Ustadz Yusuf Mansur Terkagum-Kagum dengan Kemajuan Surabaya, Risma Layak Jadi Gubernur DKI 2022?

Penulis: Bebet I Hidayat
Editor: Bebet I Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Yusuf Mansur Terkagum-Kagum dengan Kemajuan Surabaya, Risma Layak Jadi Gubernur DKI 2022?

"Itulah yang namanya takdir. Saya sudah berusaha menghindar tapi tidak bisa takdir Tuhan seperti itu saya mau apa," ujarnya.

Terkait jawaban tersebut, Aiman juga meminta penegasan dari Risma bahwa sebenarnya Risma tak pernah ingin menjadi pemimpin daerah, termasuk menjadi Wali Kota Surabaya.

Walau di lain sisi, kata Aiman, kepemimpinan Risma terbilang cukup baik dan di atas rata-rata.

Bahkan Risma juga memperoleh sejumlah penghargaan saat memimpin Kota Surabaya.

Risma mengatakan, sesuatu tak bisa hanya dinilai dari banyaknya penghargaan yang sudah diraih.

Meski banyak penghargaan, ketika ada satu orang saja warga yang mengaku tidak merasakan sentuhan saat dirinya memimpin, maka belum bisa dikatakan baik.

"Apakah orang seperti itu ada?," tanya Aiman.

"Saya tidak tahu, makanya saya bilang ke seluruh ketua RT, ketua RW, Lurah, Camat, Kepala Dinas, tolong cari orang-orang itu. Yang sakit, yang tidak bisa berobat, anak yatim, orang yang terlantar, ayo kita cari. Kita rawat," ujarnya.

Bilamana ada satu warga saja yang mengeluh atau tidak merasakan sentuhan ketika dirinya memimpin, maka hal itu menurutnya bisa menjadi penghalang dirinya masuk surga.

"Malaikat menyampaikan, Risma kamu nggak bisa masuk surga karena ada satu orang wargamu yang menderita. Karena kamu tidak adil," ujarnya.

"Maka saya tidak pernah mau mengatakan itu, iya (menjadi kepala daerah)," katanya.

Aiman juga menyinggung soal menteri Jokowi yang akan duduk di kabinet terbaru.

Berdasarkan penuturan Presiden Jokowi, kata Aiman, ada kepala daerah yang akan menjadi Menteri.

Dan mempertimbangkan antara lain kedekatan, tingkat kepuasan saat memimpin, sosok Risma menurut Aiman adalah orang yang dimaksud.

"Apakah benar pak Jokowi meminta ibu menjadi menteri?," tanya Aiman.

"Matematikannya jabatan kan nggak begitu. Mungkin ada faktor-faktor lain dan tidak seperti itu. Saya juga nggak pernah membayang-bayangkan dan untuk apa dibayang-bayangkan," Jawab Risma,

"Seandainya Pak Jokowi meminta ibu membantu pemerintahan?," tanya Aiman.

Risma menegaskan bahwa dirinya tak bisa menjawab itu dan yang bisa menjawab itu hanyalah Tuhan.

"Tuhan yang akan menjawab," kata Risma.

Juga tentang isu dirinya dipersiapkan untuk maju di Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024, Risma juga memberikan tanggapan.

Jangankan bermimpi, kata Risma, ingin apalagi punya niat saja tidak.

Sebelum mengakhiri pertemuan, Aiman juga menanyakan apa yang sebenarnya menjadi keinginan Risma dalam hidup.

"Saya ingin berguna untuk orang lain. Saya punya arti untuk orang lain. Dalam jabatan apapun," ujar Risma.

Rekamannya bisa dilihat di mulai menit 56.00

Berikut ini fakta-fakta lengkap seperti dikutip dari Kompas.com:

1. Fokus menangani permasalahan di Surabaya 


Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, saat berkunjung ke Menara Kompas, Palmerah, Jakarta, Rabu (31/7/2019).(KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES)

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, hingga saat ini dia tidak memiliki keinginan sama sekali untuk menjadi kepala daerah di tempat lain.

Ya Risma mengatakan, saat ini dia hanya fokus untuk menangani permasalahan yang terjadi di Surabaya. Apalagi, masa kerjanya masih berlanjut hingga 2020 mendatang.

“Saya tidak ada kewenangan ngomong itu, karena saya masih konsentrasi di Surabaya,” kata Risma saat berkunjung ke Menara Kompas, Jakarta, Rabu (31/7/2019).

2. Tidak mudah mengelola suatu daerah
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini(KOMPAS.com/GHINAN SALMAN)
Menurut Risma, mengelola suatu daerah tidak mudah, karena harus memperhatikan seluruh warga di dalamnya.

Apabila terjadi sesuatu kepada masyarakat, menurut Risma, maka kepala daerah dapat dimintai pertanggungjawaban 

“Saya tidak ada kepengin. Tidak boleh. Di pikiran saya itu harus saya tipe-ex kalau ada kepengin, karena ini nafsu. Tidak boleh ada nafsu jadi pemimpin, karena berat itu,” kata Risma.

3. Bantah bertemu Ketum PDIP  

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, saat berkunjung ke Menara Kompas, Palmerah, Jakarta, Rabu (31/7/2019).(KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES)

Menurut Risma, hingga saat ini tidak ada permintaan dari siapapun untuk memimpin daerah lain.

Ya Risma juga membantah isu yang menyebut bahwa ia sudah bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan ( PDIP) Megawati Soekarnoputri untuk membicarakan persoalan tersebut.

“Enggak ada, apalagi minta, enggak ada. Aku enggak ketemu (Megawati) sama sekali," kata Risma.

4. Kejutan bagi warga Jakarta


Ilustrasi warga korban banjir mengantre saat ada pembagian makanan dan pakaian layak pakai(RODERICK ADRIAN MOZES)

Direktur Surabaya Survei Center (SSC) Mochtar W Oetomo yang juga pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengatakan, munculnya nama Risma dalam bursa bakal calon gubernur DKI Jakarta adalah sesuatu yang menarik.

Apabila Risma benar akan maju di Pilkada DKI 2022 mendatang, kata Mochtar, itu akan memberikan alternatif sekaligus kejutan bagi warga Jakarta.

"Karena ini akan melahirkan kompetisi politik yang liat, cerdas dan visioner di Pilkada DKI 2022. Jika benar Risma running, bisa saja Risma membuat kejutan yang akan sulit dibendung," kata Mochtar, Rabu (31/7/2019).

5. Tantangan politik identitas di Jakarta


Ilustrasi Politik(KOMPAS)

Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Suko Widodo menyampaikan, selain masalah lingkungan, ada sejumlah permasalahan besar lainnya yang harus dihadapi Risma jika ingin maju di Pilkada DKI Jakarta.

Salah satunya yakni sekat polarisasi politik atau derasnya politik identitas.

Namun, Suko menilai, gaya, karakter, dan kepemimpinan Risma yang orisinal dan tegas akan menyambung sekat polarisasi politik identitas yang terjadi selama ini.

"Risma itu punya orisinalitas dalam gaya kepemimpinannya. Ia punya komunikasi asertif yang cocok untuk warga metropolis. Karakternya yang unik, mampu menjaga jarak politik dan blak-blakkan bisa menyambung sekat polarisasi identitas pemilih Jakarta selama ini," ucap Suko.

 (*/ POS-KUPANG.COM)

Berita Terkini