Ngeri! Robot Mulai Ancam Masa Depan Manusia, Ustadz Yusuf Mansur Minta Lakukan Hal Ini

Editor: Bebet I Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ngeri! Robot Mulai Ancam Masa Depan Manusia, Ustadz Yusuf Mansur Minta Lakukan Hal Ini
Ngeri! Robot Mulai Ancam Masa Depan Manusia, Ustadz Yusuf Mansur Minta Lakukan Hal Ini
POS-KUPANG.COM - Di era digital seperti saat ini, semakin banyak Robot yang melakukan pekerjaan manusia. Bagi perekonomian, ini akan memberikan dampak yang baik, namun ada pula sisi negatifnya.
Dikutip dari CNN, Jumat (5/7/2019), Robot diprediksi bakal menggantikan 20 juta pekerjaan Manufaktur di seluruh dunia pada tahun 2030 mendatang. Ini berdasarkan laporan yang dirilis Oxford Economics.
Artinya, sekitar 8,5 persen tenaga kerja Manufaktur di seluruh dunia akan digantikan oleh Robot.
Laporan tersebut juga menyatakab bahwa mengganti tenaga kerja dengan Robot akan menyumbang lapangan kerja baru secepat otomasi yang dilakukan.
Menurut Oxford Economics, setiap Robot baru yang "dipekerjakan" dapat menggantikan 1,6 tenaga kerja Manufaktur secara rata-rata.
Namun demikian, penggantian tenaga kerja dengan Robot juga akan memicu kesenjangan pendapatan. 
Ancaman akan masa depan manusia oleh Robot ini juga diingatkan Ustadz Yusuf Mansur.
Melalui unggahan di akun instagramnya, Ustadz Yusuf Mansur mengingatkan agar kita selalu belajar untuk menyongsong era masa depan tersebut.
Tak hanya itu, belajar pula agar bisa menyamai kemajuan Teknologi bangsa lain.
"ayo belajar yg bener.
biar melebihi.kemajuan Teknologi bangsa lain," tulis Ustadz Yusuf Mansur dalam akunnya.
Bukan hal baru
Dikutip dari Kompas.com, otomasi bukanlah tren baru dalam industri Manufaktur. Sebagai contoh, industri otomotif menggunakan 43 persen Robot di dunia pada tahun 2016 silam.
Akan tetapi, penggunaan Robot menjadi lebih murah ketimbang tenaga kerja manusia. Salah satunya adalah lantaran penurunan biaya mesin.
Data Oxford Economics menyebut, harga rata-rata sebuah Robot menurun 11 persen sepanjang tahun 2011 hingga 2016. Robot pun semakin mampu berfungsi dalam proses yang kian rumit dan konteks yang beragam.
Di atas itu semua, permintaan akan produk-produk Manufaktur pun meningkat.
China memimpin pertumbuhan
Negeri Tirai Bambu China memberikan kesempatan yang besar bagi pertumbuhan otomasi. Negara tersebut saat ini sudah menyumbang seperlima penggunaan Robot industri di seluruh dunia.
Satu dari tiga Robot baru digunakan di China. Oxford Economics menyatakan, China berinvestasi besar pada Robot untuk memosisikan diri sebagai pemimpin industri Manufaktur global.
Oxford Economics menyebut, sebanyak 14 juta Robot akan "bekerja" di China pada tahun 2030 nanti. Angka tersebut jauh lebih banyak dibanding negara-negara lainnya di dunia.

Ilustrasi digital(SHUTTERSTOCK)
Dampak ekonomi penggunaan Robot
Menurut Oxford Economics, dampak penggunaan Robot terhadap perekonomian akan sangat luar biasa. Lembaga itu mengestimasikan, peningkatan pemasangan Robot menjadi 30 persen lebih tinggi dari saat ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 5,3 persen atau 4,9 triliun dollar AS pada 2030.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dari proyeksi nilai produk domestik bruto (PDB) Jerman pada periode yang sama. Robot pastinya akan mendongkrak produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, serta memicu lahirnya industri yang sebelumnya tidak ada.
Dampak disrupsi Robot
Oxford Economics dalam laporannya juga memperingatkan dampak disrupsi Robot. Selain itu, salah satu dampak penggunaan Robot adalah meningkatnya kesenjangan pendapatan.
"Penggantian (tenaga kerja manusia menjadi Robot) yang besar ini tidak akan menyebar secara merata di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara. Riset kami menunjukkan bahwa dampak negatif penggunaan Robot akan lebih terasa di kawasan-kawasan berpendapatan rendah dibandingkan di kawasan berpendapatan tinggi di negara yang sama," tulis Oxford Economics dalam laporannya.
Para pekerja yang mendorong pengetahuan dan inovasi di industri Manufaktur cenderung terkonsentrasi di kota-kota besar. Keahlian-keahlian tersebut sulit digantikan oleh otomasi.
Itulah mengapa kawasan-kawasan urban akan lebih mudah beradaptasi dengan peningkatan otomasi, menurut laporan Oxford Economics tersebut.

