangun 10 Hari Kelahiran Indonesia Loh, Ini Profilnya
POS-KUPANG.COM - Wah! Ternyata Arsitek RS Virus Corona yang Dibangun 10 Hari Kelahiran Indonesia Loh, Ini Profilnya
China mengatakan arsitek Huoshenshan Hospital, rumah sakit khusus pasien virus corona di Wuhan, lahir di Indonesia.
Rumah sakit itu menjadi sorotan lantaran dibangun hanya dalam waktu sepuluh hari saja di tengah teror virus corona yang menghantui dunia.
• LIVE RCTI! Link Live Streaming Indonesian Idol Top 4 Malam Ini Senin 10 Februari 2020 Siapa Tersisih
• LIVE RCTI! Link Live Streaming Indonesian Idol Top 4 Malam Ini Lyodra Nuca Ziva Tiara, Siapa Pulang
• Hujan Turun Tidak Normal, Bupati Sumba Barat Minta Warga Loli Tanam Umbi-Umbian
Dikutip dari CNN, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, menyatakan arsitek rumah sakit tersebut bernama profesor Huang Xiqiu yang memiliki keahlian dalam arsitektur medis.
"Profesor Huang lahir di Indonesia dan dibesarkan China. Dia mengaku sangat menghargai arsitektur medis dan telah membuat kontribusi penting dalam upaya kita bertempur melawan virus SARS dan epidemi virus corona ini," kata Hua dalam jumpa pers rutin di Beijing pada Kamis (6/2).
Dikutip dari pernyataannya yang dirilis di situs resmi Kemlu China, Hua berharap dengan fakta ini, persahabatan China dan Indonesia akan semakin kuat dan dalam sehingga dapat memberikan hasil serta kontribusi yang lebih bermanfaat pada kesejahteraan kedua negara.
Berdasarkan laporan sejumlah media, Huang lahir di Jember, Jawa Timur, sekitar 79 tahun lalu. Huang juga dikabarkan sempat mengenyam pendidikan di Chung Hua School di Jember.
RS Huoshenshan dibangun di atas lahan 25 ribu meter persegi. Luas rumah sakit yang selesai dibangun ini kira-kira setengah dari luas Lapangan Banteng Jakarta.
petugas medis yang merupakan anggota dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (tentara China). Prefabrikasi artinya bahan bangunan ini sudah dibuat sebelumnya di pabrik.
Setengah dari luas bangunan RS Huoshenshan, akan digunakan sebagai ruang isolasi. Selain itu, ada juga 30 unit ruang perawatan intensif.
Pembangunan RS Huoshenshan melibatkan ribuan pekerja konstruksi. Sebanyak 800 alat berat juga digunakan guna mempercepat pembangunan.
RS Huoshenshan adalah salah satu dari dua rumah sakit yang dibangun untuk menampung pasien virus Corona. RS kedua yang bernama RS Leishenshan terdapat 1.300 tempat tidur dan diperkirakan akan selesai 5 Februari 2020.
Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) dikabarkan menggelontorkan 300 juta yuan atau sekitar Rp587,5 miliar untuk membangun RS Huoshenshan dan RS Leishenshan.
Dana tersebut juga akan digunakan untuk membeli peralatan medis penting.
Ini Kabar Terbaru 17 Mahasiswa Timor Leste dari Wuhan China, Apakah Jadi Dikarantina di RSJ Naimata?
Pada 20 tahun lalu Timor Leste adalah bagian Indonesia, namun mereka ngotot minta referendum untuk memisahkan diri dari RI.
Pada 30 Agustus 1999, hampir 80 persen rakyat Timor Timur memilih berpisah dari Indonesia.
Referendum yang didukung PBB itu mengakhiri konflik berdarah sekaligus mengakhiri kependudukan mereka sebagai Warga Negara Indonesia.
Memberikan jalan bagi rakyat Timor Leste untuk meraih kemerdekaan.
Dilansir dari AFP via Kompas.com, pendudukan Timor Leste memantik aksi penindakan memilukan selama 24 tahun yang menelan nyawa 250.000 baik karena perang, kelaparan, hingga penyakit.
Namun kegembiraan berubah menjadi duka setelah militer Indonesia dan milisinya menyerbu dengan menghancurkan infrastruktur mereka, serta memaksa ratusan ribu orang mengungsi, dan membunuh 1.400 orang.
Ya, Timor Leste, negara yang sebagian besar dari 1,3 juta penduduknya memeluk agama Katolik, baru diakui secara internasional tiga tahun setelah pemungutan suara.
Namun, 20 tahun usai merdeka, Timor Leste justru kembali lagi pada Indonesia dan merengek minta bantuan.
Menteri Perencanaan dan Investigasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao membenarkan hal itu.
Nicodino da Cruz, Mahasiswa asal Timor Leste (Facebook via tatoli.tl)
Dia melakukan kunjungan ke Indonesia untuk bertemu Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD di kantornya.
