Renungan Harian Kristen Protestan

Renungan Harian Kristen Senin 5 Agustus 2019 ''Memberi Diri Dibaharui Tuhan Prasyarat Pengutusan''

Editor: maria anitoda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Renungan Harian Kristen Senin 5 Agustus 2019 ''Memberi Diri Dibaharui Tuhan Prasyarat Pengutusan''

Konteks bacaan kita adalah tentang pemanggilan Yesaya.Yesaya diizinkan Tuhan untuk melihat Tuhan dalam kebesaranNya. Pengalaman itu segera menyadarkan Yesaya bahwa ia adalah seorang yang najis bibir.

Kenajisan yang sungguh parah, karena bukan hanya secara pribadi pengakuan itu lahir tetapi Yesayapun bahwa ia hidup di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.

Tidak ada yang benar, bahkan dirinya sendiripun tidak benar karena kenajisan bibirnya.

Dalam kitab Imamat, pada Hari Pendamaian, imam besar mempersiapkan bara untuk keperluan persembahan kurban di mezbah di Ruang Mahakudus pada saat upacara pengampunan dosa.

Yesaya sadar bahwa dirinya tidak layak karena ia najis bibir namun di hadapan Tuhan ia justru melihat pengharapan.

Pengakuan bahwa dirinya tak layak menjadikannya layak dihadapan Allah.

Bara dan sepit yang di bawa oleh Serafim menjadi isyarat bahwa ia perlu dibaharui sebelum menerima tanggung jawab yang Allah percayakan kepadanya.

Menyadari diri dan memberi diri dibaharui oleh Tuhan menjadi syarat untuk Yesaya dapat mengucapkan komitmen : “Inilah aku, utuslah aku”

Dalam kehidupan ini, setiap orang diberi tanggung jawab. Alangkah baiknya jika setiap orang sebelum menjalankan tanggung jawabnya menyadari keterbatasan dan memberi diri dibaharui Allah. 

Sebab Allah mencari orang-orang yang dapat diutus untuk membawa beritaNya kepada dunia ini. Allah membutuhkan orang-orang yang tidak saja siap untuk diutus, tetapi juga yang siap memberi dirinya dibaharui.

Hal sangat penting, sebab siapa saja dapat melakukan setiap tanggung jawabnya, namun tidak semua orang menyadari bahwa tanggung jawab itu bagian dari pengutusan Allah bagi dirinya.

Karena itu tidak heran, jika kemudian setiap tugas dan tanggung jawab dilakukan secara serampangan dan semau gue.

Bila setiap tugas dan tanggung jawab dimaknai sebagai bagian dari tugas pengutusan bagi setiap orang maka mentalitas bekerja asal-asalan, tidak fokus dan Asal Bapak Senang (ABS) mesti ditinggalkan.

Karena sesungguhnya pengutusan setiap orang dalam tugas dan tanggung jawabnya bukan hanya ketika sumpah jabatan itu diucapkan atau ketika tugas itu dipercayakan, melainkan harus dimaknai setiap hari.

Mari kita mengawali seluruh karya bersama Tuhan dengan belajar dari pengalaman iman Yesaya dengan  memberi diri untuk dikuduskan oleh Tuhan sebelum menjalankan tugas dan panggilannya.

Halaman
123

Berita Terkini