Selain itu, Bruder Viktor menambahkan, para siswa juga dilatih tidak hanya bagaimana membuatnya tetapi bagaimana mereka dilatih menghitung biaya sampai pada penjualannya.
Para siswa dilatih untuk menghasilkan sesuatu perlu dengan perhitungan yang benar mulai dari pengadaan sarana juga termasuk jasa pembuatannya. Dihitung dengan teliti.
“Saya melihat anak-anak sangat antusias. Mereka dengan tekun dan sabar dalam proses untuk memperoleh sebuah hasil. Pada tahap ini mereka dilatih karakternya bagaimana menjadi sabar, tekun, jujur dan tetap rendah hati. Keberhasilan jangan membuat diri lalu menjadi cepat puas tetapi terus berusaha," kata Bruder Viktor.
Bruder Viktor mengungkapkan, sebetulnya usaha untuk membangun daya cipta siswa tidak hanya melalui pembuatan mesin pencacah pakan ternak.
Namun, ada juga kreativitas inovatif yang lain, seperti pembuatan meja/almari tempat TV, Gokart, alat campur semen, pembuatan pintu lipat, rak piring dari drum bekas dan masih banyak kreativitas yang lainya.
“Karen itu, saya berterimakasih kepada para guru yang telah mendidik anak didikannya selama ini. Karena kerja keras para guru dalam menyiapkan siswa/i agar benar benar siap untuk bekerja dan membuka usaha sendiri di kemudian hari sangat luar biasa," tutup Bruder Viktor.
Sementara itu, salah seorang siswa kelas XII jurusan pengelasan SMK St. Aloysisus Ruteng, Magnus A. Durhaman kepada media ini menerangkan sebagai siswa ia sangat mengapresiasi kepada para gurunya yang sudah merangsang kreativitas mereka dalam merakit segala inovasi baru yang mereka kerjakan.
Bagi Magnus, untuk menyelesaikan ide kreatif yang ada, maka sangat dibutuhkan kerja sama tim. Pengalamannya, selama ini mereka selalu menyelesaikan berbagai macam inovasi yang baru dengan secara bersama-sama.
“Kami menyelesaikan kreativitas inovasi baru ini dengan semangat kerja sama tim yang militan. Dengan kerja sama tim, kami merasa bahwa wawasan kami semakin ditambahkan karena perpaduan dari berbagai ide,” papar Magnus siswa kelas XII tersebut.
Tidak hanya itu, ia juga mengungkapakan, motivasi dasar mereka dalam merakit mesin pencacah pakan ternak ini karena memahami himbauan menteri pendidikan sekarang ini yang mana sangat membutuhkan dan mengedepankan skil atau kemampuan setiap generasi didik dalam setiap lembaga pendidikan di Indonesia.
Magnus berambisi dan bermimpi ketika menyelesaikan studinya di SMK Swasta St. Aloyisius Ruteng, dirinya akan membangun ruang kerja baru di masyarakat.
Baginya, modal dasar beliau selama tiga tahun di SMK St. Aloysius bisa membawa sesuatu yang berubah di masyarakat.
Hal penting bagi Magnus adalah tujuan dari mimpi membangun usaha pengelasan ini untuk meminimalisasi tingkat pengangguran di daerah ini khususnya di Kabupaten Manggarai.
Karena itu beliau berharap kepada pemerintah daerah Kabupaten Manggarai untuk siap menjemput peluang generasi yang benar-benar berhasil menciptakan inovasi baru.
“Saya berharap kepada pemerintah agar teruslah mendorong sekolah-sekolah sewasta. Karena baginya, sekolah-sekolah kejuruan swasta yang ada di Kabupaten Manggarai kebanyakan mendorong siswanya untuk langsung menyentuh dengan tindakan praktis yang seringkali dibutuhkan di masyarakat," ungkap Magnus.(ris)