Dia menyebutkan bahwa negaranya tidak memiliki fasilitas untuk mengkarantika ke-17 warganya akibat virus corona.
"Karena harus mengerti, kami tidak punya fasilitas dan yang bisa kita lakukan minta bantuan ke negara-negara lain," ujar Xanana.
Xanana meminta bantuan untuk mengevakuasi warganya yang saat ini berada di China.
Jika tidak dibantu pihaknya khawatir dengan potensi penularan virus corona.
Namun, permintaan itu ternyata ditolak oleh Indonesia.
Selain itu pemerintah Timor Leste juga sempat minta tolong ke Bali untuk mengkarantina warganya di bali.
Hal ini disampaikan I Ketut Suarjaya, Selasa (4/1/20)
"Kita menolak dijadikan tempat karantina. Kita tak dapat menerima usulan mereka," kata Suarjaya.
Menurut Suarjaya, penolakan tersebut telah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menyetop sementara kunjungan dari China.
Namun, dari beragam penolakan itu Timor Leste mendapat jawaban dari Selandia Baru.
Pesawat Selandia Baru yang mengevakuasi 190 orang dari Wuhan membawa 17 di antaranya adalah warga Timor Leste.
Tidak ada penumpang dalam pesawat yang menunjukkan gejala virus corona.
Tetapi, satu orang sempat dilarang terbang setelah gagal dalam pemeriksaa kesehatan pra-terbang. berdasarkan keterangan Kementerian Luar Negeri Selandia Baru, terdapat 54 warganya.
Kemudian 44 residen permanen berpaspor China. Lalu 23 orang asal Australia beserta 12 residen permanen menggunakan paspor Negeri "Panda", delapan orang dari Inggris.
17 dari Timor Leste, 17 lainnya warga Papua Nugini, Lima Samoa, empat Tonga dan dua pendudu Fiji sisanya penduduk negara lain.
Siapkan Karantina di RS Jiwa Naimata Kupang
Sebelumnya sebanyak 17 mahasiswa asal Negara Timor Leste yang dipulangkan dari, Wuhan, China, daerah endemis virus corona ( Coronavirus) akan dikarantina di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT).
Rumah Sakit Jiwa Naimata ditunjuk oleh Gubernur NTT, Viktor Laiskodat sebagai tempat karantina bagi ke 17 mahasiswa tersebut.
"Kami sudah diperintahkan oleh pa Gubernur Viktor Laiskodat, bahwa RSJ. Naimata dijadikan tempat karantina kami sudah siapakan ruangan," ungkap dr. Dickson Legoh, Direktur RSJ. Naimata kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (6/2/2020).
Dia katakan, pihaknya sudah menyediakan sebanyak tiga ruangan dengan tujuh belas tempat tidur untuk karantina.
Akan tetapi, lanjutnya belum ada kepastian kapan 17 mahasiswa tersebut tiba di Kota Kupang.
"Untuk ruangan dan tempat tidur, AC dan fasilitas pendukung kami sudah kami siapkan, sudah rampung hari ini," ungkapnya.
Menurutnya, tim Karantina dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT, pihaknya hanya diminta untuk menyediakan tempat.
"Begitu juga dengan peralatan yang penting untuk proses karantina, nanti dari pihak Dinas Kesehatan Provinsi NTT, ada tim yang disiapkan Dinas Kesehatan," ungkapnya.
Ditanya apakah warga sekitar RSJ. Naimata tidak keberatan karantina dilakukan di RSJ. Naimata Kupang, Dickson katakan, untuk hal itu, Dinas Kesehatan yang harus menjelaskan.
Gubernur NTT (Nusa Tenggara Timur) Viktor Laiskodat, menyatakan, siap menampung 17 warga negara asal Timor Leste yang dipulangkan dari China.
Hal itu disampaikan Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda Pemerintah Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Rabu (5/2/2020) malam.
"Saya barusan lapor ke Pak Gubernur soal 17 warga negara asal Timor Leste yang dipulangkan dari China dan Pak Gubernur siap menampung mereka di NTT," ujar Marius.
Menurut Marius, pihaknya siap menampung 17 warga Timor Leste, apabila ada instruksi dari Presiden Joko Widodo, untuk penanganan warga negara yang wilayahnya berbatasan langsung dengan NTT itu.
"Ini semata-mata soal kemanusiaan. Martabat manusia lebih tinggi dari segala-galanya. Kami baca di beberapa media bahwa Gubernur Bali menolak 17 warga Timor Leste, karena itu Pak Gubernur katakan NTT siap terima," kata Marius.
Marius menyebut, nilai kemanusiaan, persaudaraan dan penghargaan terhadap martabat manusia menjadi hal utama 17 warga Timor Leste diterima di NTT.
