POS-KUPANG.COM | KUPANG - Kapal motor milik nelayan Oeba Kota Kupang tidak hanya digunakan untuk menangkap ikan. Namun kerap dimanfaatkan sebagai sarana transportasi untuk penyeberangan warga negara asing (WNA) ke Australia. Praktik ilegal ini sudah berlangsung lama.
Hal ini diungkapkan JT saat ditemui di Pasar Oeba, Kelurahan Fatubesi, Kecamatan Kelapa Lima, Rabu (29/1/2020). Mantan nelayan ini menyebut, jejeran kapal motor yang berlabuh di sepanjang Pantai Oeba milik warga lokal. Ada juga merupakan milik warga pendatang asal Sulawesi.
Menurut JT, kapal motor sering disewa WNA untuk berlayar ke Pulau Kera untuk berekreasi. Harga sewa kapal Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu. Terkadang, kapal motor disewa untuk mengangkut WNA ke Australia.
• Listrik Padam, Siswa Batal Try Out, UKM Menjerit Omzet Melorot
JT mengungkapkan, bahkan ada WNA sampai nekat membeli kapal motor seharga ratusan juta. "Jika mereka berniat untuk berlayar melalui jalur ini ke Australia maka biasanya 7 sampai 9 orang saling patungan untuk membeli perahu motor," beber JT.
Setelah membeli perahu motor, lanjut JT, WNA menggunakan jasa nelayan atau juragan kapal untuk berlayar. Adapun perjanjiannya, apabila berhasil antar ke Australia maka kapal itu menjadi milik nelayan yang mengantar.
Menurut JT, untuk menyeberangkan WNA ke Australia, pelayaran dilakukan pada malam atau dini hari. "Biasanya mereka bersembunyi di bawah dek kapal untuk menghindari polisi. Ibarat pencuri, jika aparat kalah mata, maka mereka dapat lolos," ujar JT.
• Thomas Bangke Optimistis NTT Tangguh Bencana
Informasi Pantai Oeba menjadi pintu penyeberangan WNA ke Australia terungkap setelah polisi menangkap enam WNA asal China yang terdampar di perairan laut Piakakoli Desa Faifua Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Pulau Rote, Selasa (28/1/2020).
Enam WNA asal China yang diamankan, yaitu Hang Yongsheng (passport: EF2566911), Han Baolin (passport: E47054173), Cui Hengguo (passport: EH5560504), Chu Kaishan (passport: EH5560510), Wang Shisen (passport: EH5560502) dan Fan Shenghong (passport: EG1061989). Semuanya berasal dari Provinsi Jiangsu.
Sedangkan dua WNI yang ikut diamankan, yaitu Mardan, asal Probolinggo (Jawa Timur) dan Aba asal Adonara (Kabupaten Flores Timur).
Kapolres Rote Ndao AKBP Bambang Hari Wibowo melalui Kasubbag Humas Aipda Anam Nurcahyo, SIP menjelaskan, berdasarkan pengakuan Mardan dan Aba, upaya penyelundupan WNA asal China melalui Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Oeba, Kelurahan Fatubesi Kecamatan Kelapa Lima, dengan menggunakan KMP Indah Jaya.
• Agus Ririmase dan Inovasi Pelayanan e-KTP di Kota Kupang
"Kapal motor bertolak dari TPI Oeba, Senin (20/1/2020). Untuk sampai ke Autralia, perjalanan memakan waktu tiga malam. Saat memasuki wilayah perairan Australia, KMP Indah Jaya dihadang Coast Guard Australia atau Angkatan Laut Australia, Jumat (24/1)," terang Aman saat dikonfirmasi via telepon dari Kupang, Rabu (28/1/2020) siang.
Setelah diperiksa selama tiga malam, KMP Indah Jaya disita, termasuk handphone (Hp) dan peralatan GPS. Pada Senin (27/1/2020), Angkatan Laut Australia memerintahkan ABK untuk kembali ke perairan Indonesia dengan menggunakan kapal yang telah disiapkan oleh pihak Angkatan Laut Australia.
Diduga kapal itu kehabisan bahan bakar saat kembali ke perairan Indonesia dan terdampar. Pada Selasa (28/1/2020) sekitar pukul 05.30 Wita, kata Anam, nelayan melihat kapal kayu asing terdampar di perairan laut Piakakoli, Rote Timur.
• Foto Ayu Ting Ting Disandingkan dengan Luna Maya, Agnez Mo, Nagita Slavina, Ibu Bilqis Tuai Hujatan
Nelayan melapor Satuan Polair Polres Rote Ndao. Kemudian, Aipda Nefri Tallo bersama dua rekannya mengecek ke lokasi, menemukan 6 WNA asal China dan 2 ABK asal WNI dalam kapal kayu itu.
