Ini Bacaan Lengkap Niat Puasa Arafah 9 Dzulhijjah Sabtu 10 Agustus 2019 Jelang Idul Adha.
POS-KUPANG.COM - Ini Bacaan Lengkap Niat Puasa Arafah 9 Dzulhijjah Sabtu 10 Agustus 2019 Jelang Idul Adha
9 hari pertama di bulan Dzulhijjah sebelum perayaan Idul Adha, umat muslim sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah yakni puasa Arafah.
Sementara hari ini, Jum'at (9/8/2019) merupakan hari ke 8 bulan Dzulhijjah yang artinya sebagian umat muslim sedang melaksanakan puasa tarwiyah. Nah, selanjutnya puasa Arafah. Jangan lupa niat puasa Arafah di sini.
Sehari setelahnya baru lah melaksanakan puasa Arafah dianjurkan bagi yang tidak berhalangan.
• INNALILLAHI! Kabar Duka Datang Dari Menteri Susi Pudjiastuti Tokoh NU Meninggal Dunia
Anjuran puasa Arafah terdapat dalam hadits yang mengatakan bahwa sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa seperti dikutip dari zakat.or.id (tayang 23 Juli 2019) yang ditulis Zainal Abidin.
Dalam kitab Sahih Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah dari Rasulullah SAW bersabda:
صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية
Artinya: “Puasa di hari arafah dapat menghapusakan dosa dua tahun yang telah lewat dan akan datang, dan puasa asyura (10 Muharram) mampu menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Hari arafah dikatakan sebagai hari yang paling utama (afdhal al ayyam), sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai berikut:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ
Artinya; ‘Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan dari api neraka dibanding hari Arafah.
Adapun niat puasa Arafah sebagaui berikut,
نويتُ صومَ عرفة سُنّةً لله تعالى
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala
Artinya: Saya niat puasa Arafah, karena Allah ta’ala.
Nah bagi kamu yang melaksanakan ibadah sunnah puasa arafah, berikut bacaan do'a buka puasa yang dilafalkan sebelum menyantap makanan dan minuman.
Berikut ini doa berbuka puasa beserta tulisan latin dan artinya:
Doa Berbuka Puasa 1
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa'alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin.
Artinya: "Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih,"
Doa Berbuka Puasa 2
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمأُ وابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأجْرُ إِنْ شاءَ اللَّهُ تَعالى
Allahumma laka shumtu wa'ala rizqika afthortu dzahaba-dh-dhama'u wabtalatil 'uruqu wa tsabatal ujru insya-Allah ta'ala
Artinya: "Ya Allah, untuk-Mu lah aku berpuasa, atas rezeki-Mu lah aku berbuka. Telah sirna rasa dahaga, urat-urat telah basah, dan (semoga) pahala telah ditetapkan, insya Allah,"
Larangan Berpuasa di Bulan Dzulhijjah
Seperti bulan-bulan hijriyah lainnya, di bulan Dzulhijjah ada beberapa amalan puasa sunnah yang dianjurkan dilaksanakan umat muslim.
Namun selain puasa sunnah, ada juga puasa yang justru diharamkan di bulan Dzulhijjah.
Mengutip dari artikel Tribun Jogja, (tayang 10 agustus 2018) ternyata ulama sepakat berdasarkan hadits Nabi Muhammad Saw, 3 hari setelah merayakan Idul Adha umat muslim tidak boleh berpuasa.
Puasa sunnah di bulan Dzulhijjah bisa dilakukan sejak memasuki bulan Dzulhijjah seperti puasa Dzulhijjah, Arafah dan puasa Tarwiyah dari tanggal 1 sampai 9.
Setelah Idul Adha dirayakan pada tanggal 10 Zulhijah, maka tiga hari setelahnya, yakni 11, 12 dan 13 adalah hari tasyrik.
Dikutip dari Tribun Jogja, pada hari tasyrik umat Islam dilarang untuk berpuasa, karena itu merupakan hari makan dan minum.
Dalam hadits disebutkan,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141).