Gubernur NTT, lanjut Marius, telah memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan NTT dan Direktur RSU WZ Johannes Kupang, agar menyiapkan Rumah Sakit Jiwa Naimata, agar menampung sementara warga negara Timor Leste itu.
Pos Kupang Minta Maaf Atas Berita Mengenai Gubernur NTT Viktor Laiskodat (Tribunnews)
Minta Bantuan Indonesia
Khawatir Penularan Virus Corona, Timor Leste Minta Bantuan ke Indonesia, Ini 2 Hal yang Diminta
virus corona masih menjadi momok di dunia Internasional.
Pasalnya, korban terinfeksi sudah menyentuh angka diatas 20.000 orang.
Diumumkan ke publik pada 31 Desember 2019, hingga Rabu (5/2/2020), virus corona telah meningkatkan angka kematian sebanyak 493 korba jiwa.
Berbagai negara termasuk Indonesia telah melakukan langkah antisipatif untuk mencegah penyebaran virus corona, salah satunya dengan mengevakuasi warganya dari China.
Indonesia telah berhasil mengevakuasi 245 WNI yang berada di Wuhan, China pada Sabtu (1/2/2020).
Sementara hingga kini, seluruh WNI dari China sedang dikarantina di Natuna.
Bukan hanya Indonesia, Timor Leste juga berencana mengevakuasi warganya dari China.
Namun tampaknya, evakuasi Timor Leste menemui kendala.
Negeri yang melepaskan diri dari Indonesia tersebut, dilaporkan tidak memiliki peralatan yang cukup memadai untuk mengkarantina warganya dari China.
Sehingga Timor Leste pun meminta bantuan pada pemerintah Indonesia.
Timor Leste Minta Izin Karantina Warganya di Bali
Melansir Kompas.com, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace mengatakan, Timor Leste mengajukan permintaan izin untuk melakukan karantina terhadap 17 warganya di Bali.
Permintaan tersebut diajukan melalui Kedutaan Besar Indonesia di Timor Leste.
Hal ini menyikapi merebaknya wabah virus corona di dunia.
"Jadi Pemerintah Timor Leste, mereka minta fasilitas dan izin melalui Kedutaan Besar Indonesia di Timor Leste untuk karantina 17 warga negaranya di Bali selama dua sampai tiga minggu," kata Cok Ace kepada wartawan, Senin (3/2/2020), dikutip dari Kompas.com.
Menyikapi permintaan tersebut, Cok Ace melakukan rapat bersama dengan Pemprov Bali.
Bali Tolak Permintaan Timor Leste
Setelah diakadakan rapat, Pemprov Bali menolak permintaan Pemerintah Timor Leste untuk mengarantina 17 warganya di Bali.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Bali, I Ketut Suarjaya, Selasa (4/1/2020).
"Kita menolak dijadikan tempat karantina. Kita tak dapat menerima usulan mereka," kata Suarjaya.
Menurut Suarjaya, penolakan tersebut telah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menyetop sementara kunjungan dari China.
Indonesia bahkan telah menghentikan penerbangan dari dan ke China pada Rabu (5/1/2020).
Suarja menyebutkan bahwa poin dari larangan tersebut adalah tidak menerima sementara waktu warga dari China.
"Penerbangan juga sudah dihentikan. Poinnya tak lagi menerima sementara waktu dari China," kata Suarjaya.
Xanana Gusmao Mengonfirmasi Permintaan Tersebut
Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste Xanana Gusmao membenarkan bahwa negaranya meminta bantuan ke Indonesia soal antisipasi penularan virus corona.
Xanana Gusmao diketahui melakukan kunjungan ke Indonesia untuk bertemu Menteri Koordinator Bidang Plitik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, di kantor Kemenpolhukam dalam rangka membahas perbatasan negara, Selasa (4/2/2020).
Dalam kesempatan itu, ia menyebutkan bahwa negaranya, tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk proses karantina ke-17 warganya.
"Iya. Karena harus mengerti bahwa kita tidak punya fasilitas, tidak punya apa-apa. Oleh karena itu, kita minta kalau bisa (bantuan), seperti negara-negara lain," ujar Xanana di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2020).
Menurut Xanana, bantuan yang diminta bukan suatu yang sifatnya eksklusif.
Bantuan diperuntukkan bagi warga Timor Leste yang saat ini berada di China.
Jika tidak dibantu, pihaknya khawatir dengan potensi penularan virus corona.
Xanana bahkan percaya bahwa Pemerintah Indonesia akan membantunya.
"Oleh karena itu ini sesuatu yang global, bukan Timor Leste dan Indonesia. Dan saya percaya bahwa karena Indonesia punya kemampuan yang lebih besar dari pada kami, akan membantu kami untuk mengatasi situasi ini," tutur Xanana. ( POS-KUPANG.COM/Laus Markus Goti/Intisari.grid.id)