Tampak para penari dengan parang yang terhunus serta anak panah yang siap dilepas dari busurnya sempat membuat para tamu undangan dan peserta karnaval merinding karena kuatir anak panah terlepas dari busurnya. Sepanjang rute perjalanan yang dilalui para peserta dari Alor terus menari.
Tak kalah serunya juga penampilan dari etnis Jawa yang membawakan tarian Reog Ponorogo maupun etnis Bali yang tampil dengan pakain adat Bali.
Semua keberagaman itu dikemas menjadi satu kesatuan sebagai warga Kabupaten Ende dan yang paling utama adalah sebagai warga NKRI. Hal ini terlihat jelas dari setiap yel-yel yang mereka bawakan menyatakan mereka sebagai warga Ende yang mencintai NKRI.
Wakil Bupati Ende, Drs Djafar Achmad saat melepas para peserta karnaval mengatakan bahwa busana tradisional sebagai salah satu adikarya budaya, dalam realitasnya sering diabaikan dan terpinggirkan dibandingkan dengan busana moderen yang kerap digunakan dalam berbagai urusan dan kepentingan, yang terkait dengan sikap dan pandangan masyarakat moderen yang serba instan serta praktis.
”Oleh karena itu tugas kita saat ini khususnya generasi muda untuk terus melestarikan busana tradisional, Karena mengenal busana tradisional adalah memahami sebuah identitas dari suatu komunitas budaya yang pernah ada dan tetap eksis dalam kehidupan,”ujarnya
Selain itu, katanya bentuk yang khas dengan wujud dan makna bernuansa simbolik merupakan totalitas dari pesan moral dan kearifan tradisi yang ingin diwariskan serta dilestarikan sehingga busana tradisional merupakan totalitas dari potret kehidupan dan identitas suatu komunitas budaya.
Wabub Djafar mengharapkan dengan mengikuti kegiatan karnaval dapat menumbuhkan kecintaan akan busana lokal dan dapat menjadi ajang promosi busana daerah.
Kepada para peserta karnaval Wabup Djafar mengatakan bahwa semua datang dengan berbagai ragam busana daerah.
“Keindahan corak, warna dan bentuk yang beraneka ragam secara tidak langsung membuktikan kalau negara kita ini sangat kaya. Keragaman budaya ini sebenarnya menjadi modal kekuatan bagi kita dalam menjalin persatuan dan kebersamaan dalam perbedaan,”katanya.
Dikatakan keberagaman budaya ini membuat untuk saling melengkapi dan bukan meniadakan daerah yang satu dengan yang lainnya. Tetapi keberagaman yang ada harus membuat bangga dan menjadi motivasi dalam membangun bangsa dan daerah.
Sebagaimana yang tertuang dalam visi kami ( visi Kabupaten Ende ) yakni “mewujudkan karakteristik Kabupaten Ende dengan membangun dari Desa dan Kelurahan” pihaknya menilai penyelenggaraan karnaval adalah salah satu cara pengimplementasian visi tersebut.
Dimana kegiatan tersebut mencerminkan adanya keanekaragaman, adanya solidaritas yang dibangun dan adanya toleransi yang dikembangkan.
Inilah karakter dasar yang telah ada dalam setiap etnis, pada setiap komunitas di Kabupaten Ende dan yang telah terbukti mampu dijaga,dipelihara, dan dikembangkan demi terwujudnya keharmonisan hidup bersama dari waktu ke waktu.
Dikatakan partisipasi para peserta dalam kegiatan tersebut merupakan salah satu pembuktian dan tanggung jawab bersama untuk mengambil bagian dalam setiap proses pembangunan di Kabupaten Ende terutama dalam ikut melestarikan budaya tradisional.
Ketua panitia karnaval, Rosalia Juditia Embu Rae mengatakan sasaran kegiatan karnaval Nusantara adalah meningkatkan dan menggerakan kepedulian pelajar dan mahasiswa.