Ilustrasi digital(SHUTTERSTOCK)
Lapangan kerja baru akan tercipta, tetapi...
Secara keseluruhan, peningkatan penggunaan Robot akan menciptakan lapangan kerja baru dalam laju yang seimbang dengan lapangan kerja yang hilang. Oleh karena itu, kata Oxford Economics, kekhawatiran akan hilangnya lapangan kerja akan tereliminir.
Namun, kawasan-kawasan dengan pendapatan lebih rendah yang akan kehilangan lebih banyak lapangan kerja kemungkinan tidak akan menerima manfaat yang seimbang dari penciptaan lapangan kerja baru. Ini disebabkan adanya kesenjangan keahlian.
Pada akhirnya, akan terjadi peningkatan kesenjangan pendapatan di antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Kesenjangan juga akan terjadi antar kawasan.
"Otomasi akan terus mendorong polarisasi regional di banyak negara maju di dunia, secara tak merata mendistribusikan manfaat dan biaya di tengah-tengah masyarakat," tulis Oxford Economics.

Robot mulai mengambil alih pekerjaan manusia, perlukah mereka kena pajak? 

"Otomatisasi telah melanda kota-kota Manufaktur. Di tempat-tempat itu, tingkat pernikahan menurun, kejahatan meningkat, tingkat kematian naik karena bunuh diri, alkohol dan narkoba,"kata Dr Carl Frey seperti dikutip dari BBC.

Peneliti dari University of Oxford ini menyampaikan gambaran yang muram di pusat industri Amerika Serikat, yang dikenal sebagai Ikat Pinggang Karat - kota-kota seperti Flint, Detroit dan Cleveland yang sebelumnya menjadi ujung tombak pertumbuhan berdasar sektor Manufaktur.

Dr Frey mengatakan para buruh di kota-kota ini dikalahkan Robot. Jadi apa yang akan terjadi jika mesin menggantikan kita?

Jika para buruh kehilangan pekerjaan, mereka tidak akan membayar pajak dan di kebanyakan negara barat mereka akan dapat mengklaim tunjangan pengangguran. Ini sangat membebani negara bagian.

Di AS, 48% pemasukan federal berasal dari pajak pemasukan perseorangan, dan 35% berasal dari pajak asuransi sosial - hanya 9% yang berasal dari pajak perusahaan.

Untuk menutupi kekurangan pemasukan dari pajak penghasilan, banyak pihak mendukung pengenaan pajak pada Robot.

Teknologi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan Teknologi selalu untuk membantu, disamping juga sebagai pengacau.


Image captionTruk tanpa pengemudi sekarang digunakan. (GETTY IMAGES)

Revolusi industri pertama membantu kita meninggalkan penggunaan tenaga binatang, revolusi industri kedua menciptakan peningkatan besar-besaran penggunaan listrik dan produksi massal. Zaman komputer memperlihatkan peningkatan efisiensi dan semakin cepatnya percampuran informasi.

Revolusi industri keempat - terkait dengan kecerdasan buatan (AI) dan Robot - diperkirakan akan mendasari perubahan keseluruhan sistem produksi, manajemen dan kepemerintahan.

Jangkauan, kecepatan dan kedalaman berbagai perubahan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Perlawanan

Pada tahun 2013, Dr Frey memperkirakan hampir 50% pekerjaan di AS menghadapi risiko dalam 30 tahun ke depan karena kemajuan AI dan Robot.

Di antaranya adalah pekerjaan sektor industri, administrasi hukum dan pengemudi truk.

