Bani menambahkan, kemudian orangtua akan mengumumkan kepada para tamu undangan pihak keluarga akan menjual es dawet dengan alat membayarnya berupa kreweng.
Biasaya pihak yang menjual merupakan ibu dari pengantin putri.
"Kemudian bapaknya yang mengumpulkan uangnya (red, kreweng)," tambah Bani.
Setelah uang hasil penjualan tersebut akan disimpan di sentong.
Jumlah sentong akan bertambah jumlahnya, saat orangtunya kembali menikahkan anak-anaknya yang lain.
Ketika semua anak sudah menikah, akan diadakan tradisi bernama tumplak punden.
Bani menjelaskan tradisi tumpal punden merupakan simbol dari selesainya tugas orangtua terhadap anak-anaknya.
Kemudian kreweng-kreweng yang terkumpul akan di berikan kepada anak laki-laki dari keluarga tersebut.
"Sebagai simpol bekal mengarungi kehidupan," jelasnya.
Bani mengatakan dua tradisi dodol dawet kreweng maupun tumplak punden dalam ilmu budaya termasuk dalam folklor sebagian lisan.