Rayakan HUT, Simak Kiprah 25 Tahun Rozali Hussein Bangun Yayasan Tanaoba Lais Manekat

Penulis: Yeni Rachmawati
Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Uniting World Volunteer, David Mileham, Manager Utama KSP TLM, Zelsy Pah, Indonesia and Community Development Director, Simon Lynch dan Direktur Eksekutif Yayasan TLM, Rozali Hussein, pose bersama, Rabu (4/12/2019).

Rayakan HUT, Simak Kiprah 25 Tahun Rozali Hussein Bangun Yayasan Tanaoba Lais Manekat

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Yayasan Tanaoba Lais Manekat merupakan lembaga GMIT yang memiliki program diakonia yaitu bukan di atas mimbar saja tapi membantu masyarakat. Oleh karena itu gereja mendirikan suatu lembaga yang namanya TLM dengan berbadan hukum yayasan.

"Waktu itu saya kerja di Alva Omega dan diminta untuk menjalankan lembaga ini sebagai direktur. Saya satu-satunya yang bukan staf dari awal hingga saat ini dipercaya jadi direktur," kata Direktur Eksekutif YTLM, Rozali Hussein, ketiak menceritakan awal mula berdirinya yayasan.

Pilkada Ngada 2020, 6 Balon Sudah Daftar ke DPC PDIP Ngada

Lembaga mulai dibentuk pada tahun 1994 dan baru beroperasional di tahun 1995, dengan bentuk badan hukum Yayasan Tanaoba Lais Manekat. Namun karena berkembang dan adanya perubahan undang-undang, bahwa yayasan tidak boleh mengelola suatu program ekonomi maka didirikanlah unit-unit usaha seperti Talenta, BPR TLM, KSP dan Koperasi Konsumen.

Rozali menyampaikan unit usaha ini didirikan untuk melaksanakan program-program pengembangan ekonomi dari yayasan. Karena yayasan memiliki dua program yaitu pengembangan ekonomi dan comunnity development.

Ini Dia Pelaku Pencabulan Gadis Bisu di Kupang Saat Diamankan Polisi di Kantor Polsek Oebobo

Ia mengisahkan sejak pertama kali menerima mandat sebagai direktur ia dibekalk dengan dana senilai Rp 2.500.000 dalam bentuk uang koin karena berasal dari uang kolekte untuk operasional.

Saat itu menerima uang Rp 2,5 juta sudah terhormat namun sulit untuk memulai operasional. Akhirnya waktu itu dirinya menerima kesepakatan dengan Alva Omega yaitu berani menagih hutang Alva Rp 40 juta dan Alva Omega memberikan lima orang staf.

"Kesepakatan itu dilaksanakan dan dari Alva Omega memberikan gaji untuk lima oramg staf hanya selama tiga bulan tapi bulan keempat harus bayar gaji sendiri. Masa itu yang saya pikir, saya paling nekad, uang sedikit tapi bulan keempat harus dibayar. Kami pun memutar otak jadi kami pertama kali membuat prodak harian. Pertama saya punya pikiran berikan pinjam pagi sore kembalikan, tapi tidak jadi. Jadinya hari ini pinjam besok kembalikan selama 100 hari. Karena waktu itu koperasi harian bunga 20 persen, setelah dikalkulasi lima persen sudah bisa hidup. Jadi setiap tanggal 1 sampai 24 kita realisasi dan tanggal 25 stop bayar gaji. Lima orang staf saya teurs bekerja sampai pensiun dan tidak pernah tidak menerma gaji. Sampai saat ini program tersebut masih dijalankan oleh Talenta," katanya.

Sampai saat ini dari lima staf sudah ada 700 orang yang bergerak di lingkup yayasan. Dengan total aset sudah Rp 650 miliar dan telah melayani 150 ribu orang. Terbanyak pelayanan di KSP, dimana ada 110 ribu orang.

Sedangkan untuk unit usaha hampir tersebar di seluruh kabupaten/kota keculi Sumba Barat Daya dan Sumba Barat. Ada pula cabang ada di Bali dan Sulawesi. Karena yang dibangun sejak awal adalah komitmen.

"Yang pertama kali saya bangun dengan anak-anak yaitu komitmen. Bila komitmen kuat maka rintangan bukan masalah. Sudah ditekankan bahwa kita harus memikirkan orang lain, karena bila kita memikirkan orang lain maka Tuhan akan memikirkan kita. Sebab visi kita mau berkembang jadi semua staf punya komitmen mau berkembang dan tidak cepat puas," tuturnya.

Ia mengambil contoh KSP TLM mungkin menjadi KSP yang pertama yang membuka cabang di luar kota Kupang yaitu di Ruteng.
Karena dirinya ingin mengajarkan anak-anak bahwa harus melihat dunia yang lain .

Setelah staf terbiasa beroperasional di luar maka dibukalah cabang di Bali. Hal ini untuk membiasakan staf. Kemudian pada tahun 1997 atau 1998 semua kepala divisi dikirim ke Filipina untuk belajar.

"Itu biaya cukup besar, orang belum berpikir kita sudah berpikir itu. Tujuannya cuma satu, staf yang sudah punya komitmen mau berkembang maka harus dibekali. Sekarang anak-anak sudah berpikir untuk mau berkembang dimana saya memberi kepada mereka bagaimana anak-anak NTT berpikir tidak seperti anak-anak NTT. Anak-anak TLM harus nekad dengan melaksanakan segala pekerjaan. Kita bisa melakukan sesuatu kalau diberkati, tidak melakukan sesuatu kalau tidak diberkati dan untuk mendapat berkat maka relasi dengan Tuhan harus diperbaiki. Aplikasinya seperti itu," kata Rozali.