Pada pukul 08.00 Wita, Satuan Polair Polres Rote Ndao dan Pos Angkatan Laut (AL) Papela mengamankan enam WNA asal Cina dan dua ABK. Selanjutnya, mereka dievakuasi menuju Pos TNI AL di Papela.
Menurut Anam, saat ini Mardan dan Aba sedang diperiksa intensif oleh penyidik Polres Rote Ndao di Mapolsek Rote Timur. Sementara itu, enam WNA masih berada di atas perahu dan dalam pengawasan tim Polsek Rote Timur dan anggota Pos AL Papela.
Berdasarkan pengakuan Mardan dan Aba, lanjut Aman, pada tanggal 13 Januari, seorang pria bernama Ahmad Nur menghubungi Mardan dan Aba via telepon. Saat itu Mardan berada di Probolinggo dan Aba di Malang.
• Ketua Golkar NTT Perkenalkan Calon Bupati dan Wakil Bupati
Selanjutnya, pada Selasa (14/1/2020), Mardan dan Aba bertemu Ahmad Nur di Surabaya. Pertemuan dihadiri juga dua rekan Ahmad Nur. Setelah itu, Mardan dan Aba berangkat ke Kupang menggunakan pesawat Lion Air. Keduanya menginap di Hotel Royal.
Aman menjelaskan, Ahmad Nur mengajak Mardan dan Aba bekerja sama membawa enam WNA asal China ke titik koordinat yang telah ditentukan pada satelit GPS di perairan Pulau Asmoro, Australia. Ahmad Nur juga langsung menyiapkan titik koordinat di GPS di perahu yang akan digunakan.
"Pertemuan antara Mardan, Aba, Ahmad Nur dan keenam WNA tersebut dilakukan di Pelabuhan Oeba Kupang. Selanjutnya Mardan dan Aba membawa keeenam orang WNA menuju ke titik koordinat, yaitu ke arah Australia pada tanggal 20 Januari dari pelabuhan itu," terang Anam.
• Bersiap, Mulai 1 Februari Deretan Smartphone ini Tak Bisa Akses WhatsApp Lagi, Cek Handphone Kamu
Anam kembali mengatakan, penyidik Polres Rote Ndao masih mendalami jaringan yang gagal melakukan penyelundupan enam WNA asal China ke Australia melalui Kupang.
"ABK sementara masih kita amankan, masih kita interogasi, kita masih minta keterangan lanjut. Kemungkinan itu akan mengarah ke tersangka, cuma kita belum terapkan statusnya," ujar Anam.
Berdasarkan keterangan Mardan dan Aba, lanjut Anam, keduanya dibayar oleh Ahmad Nur masing masing sejumlah Rp 10 juta untuk mengantar enam WNA asal China ke perairan Pulau Asmoro, Australia.
• Pemkot Kupang Tata Tiga Kawasan Jadi Icon Baru, Butuh Anggaran Rp 104 Miliar, Begini Tanggapan PKL
Menurut Anam, keberadaan Ahmad Nur juga hingga kini belum diketahui. "Kita ada pengembangan ke situ (Ahmad Nur). Memang namanya muncul, tetapi peran dia sebagai apa kita masih dalami itu. Masih dalam pemeriksaan lanjut, belum bisa mendapatkan informasinya dulu," katanya.
"Belum bisa kita pastikan, tetapi sepertinya jaringannya luas, kita masih dalami secara intens," tambah Anam.
Anam mengungkapkan, berdasarkan keterangan kedua ABK, kapal yang digunakan ke Australia dibeli khusus untuk perjalanan ke sana. "Kapal itu memang mereka beli untuk ke Australia," tuturnya.
• 8 Icon Baru Kota Kupang dan Filosofinya
Menurut Anam, enam WNA asal China itu awalnya dari Jakarta menuju Dili, Timor Leste. Selanjutnya, dari Dili ke Kupang untuk melakukan penyeberangan ke Australia.
Sementara itu Dispen Lantamal VII Kupang dari Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Letkol Laut (P) Akhmad Alif SZ, M.Tr.Hanla, mengatakan, keenam WNA asal China bersama dua ABK ditemukan patroli gabungan Posal Papela Lanal Rote dan Sat Polair Polres Rote saat sedang lego jangkar di daerah tambak garam Faifua, Rote Timur.
Bukan Pengungsi
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPA Kupang, Sjachril, SSos menanggapi penangkapan enam WNA asal China yang hendak ke Austalia, setelah terdampar di perairan laut Rote Ndao.
Sjachril memastikan, enam WNA asal China bukan pengungsi. "Kalau China bukan pengungsi. Tetapi sesuai dengan aturan keimigrasian maka kita harus dalami dan diproses sesuai dengan undang undang," tandas Sjachril saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (29/1/2020).
