Alami Kekeringan, ribuan warga dari 15 desa di Sumba Timur Kesulitan Air Bersih
POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Sebanyak lima belas desa di Sumba Timur mengalami dampak kekeringan akibat kemarau panjang yang melanda wilayah Kabupaten Sumba Timur.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Sumba Timur Martina D. Jera, ST menyampaikan hal itu ketika dikonfirmasi POS-KUPANG.COM di ruang kerjanya, Rabu (7/8/2019).
• Pembahasan Anggaran Pilkada KPU dan Bawaslu Mabar Belum Tuntas, Ini Penjelasan Salvador Pinto
Martina menjelaskan berdasarkan data yang dikantongi pihaknya ke lima belas desa itu yakni Kecamatan Haharu Desa Napu sebanyak 4 RW/10 RT jumlah kepala keluarga (KK) 37 dengan jumlah jiwa 183, Desa Wunga 4 RW 14 RT KK 32 dengan jumlah jiwa 160, Desa Mbatapuhu 6 RT 13 RW KK 39 dengan jumlah jiwa 196, Desa Persiapan Matawai Pandangu di 4 RT 8 RW KK 19 jumlah jiwa 97. Kecamatan Ngaha Ori Angu, Desa Tanatuku 9 RW 20 RT KK 42 jumlah jiwa 208, Desa Praihambuli 8 RW 16 RT KK 67 jumlah jiwa 333, Desa Praikarang di 8 RW 16 RT KK 42 jumlah jiwa 212, Desa Makamenggit 8 RW 16 RT KK 59 jumlah jiwa 294, Desa Persiapan Mbinudita 6 RT 12 RW KK 23 jumlah jiwa 116.
• Anggota Kodim dan Dinas Lingkungan Hidup Manggarai Bersihkan Sampah di Ruas Jalan Ruteng-Reo
Selain itu, di Kecamatan Kambera, Kelurahan Prailiu (Padadita) di 11 RW 31 RT KK 22 jumlah jiwa 91, Kelurahan Mauhau (Bukit Persaudaraan) 3 RW 10 RT KK 18 dengan jumlah jiwa 82. Kecamatan Kota Waingapu Desa Pambotanjara di 8 RT 16 RW jumlah KK 83 dengan jumlah jiwa 417.
Kecamatan Kanatang Desa Persiapan Palindi Tana Bara 4 RW 8 RT KK 21 jumlah jiwa 104. Dan di Kecamatan Kambata Mapambuhang yakni Desa Lukuwingir 4 RW 8 RT KK 25 dengan jumlah jiwa 123, dan Desa Persiapan Ngaru Kahiri 4 RW 8 RW KK 18 jumlah jiwa 92 dengan total keseluruhan sebanyak 91 RW 206 RT dengan jumlah 547 KK dan 2.708 jiwa.
Martina mengatakan, warga di lima belas desa ini sangat kesulitan air bersih di musim kemarau karena dampak kekeringan yang melanda.
Di saat musim hujan warga tidak kesulitan air bersih, warga dapat memanfaatkan air hujan dan debit mata air yang ada di sungai terdekat.
Terkait dengan kekeringan itu, jelas Martina pemerintah daerah melalui BPBD Kabupaten Sumba Timur memberikan bantuan air bersih. Air bersih itu mulai disalurkan sejak tiga pekan lalu. Dana yang diambil untuk pendropingan air bersih itu bersumber dari dana APBD II Kabupaten melalui program Pencegahan Dini dan Penanggulanan Bencana.
Kata dia, pendropingan air bersih bagi warga masyarakat di lima belas desa tersebut direncanakan akan berlanjut pada setiap pekan hingga memasuki musim hujan tiba.
"Kita sudah droping semua air bersih itu, dan setiap minggu rencana kita akan terus melakukan pendropingan air bersih sampai dengan musim hujan tiba. Warga di lima belas desa itu memang sangat kesulitan air bersih, dan ini setiap tahun selalu mereka alami disetiap kali musim kemarau melanda,"tandas Martina.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sumba Timur Simon Petrus juga menbahkan warga di lima belas desa itu sangat kesulitan air bersih. Warga harus menempuh perjalanan jauh sekitar 3 sampai belasan kilometer.
"Contohnya saja warga di Desa Pambotanjara di Kecamatan Kota Waingapu mereka harus menempuh jarak hingga belasan kilometer untuk dapat air di kali Kalela yang lokasinya terletak di Desa Persiapan Matawai Torung, ini membutuhkan biaya yang banyak. Warga-warga di 15 desa ini juga selalu beli air pada setiap tahun di musim kering,"jelas Simon.
Simon juga mengatakan, sumber mata air kali Kalela itu merupakan salah satu sumber mata air bagi warga di sejumlah desa di Kecamatan Nggoa dan Kota Waingapu. Desa-desa itu yakni Pambotanjara, Makamenggit, Matawai Torung, Tanatuku, dan sejumlah desa lainya.
Sementara itu warga RT 15 kelurahan Kambaniru, Kecamatan Kambera Kornelis Wanyi (50) ketika ditemui POS-KUPANG. COM, Rabu (7/8/2019) mengaku sela ini mereka hanya mengandalkan air sumur sebab tidak ada air bersih. Dengan kedalaman sumur sekitar 35 meter.
