Kisah Warga Pendatang Diselamatkan Warga Asli Wamena di Gereje, Kawal Hingga Kerusuhan Redah

Editor: Alfred Dama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019). Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah.

Sikap Mus diamini Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit yang mengunjungi masyarakat Sumbar di Papua.

"Mereka juga tidak ingin pulang karena kalau pulang pun mereka mau kerja apa. Mereka bilang sudah lahir dan besar di Papua jadi ingin tetap tinggal di Papua, itu kata warga Minang yang saya temui di Wamena," kata Nasrul kepada wartawan, Minggu (29/09) malam di Jayapura.

Nasrul mengungkap warga Sumbar di Wamena berjumlah 981 orang dan 300 di antara mereka sudah mengungsi.

Masih trauma

Sejumlah warga Wamena asal Kepulauan Kei, Maluku, memutuskan untuk mengungsi ke Jayapura. (Enggel Wolly )

 Keinginan pengungsi untuk kembali ke Wamena juga diutarakan Krisanthus Letsoin, asal Kepulauan Kei, Maluku, yang sejak 2008 mengabdi sebagai tenaga guru honorer di Kabupaten Yahukimo.

Kris dan keluarganya meninggalkan rumah mereka di Wamena dan mengungsi di Sentani, Jayapura, setelah Wamena dilanda kerusuhan.

"Kalau saya akan tetap kembali, sudah jadi tugas saya yang harus dilaksanakan. Di sana kekurangan guru, semua mata pelajaran saya ajarkan," kata Kris.

Bagaimanapun, Kris tidak menampik bahwa dirinya mengalami trauma sehingga masih memulihkan diri di tempat pengungsian di Sentani, Jayapura.

"Perasaan masih trauma. Di sini kami merasa aman sekali, ada lingkungan keluarga. Kami sudah baik," ujar Kris.

Pria itu sejatinya tidak mengalami kerusuhan di Wamena pada 23 September karena dia datang ke kota itu sebelum ricuh dan sudah kembali ke Yahukimo saat terjadi kerusuhan.

"Saya tiba di Wamena sehari sebelum Wamena rusuh untuk pencairan dana BOS. Setelah di Yahukimo baru saya dengar Wamena rusuh. Tidak ada penerbangan ke Wamena.

Terpaksa saya langsung ke Jayapura karena tidak ada akses untuk ke Wamena, baik darat maupun udara," paparnya.

Lanud Silas Papare Jayapura digunakan untuk mendaratkan para pengungsi dari Wamena.(Enggel Wolly)

Dari istrinya yang tinggal di Wamena dan belakangan menyusul ke Sentani, Krisanthus mengetahui rumahnya sudah rata dengan tanah.

"Istri saya dari Wamena dua hari lalu tiba di Sentani hanya baju di badan. Harta benda, rumah dan segala isinya sudah hangus dan rata dengan tanah. Saya bersyukur karena kami sekeluarga masih selamat, dan untuk sementara kami tinggal di Sentani sampai kondisi aman dulu baru kembali lagi ke Wamena," ucapnya.

Kris menuturkan ada 26 penduduk Wamena asal Kepulauan Kei yang mengungsi ke Jayapura. Mereka ditampung di salah satu pos pengungsian di Sentani dengan dukungan keluarga besar masyarakat Kepulauan Kei.

Ribuan pengungsi Sejak 23 September hingga Senin (30/09), TNI Angkatan Udara telah mengevakuasi 4.588 orang dari Wamena ke Jayapura menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU. (Enggel Wolly)
Halaman
1234

Berita Terkini