Warga Kelewae Boawae Adakan Aksi Nyata Bersih Lingkungan dan Tanam Anakan Pohon
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Masyarakat Desa Kelewae Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo melakukan aksi nyata menjaga kelestarian sumber mata air di Desa Kelewae.
Aksi nyata tersebut berupa penanaman anakan pohon, pembersihan sampah dan pembuatan jebakan air dipemukiman warga.
Sekretaris Desa Kelewae, Petrus Kanisius Kebu, menyebutkan, Desa Kelewae berada di Kecamatan Boawae yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Mauponggo dan berada persis di kaki Gunung Ebulobo.
Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dengan jumlah penduduk 1440 jiwa tersebar di 4 Dusun dan 12 RT dengan hasil komoditi unggulan yaitu cengkeh, kopi dan kakao.
Kelembapan yang tinggi membuat wilayah Desa Kelewae memiliki pakan hijauan yang cukup untuk ternak sapi dan babi serta penghasil ubi keladi.
"Kemarau panjang yang terjadi kurang lebih 3 tahun terakhir membuat kondisi wilayah desa Kelewae yang dahulunya lembab mengalami kekeringan dan mengancam ketahanan pangan," ujar Petrus, kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (3/1/2020).
Petrus menyampaikan musim kemarau pada tahun 2019 ini berdampak pada menurunnya debit air dan tanaman cengkeh ada yang mati serta tanaman keladi yang biasanya daunnya tetap rimbun disaat musim kemarau tetapi kurang lebih 3 tahun terakhir ini ada yang kering dan tinggal umbinya saja.
Hingga saat ini belum ada upaya yang nyata dari pemerintah desa untuk mengatasi masalah ini.
Sehingga pihak Desa melaksanakan kegiatan penghijauan dengan menanam anakan pohon.
Sementara itu, Irene Azi Wona (60) warga dusun II Desa Kelewae menyampaikan dulu Kelewae hutan lebat dan debit air tidak pernah turun.
"Dahulu ketika saya masih muda, hampir semua wilayah Desa Kelewae dipenuhi dengan pohon-pohon besar dan tanaman bambu, tidak seperti sekarang ini yang gersang dan panasnya seperti di wilayah pesisir pantai," ujar dia.
Ia berharap agar dengan adanya aksi nyata tersebut dapat menjadi motivasi agar pentingnya menjaga lingkungan.
"Bak gayung bersambut, upaya ini juga digalakan oleh Gereja Katolik di dalam Keuskupan Agung Ende yang mengadakan Katekese yang bertemakan Lingkungan Hidup," ujar dia.
Ia mengaku umat Katolik diajak untuk melihat dan merefleksi apa yang dialami saat ini terkait dan perilaku manusia yang telah merusak lingkungan sekitar serta ada tindakan nyata dari hasil refleksi tersebut.
"Saya tergerak dengan melihat keadaan sekitar yang menunjukan perilaku membuang sampah plastik, pakaian bekas di sumber mata air, menebang bambu dan pohon sekitar mata air,membakar lahan, berburu hewan liar dan burung-burung. Sehingga hasil refleksi, kami bersepakat untuk melakukan aksi nyata dengan membersihkan sampah di sumber mata air Wayu Pea dan Boba Modho serta menanam pohon waru pada bulan September 2019," ujarnya.
Ia mengaku tidak terbatas pada wilayah Desa Kelewae, dirinya juga meminta dukungan Pastor Paroki Fransiskus Asisi Gako untuk turut menyerukan menjaga kelestarian lingkungan.
Sementara itu, Kepala Dusun II Desa Kelewae, Paulinus Lalu, menyampaikan bahwa semua sepakat agar dilakukan penghijauan.
"Saya bersama warga dusun sudah sepakat, pembersihan sampah plastik di sekitar mata air dan menanam pohon serta menjaga kelestarian sekitar sumber mata telah menjadi program tetap di tingkat dusun dengan menetapkan jadwal pada hari Sabtu minggu ke-2 dalam bulan sejak bulan September 2019. Semua warga terlibat dalam aksi ini tanpa terkecuali, bahkan anak-anak setiap hari Rabu dengan didampingi Ibu Irene melakukan kegiatan serupa," ujar Paulinus.
• Supardi Nasir Main di Sriwijaya FC, Persib Maung Bandung Bakal Kehilangan Kapten, Lihat Info Detail
• Berani-Beraninya Anies Baswedan Bantah Pendapat Jokowi soal Sampah jadi Penyebab Banjir
Ia mengatakan selain itu ada aksi lainnya yaitu menggali lubang resapan atau jebakan air.
"Pertama, kami berencana akan menggali lubang jebakan disetiap rumah agar ketika turun hujan bisa menampung air dan mengurangi erosi serta menambah air tanah. Kedua, kami akan melakukan penanaman pohon di sekitar sumber mata air seperti, gayam, pandan serta bambu. Ketiga, kami akan melakukan sosialisasi menjaga kelestarian di sumber mata air dengan membuat papan informasi yang memuat larangan membuang sampah di sekitar sumber mata air dan larangan menebang pohon sembarangan," ujar dia.
Ia menyampaikan dukungan dari Pemerintah Desa untuk kegiatan konservasi sumber mata air berupa alokasi anggaran dari Dana Desa dan peraturan Desa yang berkaitan dengan perlindungan mata air menjadi harapan untuk keberlanjutan dari upaya dimaksud.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) Flores, Marsel Mau, menyampaikan bahwa Desa Kelewae merupakan satu diantara desa yang menjadi dampingan YMTM.
"Yayasan Mitra Tani Mandiri Flores pada bulan Agustus 2019 melalui program Kampung Iklim telah melakukan sosialisasi Perubahan Iklim yang disebabkan oleh pemanasan global sebagai akibat dari meningkatnya industri, sampah plastik dan penebangan pohon dan kebakaran hutan dan lahan," ujar dia.
Dia mengatakan semua pihak diajak untuk menjaga kelestarian alam, dengan tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon dan menjaga kelestarian sumber mata air.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)