Lalu bagaimana dengan orang yang terbiasa melaksanakan puasa sunah Senin Kamis, ayyamul bidh (puasa putih), serta puasa sunah lainnya?
Untuk diketahui, puasa putih dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 13, 14 dan 15 Hijriyah.
Padahal, tanggal 13 Dzulhijjah masih terhitung sebagai hari tasyrik.
Bolehkah berpuasa pada hari itu?
• Jadi Pengantin, Dibyong ke China Saat Hamil Malah Disiksa, Lapor Polisi Via FB
Menurut Syaikh Abdul Karim Khudair seperti TribunJogja.com kutip dari Rumaysho.com, puasa pada hari tasyrik tetap tak diperbolehkan, meskipun sudah terbiasa melaksanakan puasa sunah.
Menurut ulama tersebut, ada sejumlah golongan yang diperbolehkan berpuasa di hari tasyrik.
“Puasa pada hari tasyrik diharamkan kecuali bagi jamaah haji yang tidak mendapati hadyu (hewan kurban yang disembelih di tanah haram), maka ia boleh berpuasa tiga hari pada masa haji. Jika mampu, jamaah haji tersebut berpuasa sebelum hari Idul Adha. Jika tidak bisa saat itu, maka tidak mengapa berpuasa pada hari tasyriq," jelas Syaikh Abdul.
Hadits riwayat HR Bukhari nomor 1998 dijelaskan:
لَمْ يُرَخَّصْ فِى أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ ، إِلاَّ لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الْهَدْىَ
“Tidak diberi keringanan di hari tasyriq untuk berpuasa kecuali jika tidak didapati hewan hadyu.”
(Banjarmasinpost.co.id/noor masrida)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul https://banjarmasin.tribunnews.com/2019/08/09/bacaan-niat-puasa-arafah-9-dzulhijjah-sabtu-108-lihat-keutaman-amalan-jelang-idul-adha-2019-ini?page=all
Tentang Salat Id
Salat Id adalah ibadah salat sunah yang dilakukan setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Salat Id termasuk dalam salat sunah muakkad, artinya salat ini walaupun bersifat sunah, tetapi sangat penting sehingga sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.
Niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya.
Waktu salat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari.
Syarat, rukun dan sunahnya sama seperti salat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunah sebagai berikut:
Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua. Atau surat A'la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.
Imam menyaringkan bacaannya.
Khutbah dua kali setelah salat sebagaimana khutbah jum'at
Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang hukum-hukum Qurban.
Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya, dan bertakbir saat keluar rumah.
Makan terlebih dahulu pada salat Idul Fitri pada Salat Idul Adha sebaliknya.
Hadits Berkenaan
Diriwayatkan dari Abu Said, ia berkata: Adalah Nabi SAW. pada hari raya idul fitri dan idul adha keluar ke mushalla (padang untuk salat), maka pertama yang dia kerjakan adalah salat, kemudian setelah selesai dia berdiri menghadap kepada manusia sedang manusia masih duduk tertib pada shaf mereka, lalu dia memberi nasihat dan wasiat (khutbah) apabila dia hendak mengutus tentara atau ingin memerintahkan sesuatu yang telah dia putuskan,dia perintahkan setelah selesai dia pergi. (H.R: Al-Bukhary dan Muslim)
Telah berkata Jaabir ra: Saya menyaksikan salat Id bersama Nabi Muhammad SAW. dia memulai salat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai dia berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai dia turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya dia memperingatkan mereka. (H.R: Muslim)
Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah ra. ia berkata: Rasulullah SAW. memerintahkan kami keluar pada 'idul fitri dan 'idul adha semua gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haid mengasingkan diri dari mushalla tempat salat Id, mereka menyaksikan kebaikan dan mendengarkan da'wah kaum muslimin (mendengarkan khutbah). Saya berkata: Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai jilbab? Dia bersabda: Supaya saudaranya meminjamkan kepadanya dari jilbabnya. (H.R: Jama'ah)