Sebetulnya, lanjutnya, mendirikan usaha ini memiliki dua tujuan yang penting yaitu melayani kebutuhan masyarakat yang tidak melayani orang lain dan mencari keuntungan. Sampai saat ini masih banyak orang-orang yang belum terlayani. Contohnya sekarang masih banyak orang mencari perumahan, tapi unit usaha belum bergerak di bidang itu.

Contoh lainnya, di NTT banyak bicara terkait produksi, jarang sekali tentang marketing padahal kalau pengentasan kemiskinan seharusnya ada nilai ekonomi.

Misalnya meningkatkan produksi bawang tidak membuat petani kaya, tetapi bila sudah dijual menghasilkan uang barulah mengurangi kemiskinan.

Jadi koperasi akan berkembang untuk menjawabi apa yang dibutuhkan masyarakat dan belum disentuh oleh koperasi.

"Dulu kita pernah membantu menjual rumput laut di Rote karena waktu itu ada monopoli. Kita bantu modal dan menanam rumput laut setelah datang pembelinya kami keluar dari situ," katanya.

Sampai saat ini sudah sekira 25 tahun berkiprah di Yayasan TLm ia percaya dengan semua staf yang ada.

"Karena kita sudah mulai dari awal bersama-sama dan mereka sudah tahu apa yang mereka kerjakan. Kita sudah mengetahui komitmen dan loyalitas. Misalnya tidak digaji tetap bekerja. Kita dulu di sini semua staf tidak pernah berpikir dapat apa-apa walaupun tidak pernah tidak terima gaji. Karena kita terapkan apa yang saya berikan, bukan saya terima dari suath bangsa itulah yang diimplementasikan di sini," katanya didampingi Indonesia and Community Development Director, Simon Lynch dan Uniting World Volunteer, David Mileham.

Yayasan TLM masih kokoh berdiri hingga saat ini tentu tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak terutama dengan opportunity international yaitu lembaga donatur dari Amerika untuk men-support 17 lembaga. Rozali pun bisa berkenalan dengan Pak Simon.

Opportunity yang mencari lembaga untuk mempunyai hati dan melayani orang kecil, sebuah organisasi yang mempunyai kemampuan untuk berkembang dan saat mencari menemukan pak Rozali pada tahun 1996.

"Hubungan kami adalah mitra. Karena mereka ingin memperkuat lembaga artinya berdiskusi dengan TLM supaya kuat. Apa yang mereka bisa berikan selain pelatihan, dana dan lain lain. Pertama dikasih dana sekarang tidak dikasih dana tetapi dalam bentuk lainnya, tergantung kebutuhan TLM apa agar bisa mandiri," tukasnya.

Simon dengan menggunakan Bahasa Inggris mengaku, pertama kali datang ke Indonesia dan melihat proyek yang berbeda-beda, ia ingin mencari orang dengan karakter benar.

Karena orang bisa belajar apapun jika tidak mempunyai karakter yang betul maka tidak bisa diubah, karakter itu kemudian menarik pak simon bertemu pak Rozali. Karena pak rozalu dibesarkan di keluarga yang susah kemudian berjuang bersekolah dan merantau untuk jadi pedagang.

"Pak Rozali mempunyai passion, keinginan untuk melayani orang lain dan juga mempunyai kekuatan dikasih Tuhan untuk menjadi pengusaha enterpreneur untuk menginisiasi sesuatu. Waktu itu pak rozali karena mempunyai kekuatan yang besar berani berbicara pada jaringan di Indonesia dan berhasil meyakinkam pak simon datang ke NTT untuk bekerja sama dengan yayasan," tuturnya.

Dari Australia hingga ke Kupang, ia melihat kantor Yayasan yang berada di di pinggir kecil dengan ruangan yang sangat kecil. Saat itu ia temui pak Rozali sedang membuat kereta bakso dengan para staf.

"Di situ pak simon melihat karakter pak rozali bukan tentang ego tapi punya hati. Jadi dirinya menyadari pak rozali secara alamiah dijadikan Tuhan untuk menjadi pemimpin, orang yang melayani juga menghargai. Sala satunya gaya hidup lebih sederhana, tidak seperti lainmya. Rumahnya begitu saja dan ada sekolah minggu dengan anak-anak. Keinginan untuk belajar dari rozali dan staf sanhat kuat karena pernah bekerja sampai jam 2 pagi. Bagaimana mereka belajar bisa melakukan semuanya," tuturnya.

Diakuinya, bersama dengan TLM ia belajar banyak hal seputar kemiskinan dan keuangan mikro. Opportunity juga membuka akses untuk TLM belajar dengan banyak orang dan banyak lembaga dengan negara yang berbeda-beda.

"Kerja sama kami dalam bentuk opportunity dengan memperkuat institusi jadi bukan investor uang. Tapi mendukung dimana kami bertemu, berdiskusi apa yang menjadi permasalahan dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Kami memberikan support dalam bentuk pelatihan pelatihan pengembangan produk. Awal tahun berdiri kita berikan support keuangan. Terlalu banyak sekali berbicara TLM bisa berdiri sendiri dengan masalah keuangan. Dasarnya juga TLM mau survive harus berdiri sendiri dan tidak banyak membantu, banyak orang kecil yang bergantung pada TLM," tuturnya.

Ada 17 lembaga di Indonesia, salah satunya TLM.

David menambahkan dirinya begitu terkesan dengan TLM yang menghadapi masalah dan keinginan untuk berubah sangat besar. Itu memang hal yang tidak biasa dan sulit dilakukan bagi orang yang sudah lama bekerja untuk berubah. Tapi sampai sekarang ini terus dilakukan TLM terus berubah agar bisa melayani lebih banyak orang. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati)

Berita Terkini