"Kita akan menyaksikan perlawanan terhadap otomatisasi, seperti yang kita lihat terkait dengan globalisasi. Pengemudi truk tidak dapat dipindahkan ke China, tetapi pekerjaan ini dapat digantikan mesin," kata Frey.

Pajak

Dua tahun lalu, miliarder, filantropis dan pendiri Microsoft, Bill Gates mengajukan ide pajak Robot dalam sebuah wawancara dengan majalah Quartz.

Image captionDi sejumlah pabrik, Robot menggantikan buruh. (GETTY IMAGES)

"Sudah pasti terdapat pajak terkait dengan otomatisasi. Saat ini, buruh manusia yang berpemasukan US$50.000 atau Rp717 juta di pabrik akan dikenakan pajak penghasilan, pajak tunjangan sosial, semua hal itu. Jika Robot melakukan hal yang sama, Anda akan berpikir kita akan memajaki Robot pada tingkat yang sama," kata Gates.

Miliarder Teknologi, Elon Musk juga mendukung pemajakan Robot.

Dasarnya sederhana: Robot dipajaki dan dananya digunakan untuk membiayai perawatan kesehatan dan pendidikan, atau bahkan penyediaan penghasilan dasar bagi semua orang.

Sasaran bisnis

Tetapi bagaimana Anda memajaki Robot?



"Anda tidak perlu secara fisik menemukan Robot. Anda dapat menerapkan pajak otomatisasi. Bisnis yang hanya sedikit pegawainya harus diperhatikan. Pada saat yang sama pemerintah seharusnya mengurangi pajak buruh," kata Ryan Abbott, profesor hukum dan layanan kesehatan University of Surrey, Inggris.

Dia mengusulkan pajak terhadap Robot mirip manusia - Abbott mengacu kepada semakin meluasnya penggunaan AI.

Pendukung pengenaan pajak mengatakan tambahan pemasukan ini dapat membantu pendanaan progran keterampilan dan mengurangi kemungkinan masalah kemasyarakatan karena pengangguran.

Kebijakan

Tahun 2017, Korea Selatan menjadi negara pertama yang memperkenalkan pemangkasan pemotongan pajak pada otomatisasi untuk membantu perlambatan penggunaan Teknologi yang mempengaruhi lapangan pekerjaan.



Di Uni Eropa, usulan memperkenalkan pajak Robot baru-baru ini dikalahkan di Parlemen Eropa.

Di AS, hal ini mendapatkan dukungan politik lewat pengenaan pajak pada otomatisasi untuk mendanai pemberian penghasilan dasar untuk semua.

Ide yang buruk

Tetapi tidak semua orang menyetujuinya.



"Memajaki Robot bukanlah sebuah jalan keluar karena perusahaan besar akan memindahkan industrinya. Hanya perusahaan kecil dan menengah yang akan menderita," kata Dr Janet Bastiman dari perusahaan TI, Story Stream.

Ulrich Spiesshofer, mantan pimpinan perusahaan Swiss, ABB juga tidak mendukung pajak Robot.

"Jika kita melihat ekonomi dengan tingkat pengangguran terendah di dunia dan menghubungkannya dengan Robot: Jerman, Jepang, Korea Selatan memiliki tingkat Robot tertinggi, 300 Robot per 10.000 buruh, tetapi tingkat pengangguran mereka yang terendah."

Kehilangan pekerjaan

Tetapi hilangnya pekerjaan skala besar masih belum terjadi dan masa depan sebenarnya tidak sesuram itu.



Meskipun Carl Frey tetap mendukung perkiraaan tahun 2013-nya, proyek yang dibuat PwC tahun lalu menunjukkan di Inggris, kehilangan pekerjaan karena otomatisasi dapat digantikan dengan penciptaan pekerjaan baru.

Cabang olah raga kriket dan sepak bola sekarang menggunakan Teknologi terkait dengan keputusan penting yang sebelumnya dilakukan pada wasit.

Penggunaan Teknologi membantu perbaikan kualitas pengambilan keputusan.

Tetapi ini tidak membuat para wasit menjadi mubazir, karena terciptanya tambahan pekerjaan teknisi.

Meskipun demikian hilangnya pekerjaan di pabrik adalah sebuah kasus yang berbeda.

Memang belum tercapai konsensus politik terkait pajak Robot, tetapi para politisi semakin mempertimbangkannya sebagai cara untuk mengatasi perubahan karena kemajuan Teknologi. (*)

 

Berita Terkini