Diriwayatkan dariAnas bin Malik ra. ia berkata: Adalah Nabi SAW. Tidak berangkat menuju mushalla kecuali dia memakan beberapa biji kurma, dan dia memakannya dalam jumlah bilangan ganjil. (H.R: Al-Bukhary dan Muslim)
Diriwayatkan dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata: Nabi Muhammad SAW. Mendirikan salat Id, kemudian dia memberikan ruhkshah / kemudahan dalam menunaikan salat Jumat, kemudian dia bersabda: Barang siapa yang mau salat jumat, maka kerjakanlah. (H.R: Imam yang lima kecuali At-Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia berkata: Sesungguhnya Nabi SAW. bertakbir pada salat Id dua belas kali takbir. dalam raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada raka'at yang kedua lima kali takbir dan tidak salat sunnah sebelumnya dan juga sesudahnya. (H.R: Amad dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud ra. bertakbir pada hari-hari tasyriq dengan lafadz sbb (artinya): Allah maha besar, Allah maha besar, tidak ada Illah melainkan Allah dan Allah maha besar, Allah maha besar dan bagiNya segala puji. (H.R Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih)
Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang pamannya dari golongan Anshar, ia berkata: Mereka berkata: Karena tertutup awan maka tidak terlihat oleh kami hilal syawal, maka pada pagi harinya kami masih tetap shaum, kemudian datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi dihadapan Rasulullah saw.bahwa mereka kemarin melihat hilal. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan semua manusia (ummat Islam) agar berbuka pada hari itu dan keluar menunaikan salat Id pada hari esoknya. (H.R: Lima kecuali At-Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Azzuhri, ia berkata: Adalah manusia (para sahabat) bertakbir pada hari raya ketika mereka keluar dari rumah-rumah mereka menuju tempat salat Id sampai mereka tiba di musala (tempat salat Id) dan terus bertakbir sampai imam datang, apabila imam telah datang, mereka diam dan apabila imam ber takbir maka merekapun ikut bertakbir. (H.R: Ibnu Abi Syaibah)
Masjid Raya Jakarta Islamic Center Siap Tampung 22.000 Jamaah
Tony Fathoni, Ketua panitia hari raya Idul Adha Jakarta Islamic Center (JIC) mengatakan pihaknya menyiapkan tempat bagi 22.000 jamaah yang ingin shalat id di Masjid Raya JIC.
"Kita bisa menampung 20.000 jamaah pas Lebaran kemarin, tapi karena Idul Adha ini biasa lebih ramai, bisa sampai 22.000," kata Toni saat dijumpai di kantornya Jumat (9/8/2019).
Ia mengatakan pihaknya telah menyiapkan seluruh area yang akan dipakai untuk pelaksanaan shalat id mulai dari lantai satu, lantai dua hingga lapangan Masjid Raya JIC.
Adapun Hari Raya Idul Adha akan dimulai dengan gema takbir yang mulai dikumandangkan dari Sabtu (10/8/2019) malam dari pukul 19.30 WIB hingga pukul 23.00 WIB.
Gema takbir kemudian dilanjutkan pada Minggu (11/8/2019) pagi sebelum rangkaian shalat id dimulai pada pukul 06.30 WIB.
Shalat id di Masjid Raya JIC akan diimami oleh Ade Kurniawan. Sementara khutbah akan diisi oleh KH Ahmadi.
Tony menyebutkan tidak ada acara lain yang dilakukan JIC usai pelaksanaan shalat id pada Minggu tersebut.
Ia juga menyampaikan hingga saat ini belum ada pejabat yang mengonfirmasi akan menunaikan shalat id di sana.
"Tahun ini enggak ada, enggak ada gubernur dan lain-lain yang shalat di sini," ucapnya.
Sementara, pemotongan hewan kurban di JIC akan dilakukan pada Senin (12/8/2019.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masjid Raya Jakarta Islamic Center Siap Tampung 22.000 Jamaah Shalat Idul Adha",
Penulis : Jimmy Ramadhan Azhari
Editor : Irfan Maullana