Sjachril juga menduga terjadi penyelundupan enam WNA asal China ke Australia. "Iya, kemungkinan seperti itu, ke sana (penyelundupan)," katanya.
• Ayah dan Anak Rebutan Janda Cantik, Nyawa jadi Taruhannya
Menurut Sjachril, pihaknya telah mengirim tim ke Rote Ndao untuk menindaklanjuti informasi terdamparnya enam WNA asal China. Tim berangkat dari Kupang, Rabu (29/1/2020) siang menggunakan pesawat terbang.
Tim Imigrasi akan berkoordinasi dengan pihak terkait, di antaranya Polres Rote Ndao, Polairud Polda NTT, Lanal Rote Ndao serta Dinas Kesehatan dan Balai Karantina Kesehatan.
"Intinya saya sudah perintahkan, sudah buat surat perintah, untuk melaksanakan tugas koordinasi dengan Polres Rote Ndao, bersama tim Polairud, Karantina dan Dinas Kesehatan," ujarnya.
• Rebut Anaknya dari Mulut Buaya, Begini Cara Daud Nenoharan Taklukkan Buaya
Sjachril menunggu laporan perkembangan hasil koordinasi. "Untuk tindaklanjutnya nanti kita tunggu perkembangan besok tim akan melaporkan pada saya. Intinya, perkembangan itu, dalam kesempatan pertama," katanya.
Kasubsi Intel Antonio Lela juga mengatakan, pihak Imigrasi mengirim tim ke Rote Ndao mengecek keberadaan enam WNA asal China.
"Tim Imigrasi akan turun ke Rote Ndao hari ini. Saat ini enam WNA asal China di bawah pengawasan pihak kepolisian dan Lanal Rote Ndao," ujar Antonio, Rabu kemarin.
• Sejak 2017 Ada 8 Pasar di Kabupaten Manggarai Direvitalisasi Kementerian Perdagangan RI
"Enam WNA itu akan diserahterimakan ke kita (Imigrasi), tetapi masih kita koordinasi, apakah langsung di Rote atau di Kantor Imigrasi Kupang," tambahnya.
Perketat Pengawasan
DPRD Kota Kupang mendesak aparat keamaan mengawasi Pantai Oeba karena kerap terjadi pelayaran ilegal, termasuk dugaan penyelundupan WNA ke Australia dengan menggunakan kapal motor nelayan.
"Setahu saya empat atau lima tahun lalu ada praktek ilegal itu, tapi sudah ditangkap. Saat ini saya tidak tau apakah ada atau tidak. Kalau diduga ada, saya harap pihak kepolisian harus lakukan pengawasan," kata anggota DPRD Kota Kupang, Jabir Marola saat dikonfirmasi, Rabu malam (29/1/2020).
Menurutnya, praktik itu merugikan negara. WNA yang masuk ke wilayah Indonesia tidak membayar visa. Selain itu, berpotensi membawa masuk penyakit. Pasalnya, pelayaran ilegal tentunya tidak melalui pemeriksaan ketat.
• Putri Ahok-Veronica Tan Tampil di Acara Imlek, Jokowi Sindir Suami Puput Nastiti Devi, Kenapa?
"Kita berharap tidak ada praktik itu. Tapi kalau sudah ada informasi bahwa praktik itu ada, maka baiklah waspada. Terutama pihak kepolisian perlu lakukan pengawasan," tandasnya.
Anggota DPRD Provinsi NTT, Ana Waha Kolin mengatakan, nelayan dan masyarakat NTT, khususnya di wilayah pesisir pantai, perlu diberi pemahaman tentang WNA.
"Jadi nelayan kita perlu diberi pemahaman dan pembekalan soal apa itu WNA. Apa yang bakal terjadi bila menampung WNA tanpa izin," kata An Kolin ketika dihubungi, Rabu (29/1/2020).
• Ramalan Zodiak Sabtu 1 Februari 2020, Taurus Terganggu, Cancer Terintimidasi, Libra Kharismatik
• Ramalan Zodiak Besok Jumat 31 Januari 2020, Aquarius Lelah, Scorpio Fokus, Virgo Menghibur
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan, nelayan NTT perlu dibekali dengan informasi-informasi yang benar.
"Juga perlu ada pemahaman, jika ada kegiatan, termasuk perlu diberikan pengalaman. Termasuk memberi pembekalan atau informasi-informasi soal orang asing, dan risikonya ketika mengantar mereka sampai ke luar negeri," ujarnya.
An Kolin mendesak dilakukan pengetatan perketat pengawasan di pelabuhan tradisional maupun pelabuhan komersial. (hh/cr3/kk/yel)