"Untung airnya tidak terasah asin, jadi kami sekitar puluhan KK di RT ini hanya manfaatkan ini untuk minum, mandi dan cuci. Kalau bagi warga yang ada uang pakai beli dari mobil tangki air, kami disini susah air bersih,"ungkap Wanyi.
Warga lainya, Dominggus Welem (25) juga menyampaikan hal yang sama.
"Kami mau mandi, cuci, minum dari air sumur ini saja, air sumur cukup dalam sampai 30 meter lebih. memang sumur bor pernah dibangun tapi tidak berfungsi, harapan kami bangun sumur bor lagi,"ungkap Welem.
Warga Pambotanjara Ardiles Kapuru Kolambani ketika ditemui POS-KUPANG. COM di kampung Wairinding, desa setempat, Selasa (19/7/2019) lalu, mengaku ia bersama keluarganya sangat hemat dalam menggunakan air bersih.
Karena hemat, dalam sebulan Ardiles bersama keluarganya hanya menghabiskan sekitar 3 drum aspal atau sekitar 300 liter air saja.
"Saya dengan keluarga saya, kami pakai air hemat sekali. Dalam satu bulan kami hanya habiskan sekitar 3 drum aspal saja,"ungkap Ardiles.
Ketika ditanya kenapa hemat dalam pemakaian air itu, kata Ardiles mereka sangat menderita air bersih, dan tidak pernah alpa pada setiap musim memasuki musim kemarau.
Untuk mendapatkan air bersih, kata dia rata-rata harus mengeluarkan rupiah, sebab kondisi mata air kali Kalela jaraknya sangat jauh hingga mencapai 15 kilometer. Sementara untuk mata air di sekitar wilayah Desa tersebut juga sudah kering, bahakan dua danau yang menjadi andalan warga untuk mandi dan cuci juga sudah mulai mengering.
"Kondisi jalan yang jauh ini, tentu kami tidak bisa tempuh dengan berjalan kaki pergi pulang 30 kilometer setiap hari, kami harus dengan sewa ojek atau numpang di kendaraan umum. Memang kami dibantu oleh mobil tangki air milik desa dan itu juga tidak gratis, kami harus beli dengan 500 ribu perdrum, maka karena kondisi ekonomi kami terbatas, sehingga kami harus hemat menggunakan air,"urai Ardiles.
Warga setempat lainya, Ndawa Ndula juga menyampaikan keluhan yang sama.
Ndawa mengharapkan, agar bagaimana usaha pemerintah untuk bagaimana caranya bisa membangun air lading hingga ke wilayah desa mereka.
"Kasihan kami ini, setiap tahun selalu menderita. Dapat air bersih harus pakai beli, sementara ekonomi pas-pasan mau hasil apa disini,"tutup Ndawa.
Yuliana Bangkahe (45) seorang warga desa Prahambuli di Kecamatan Nggoa, kepada POS-KUPANG. COM, Jumat (19/7/2019) pekan lalu juga mengatakan, mereka warga desa Praihambuli khususnya Kampung Haurani sangat kesulitan air bersih.
Kata dia, bagi yang memiliki uang bisa membeli air di mobil tangki air, namun bagi ia dan keluarganya yang tak memiliki uang terpaksa harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki untuk memperoleh air bersih.
"Saya dan keluarga pakai jalan kaki saja sejauh 8 kilometer untuk dapat air bersih di mata air Kambohepang. Mau beli uang tidak ada, kalau ada warga disini yang punya uang dia beli di mobil tangki atau pun membeli per drom air, kalau saya pikir uang sedikit biar beli beras dan kebutuhan lain untuk anak sekolah, biar air kami pergi ambil jauh,"kisah Yuliana.
Warga setempat lainya Naumi Ka Eumata (40) juga mengaku, mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Untuk memperoleh air bersih warga harus menempuh jarak sekitar 8 kilometer di kali Kombahepang.
Kata dia, sejauh ini ia dan keluarganya hanya dengan membeli air dari mobil tangki air dengan harga permobil tangki ukuran 5000 liter Rp 150.000.
"Jadi kalau ada yang jual air pakai mobil tangki kita beli. Harga tangki yang ukuran 5000 itu Rp 150.000,"ungkapnya.
Naumi juga mengaku, dalam sebulan ia dan keluarganya bisa menghabiskan air sekitar 2 sampai 3 tangki mobil ukuran tersebut. Bahakan jika acara adat atau kematian bisa sampai 4 tangki dalam sebulan.
"Kalau kita kali bagi sudah 450 ribu selama sebulan kita habiskan hanya untuk beli air. Coba kalau ada air kita bisa manfaatkan uang itu untuk kenpentingan lain,"ungkap Naumi.
Warga lainya Behar Ndapawawa juga kepada POS-KUPANG. COM mengaku, mereka sangat kesulitan air bersih sudah bertahun-tahun pada setiap musim kemarau tiba. Disaat musim hujan mereka bisa memanfaatkan air hujan dan sejumlah mata air yang ada di wilayah itu, namun kini mata airnya sudah kering.
Kata dia, untuk mengambil air bersih harus pergi jauh sekitar 8 kilometer di Kambohepang.
"jadi kalau ada uang saya beli tampung di bak,tapi kalau tidak saya dengan motor pergi ambil baru datang tampung,"ungkapnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo)